Rela untuk Sahabat #2

63 15 6
                                    


                           ***

Beberapa bulan telah aku lewati bersamanya jalan bareng, makan bereng, nonton bareng dan ketawa bareng. Serasa kami ini seperti sepasang kekasih tapi nyatanya tidak. Bagaimana sahabat aku? Aku belum menceritakannya. Aku seperti orang jahat yang nggak mau rahasianya terbongkar hanya karena ini padahal aku sudah berjanji dan aku melanggarnya.

Hingga suatu hari sesuatu yang tak terduga terjadi hari itu juga. Waktu itu aku dan Arfan sedang makan di Cafe dan entah kesengajaan apa Naira juga ada disana bersama Tara. Dan aku juga lebih tau semua tentang Arfan yang telah disembunyikannya terbongkar saat itu.

"ARFAN!!"

Teriak Naira. Tara yang mendengar itu mendongak menatap sahabatnya.

Aku terkejut saat seseorang memanggil nama Arfan lantas aku langsung mencari sumber suara itu dan aku makin terkejutnya saat tau orang yang berteriak tadi adalah sahabat aku sendiri, Naira. Sama halnya dengan Arfan ia pasti juga terkejutnya denganku.

Itu berarti Naira kenal dengan Arfan? Apa jangan-jangan orang yang diceritakan Naira saat itu, Arfan. Naira dan Tara langsung menghampiri kami berdua dengan emosi yang menggebu Naira menatapku sinis lain halnya dengan Tara yang sedang menatapku tajam. Sepetinya aku akan mendapatkan masalah setelah ini... and is right satu tamparan mendarat diwajah Arfan dengan kerasnya.

Plak

"Satu hal yang aku benci melihat orang yang aku sayang jalan sama perempuan lain dan KENAPA HARUS SAHABAT AKU SENDIRI!!!"

Teriak Naira dengan volume yang tinggi semua orang menatap kami heran dan bingung saat itu. Aku yang ingin menjelaskan kepada Naira langsung dipotongnya.

"Ra, ini semua salah pahan ka-"

"Aku nggak lagi ngomong sama kamu." Sarkasnya yang dihadiahi tatapan tajam olehnya. Naira yang baik berubah jadi orang yang menakutkan. Baru kali ini Naira marah kepadaku sungguh... aku takut.

"Naira... maafin aku. Aku nggak bermaksud jahatin kamu. Syila hanya teman aku nggak lebih dan aku sayang sama kamu."

Pengakuan Arfan cukup menohok hatiku bagaimana tidak? Berbulan-bulan aku jalan sama dia cuma dianggap teman baginya. Sementara aku, aku yang terus-terusan baper sama dia dan ingin berhak lebih kepadanya dijatuhin begitu saja. Sakit, hatiku sakit dipermainkan seperti itu.

"Aku nggak bisa percaya sama kamu... aku butuh sendiri. Ayo Tar." Ucap Naira berlalu dihadapanku. Sepeninggalnya Naira dan Tara, Arfan yang tadinya diam bicara detik itu juga.

"Aku tau selama ini kamu baper sama aku." Sontak aku terkejut mengenai ketahuannya. Bagaimana bisa? Aku diam tak bicara sekalipun menunggu Arfan melanjutkannya.

"Dan aku sudah menyakiti kamu hari ini. Maaf. Aku hanya bisa menganggap kamu sebagai teman nggak lebih. Kamu boleh marah sama aku, pukul aku atau kutuk aku dengan ucapanmu aku pantas mendapatkannya. Tapi kamu berhak tau kalau aku juga sayang sama kamu sebagai teman." Jelasnya.

Aku menyeka air mataku mendengar penjelasan dari Arfan yang cukup membuat air mataku lolos kala itu lalu menatap Arfan lekat seolah aku mencari kebohongan darinya tapi nayatanya tidak, malahan aku mendapatkan ketulusan dimatanya. Benarkah itu?

"Aku maafin kamu Fan... jujur aku nggak setega itu membenci kamu apalagi kamu orang yang baik, peduli dan selalu memberiku kebahagiaan. Aku rela ngelepasin kamu demi sahabat aku, Naira. Dan aku nggak mau tiba-tiba dia ninggalin aku karena persoalan ini. Yah... awalnya aku pikir aku bisa jadian sama kamu tapi setelah kejadian ini aku sadar, aku tak pantas mendapatkannya. Aku juga sayang sama kamu Fan."

Aku menangis tersedu-sedu ditempat itu. Bilang aku cengeng tapi air mataku tidak bisa membendungnya lagi. Tiba-tiba Arfan langsung memelukku dengan erat. Dekapan yang hangat membuat aku tidak bisa meninggalkannya tapi aku harus mundur untuk hal ini. Demi Naira, sahabatku.

"Nangis sekencang kamu Syil, keluarkan unek-unek mu... aku tau ini adalah hal yang menyakitkan untukmu tapi kamu harus sabar dan terima kasih  kamu sudah maafin aku dan ngerelain aku demi Naira. Aku janji nggak bakal ninggalin kamu."

"Makasih Fan." Ucapku dengan senyuman tulus.

             
                          ***

2 minggu berlalu, aku menyendiri tanpa seorang sahabat yang menemaniku. Tak ada keceriaan seperti dulu. Tak ada kebahagiaan yang aku dapatkan Aku hanya bisa pasrah karena apa yang sudah aku dapatkan pantas menerimanya.

2 hari setelah kejadian itu aku datang kerumah Naira untuk memberikan penjelasan dan sekaligus membongkar rahasiaku selama ini. Naira yang setengah mendengar dan masih dikuasi emosinya mengusirku dari rumahnya dan bilang kalau ia tidak bisa percaya lagi kepadaku.

Hingga akhirnya, Naira datang kerumahku untuk meminta maaf. Aku terkejut tapi keterkejutanku dikalahkan rasa bahagiaku. Waktu itu, Arfan mengajak Naira sekedar jalan-jalan awalnya Naira memberontak ingin menolak ajakan Arfan tapi setelah itu Arfan malah memberikan kejutan istemewa pada Naira. Arfan bilang kalau ia ingin serius dalam hubungannya bersama Naira, pemilik hatinya.
Naira luluh dan segera memaafkan Arfan.

Mengenai hubunganku dengan Arfan. Aku tidak lagi berhubungan dengannya lebih tepatnya kami hanya sekedar teman yang saling membantu sama lain.

"Aku senang akhirnya kita bisa kumpul kaya dulu. Ra, makasih ya sudah maafin aku. Aku janji, aku nggak akan nutupin rahasia lagi
bersama kalian berdua, karena kalian adalah sahabat aku selamanya."

Ucapku dengan senyum yang merekah. Naira dan Tara pun terharu dengan ucapanku sambil mengenggam tangan memberi kehangatan satu sama lain.

"Iya Syil sama-sama. Mungkin ini adalah pelajaran bagi kita berdua yang harus kita jalani kedepannya."

"Kok cuma berdua sih, aku nggak dilibatin nih. Karena kan aku juga membatu kalian walau hanya sebatas pemberi nasehat." Ucap Tara yang membuat kami tertawa olehnya.

Disaat tertawa seperti itu mereka menimbulkan kebahagiaan yang selalu ada dimiliki Syila, Naira dan Tara. Mereka adalah sahabat sejati yang tak pernah terpisahkan, walau masalah menghadang mereka tetapi mereka bisa menyelesaikannya dengan baik seperti yang dilakukan Syila dan Naira. Syila yang merelakan akhirnya berujung kedamaian. Ini tentang sahabat bagaimana cara menyelesaikan secara bersama-sama untuk kedepannya.

^True Friendship^

Selalu ada kecerian dibelakangnya.
              ~ Syila Nazeefah ~

                   #  TAMAT  #

Jangan lupa vote and comment nya teman-teman. Maaf kalau ada kekurangan dari ceritaku karena aku masih belajar dalam tahap ini. 😊😀

So... thanks for reading.

Rela Untuk SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang