Jonatan memandang gemas ponselnya. Lama-lama dia ingin melempar benda kotak tipis itu juga ke lapangan.
Apa si yang barusan dibacanya?
Jonatan Bucin Christie 2k18.
Gelar apaan itu?
"Kenapa, Jo?" Anthony datang dengan handuk di kepala dan botol minum di tangan. Dia mengamati Jonatan, wajahnya lucu menatap penuh makna ponsel.
"Haters?"
"Bukan."
Anthony mengangkat bahu, tidak mau tahu lebih jauh. Dia melanjutkan mengelap keringat di tangan dan tengkuknya sisa latihan beberapa menit lalu.
"Eh." Jonatan berhasil mendapatkan perhatian pria di sebelahnya. "Emang gue bucin? Ke lu?"
Anthony mengerutkan dahi. Kok tiba-tiba Jonatan bertanya begitu? Tidak mau memberi jawaban, Anthony malah tergelak kecil.
"Baca apaan sih, Jo? Yang aneh-aneh, ya?"
"Serius, Thon." Saking seriusnya, Jonatan sampai menarik ujung kaos Anthony. Dia tidak mau pria setahun lebih tua darinya itu sibuk dengan handuknya.
"Emang gue bucin?"
"Ya, gak!" Anthony menjitak dahi Jonatan pelan. "Kan kita ga cinta-cintaan. Gimana, si?"
"Ga, bukan gitu." Jonatan mencoba menjelaskan konteks bucin yang dia maksud. "Pokoknya apa-apa gue jadi nurut sama lu."
Anthony menghentikan aktivitasnya mengeringkan keringat. Perlahan dia mengingat apa saja yang dilakukan Jonatan akhir-akhir ini.
Nyari makan.
"Jo, gue laper. Temenin cari makan, yuk?"
"Siaaap!"
Beli es krim.
"Duh, panas. Itu ada es krim. Seger kali, yak?"
"Ya, udah. Tunggu sini. Gue yang nyamperin mamang penjualnya."
Selimut kamar.
"Jo. Selimut gue masih basah di laundry-"
Jonatan segera pindah kasur. Dia dengan cepat menyelimuti dirinya dan Anthony, tidak mau dapat ceramah lebih panjang dari teman sekamarnya.
"Udah, tidur. Kata pelatih kita butuh banyak istirahat."
Ngantri makanan.
"Mau makan apa?"
"Eh? Telor, paling. Sayurnya serahlah. Sama susu."
"Oke. Antriannya panjang. Tunggu sini, gue aja yang ngambil."
Mengingat sebagian kegiatan mereka 24 jam terakhir membuat Anthony tidak tahan untuk tertawa.
"Gak, kan? Wajar, kan?" Tanya Jonatan, menunggu klaim Anthony tentang kebucinannya.
"Aduh, Jo." Anthony mengusap wajahnya dengan tangan. "Lu ini ..."
"Apa?"
"EMANG BUCIN! Ahahaha."
Anthony tertawa puas di balik handuknya ketika Jonatan merengut memalingkan wajah.
Masa sih dia sebucin itu?
Tapi tiba-tiba Anthony menghentikan suara tawanya. Hal ini membuat Jonatan mengentikan acara ngambeknya juga, sapa tau mau diajak ngomong serius soal evaluasi latihan atau apa.
"Itu ... lu yakin? Dengan semua perlakuan yang lu kasih itu ga ada cinta-cintaannya?"
Eh?
Benar juga si. Masa iya dia sebucin itu pada Anthony tanpa alasan?
Yakin? Ga ada cinta-cintaan?
END
YOU ARE READING
MINE - Jothony Drabbles
Short StoryMarvin saja saya bikinkan kumpulan drabbles, masa Jothony sebagai kapal utama di Badminton RPF saya anak tirikan? Hmmm, hati nurani ini menolak.