PROLOG

295 22 3
                                    

Homo homini lupus est.

Autumn, 1995.

"Egulzar?"

Egulzar Windsor. Lelaki itu menatap kedua tangannya yang gemetar lalu menatap teman dan musuhnya yang sudah bersimpah darah akibat peluruh yang ia tembakkan tadi. Apa yang baru saja terjadi? Apa yang dia lakukan? Lututnya melemas saat saudaranya memukulnya untuk sadar dari kebingungan ini.

"Jafar sudah tidak bernyawa," ujar Husein, sembari berteriak pada Egriziq.

Egriziq menghela napas, saudara tirinya membunuh kaki tangannya sendiri. Sangat disayangkan. "Bagaimana dengan Malik?" Riziq mendekat ke arah Husein yang masih memeriksa keadaan Malik; tangan kanannya.

Husein mendongakkan pandangannya. "Nyawanya masih ada. Tapi kita tidak tahu sampai mana ia bertahan." Ia berusaha untuk menutupi luka di bagian mata laki-laki tersebut.

"Selamatkan nyawanya. Dia masih sangat dibutuhkan." Setelah mengatakan hal tersebut, Riziq lantas memerintahkan salah satu pengawalnya untuk menarik Egulzar ke ruangan Ayahnya. "Kau harus diadili."

.
.
.

"Mas..." Esparka berusaha untuk mendekat ke arah Kakaknya yang terlihat seperti kehilangan nyawanya. Pandangan Egulzar kosong, bahkan untuk berjalan ia harus dibantu oleh Timothee; salah satu pengawalnya. Belum sempat gadis bersurai panjang dengan aroma bebungaan itu melangkah lebih dekat kepada Kakak Kesayangannya, seseorang lebih dahulu menahan daksanya. "Mas Riziq biarkan Intana menemui Mas Egulzar..." Ia memohon, dengan nada suara terisak. Ada keputus-asaan di manik mata indah milik gadis itu.

"Kembali ke kamarmu. Yulhee bawah dia."

"Mas, Ayah akan mengampuni Mas Egulzar kan?" Esparka kembali bertanya, sembari menahan tubuhnya pada daksa Egriziq supaya Yulhee tidak bisa menariknya.

Egriziq menghela napas kasar. Kemudian mendorong daksa Adik tirinya untuk menjauh dari dirinya. "Bawah Esparka ke kamarnya!" Perintahnya dengan nada membentak kepada Pengasuh adik tirinya.

Esparka adalah anak haram Gervaso Windsor yang didapat dari salah satu anak gundik yang di bawah Gervaso saat bekerjasama dengan wangsa timur. Ibunya meninggal saat gadis itu terlahir, dan Gervaso tidak ingin menatap mata gadis itu karena itu mengingatkannya pada istri mudanya.

"Mata yang menarik, Tuan Muda."

Riziq melemparkan senyuman miringnya saat pemikirannya dan Husein seperti terhubung. Malam ini, lelaki itu seperti membidikkan satu peluruh untuk dua mangsa.

"Hukuman yang akan membunuh Egulzar berulang kali."

.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang