"Fa, proposal kemaren udah selesai belom?" tanya sang ketua OSIS pada wakilnya. "Udah kak, lagi diketik sama Kak Tian." Jawab Fane dengan kedua mata yang masih fokus pada layar laptop.
Saat ini, mereka tengah mempersiapkan sebuah event besar untuk ulang tahun sekolah mereka. Bekerja sama dengan OSIS SMA Gemintang 1. Untuk informasi saja, SMA Gemintang 1 dan SMA Gemintang 2 berada dalam satu naungan.
"Ini eventnya kita kerja sama dengan OSIS Gemintang 1, nanti pulang sekolah kita adakan rapat pertemuan dengan mereka. Di mohon kehadirannya." Ucap Aksa dengan tegas. Fane tidak mendengarkan apa yang Aksa katakan, ia hany fokus menyusun konsep yang telah mereka diskusikan bersama anggota lainnya.
"Kalian bisa kembali ke kelas, kecuali pengurus inti." Ucapan Aksa membuat Fane bernafas lega kerena saat ini pelajaran matematika yang sangat Fane benci, seberapa keras gadis itu untuk mecoba dan memperhatikan tetap saja dia tidak bisa. Ia lebih suka berorganisasi seperti ini.
Sekarang hanya tersisa 6 orang yang berada dalam ruangan itu. "Fa, nanti waktu event lo gantiin gua ya. Gua olimpiade fisika dan matematika di Yogyakarta." Ucapan Aksa membuat Fane membulatkan kedua matanya. Itu artinya ia harus menggantikan tugas Aksa sebagai ketua OSIS? Ini saja baru event pertama bagi Fane. Bagaimana bisa ia melakukannya?
"Kak? Beneran?" tanya Fane dengan rasa tidak percaya. Aksa mengangguk dengan berat hati, sebenarnya ia tidak tega membebani tugasnya pada Fane, tapi ia harus mewakili sekolah untuk olimpiade itu. "Kalo berantakan eventnya gimana?" tanya Fane dengan rasa gelisah.
"Kalo ada masalah, lo bisa telfon gua." Ucap Aksa dengan tenang, berbeda dengan perasaannya yang sedikit was was menyerahkan event besar ini pada Fane. "Kita matengin dulu konsep yang kita punya, nanti konsep kita digabung sama konsep yang mereka punya." Tegas Aksa. Fane mengangguk pasrah.
"Gak usah sedih gitu kali, gua pilih lo jadi wakil gua karna gua percaya jiwa lo itu jiwa organisasi." Ucap Aksa seraya mengacak rambut Fane. Fane menatap wajah Aksa. Mata lelaki itu bulat, bulu mata yang sedikit lentik. Fane menyukai mata Aksa. "Sa, udah kelar nih proposal. Di print sekarang?" tanya Tian, sekretaris OSIS.
"Sini FDnya, nanti gua yang print." Ucap Aksa. Kemudian Aksa mengambil flashdisk itu dan menarik tangan Fane. "Eh, mau kemana kak?" tanya Fane dengan raut wajah bingung. "Makan, tadi kan lo gak istirahat sama sekali. Bawa Id Card lo." Ucap Aksa masih menggenggam pergelangan tangan Fane.
Fane mengambil Id Cardnya lalu mengalungkan benda itu di lehernya. Berjalan sejajar dengan Aksa. Moment seperti ini sama sekali tidak pernah terlintas di fikiran Fane. "Gimana rasanya air garem yang pernah gua kasih ke lo?" tanya Aksa dengan nada jenaka.
"Asinlah, masa manis. Saya lagi sariawan, di kasih air garem." Protes Fane mengeluarkan uneg unegnya. Hal itu membuat Aksa tertawa. Aksa orang yang humble, bisa akrab dengan siapa saja. Seperti sekarang. "Kalo lagi gak di OSIS ngomong santai aja. Dan gak usah pake kak. Karna gua Cuma lebih tua setahun dari lo." Ucapan Aksa membuat Fane menatap lelaki itu.
"Aksa aja gitu?" tanya Fane dengan ragu mengucapkan nama Aksa tanpa kata kak di depannya. Aksa mengangguk, "Pake lo gua, bukan saya kamu." Ucap Aksa. Fane mengangguk.
Setibanya di kantin, Fane memesan nasi goreng dan es teh manis. Hanya dengan menunjukan Id Cardnya, maka semua pesanan terbayar lunas. Semudah itu.
"Aksa" panggil Fane.
"hm?"
"Kok lo bisa sih balance di organisasi juga di akademik?" tanya Fane.
Aksa tertawa kecil, "Kalo malem belajar makanya, Fredeane." Ucap Aksa. Fane mendengus kesal. "Gua gak suka belajar, ngebosenin." Ucap Fane dengan jujur. Nasi goreng dan es teh manis milik Fane sudah datang, dan hal itu membuat Fane tersenyum senang karena perutnya sudah lapar sejak tadi.
"Sa, gua makan duluan ya. Laper." Ucap Fane lalu melahap nasi gorengnya. Melihat sikap Fane, Aksa tersenyum kecil pada gadis itu lalu mengacak rambut Fane dengan lembut. Membuat Fane berhenti mengunyah dan menatap Aksa dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jangan baper ya, Fa. Gua gemes sama lo soalnya." Ucap Aksa seraya tersenyum manis pada Fane.
"Uhuk.. Uhuk.." Fane tersedak makanan yang sedang ia kunyah.
*
Saat bell sekolah berbunyi 2 kali, itu tanda berakhirnya waktu sekolah hari ini. Tentu saja hal itu membuat siswa siswa senang mendengarnya. Tetepi tidak untuk Fane. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.
Ia sedang badmood karena Jonathan yang terus menerus menganggunya. "Fane, abang Jojo pulang dulu ya, bye manis." Ucap Jonathan lalu mencolek pipi Fane. Baru saja Fane berdiri dan mengambil ancang ancang untuk menendang kaki Jonathan. "Jonathannn!" geram Fane.
"Fa, kita makan dulu yuk sebelum rapat." Ucap Virly langsung menarik Fane. "Sebel banget gua sama Jonathan." Ucap Fane dengan kesal. Virly terkekeh kecil "Gak usah lo ladenin harusnya, peak." Ucap Virly pada Fane, lalu memesan makanan dengan menunjukan Id Card miliknya. Fane juga memesan makanan, karena perutnya lapar lagi, padahal tadi sudah makan bersama Aksa.
"Deket banget sih lo sama Kak Aksa sekarang" ucapan Virly membuat Fane terkekeh. Fane meletakkan tasnya di atas meja kantin dan duduk di hadapan Virly. "Gua kan wakil dia, kalo gak deket gimana mau berhasil coba." Ucap Fane dengan santai.
Virly menganggukkan kepalanya, setengah percaya kepada teman dekatnya itu. Tak lama, makanan datang, mereka melahapnya dengan cepat lalu bergegas menuju ruang OSIS.
Di dalam ruang OSIS sudah banyak anak OSIS dari SMA Gemintang 1. Fane hanya tersenyum saat bertatapan dengan mereka. Fane menghapiri Aksa yang tengah membaca proposal. "Belom mulai?" tanya Fane lalu duduk di sisi kiri Aksa.
"Belom lengkap, Fa" jawab Aksa yag masih fokus membaca proposal mereka. Fane mengangguk mengerti lalu berdiri dan berpindah tempat duduk di hadapan Aksa, tepat sebelah Virly.
Karena nanti akan ada ketua OSIS Gemintang 1 yang akanduduk bersama Aksa.
****
Jangan lupa untuk menghargai penulis dengan cara vote dan comment.
Update selasa dan jumat.
Terima kasih untuk yang sudah memberikan votenya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ORGANIZATION
Teen FictionBertemu dengan Gema adalah salah satu kejadian paling beruntung bagi Fane. Sejak mengenal Gema, hidup Fane sedikit berubah. Fane sangat bahagia, ya walaupun Gema sangat cuek, tetapi terkadang dia bisa bersikap manis. Dibaperin terus di gantungin. I...