Setelah pulang ke rumah untuk mengganti pakaiannya, mereka pun kembali pergi ke sebuah tempat yang sering mereka kunjungi saat kecil.
Sebuah taman indah yang memiliki banyak kenangan di dalamnya, walaupun sudah lama namun renal masih ingat berbagai hal yang pernah ia dan keluarganya lakukan.
Revan berjalan ke arah kursi yang di duduki renal sambil membawa dua buah minuman yang ada di genggamannya. Langkahnya terhenti ketika ia sudah berada di belakang adiknya. Ia tidak langsung berbicara atau pun ikut duduk.
Ia bingung apa yang di lihat renal sampai membuat nya serius seperti itu, ia pun mulai ikut menatap ke arah yang sama. Hanya terlihat seorang wanita yang sedang mengajari anak lelakinya bermain sepeda. Apakah itu begitu menarik untuk di tatap?
"Hey" Renal tersentak kaget ketika ia merasakan sesuatu yang dingin menempel pada pipinya, dan ternyata itu ulah kakaknya. Ia pun menerimanya walaupun tidak langsung meminumnya
"Jangan bengong, di sini banyak hantu cewe, ntar lo kerasukan jadi banci" Ucap revan yang mulai duduk di samping renal
"Lagian ngapain sih liat mereka mulu? Lo naksir sama dia? Lihat tuhh dia udah punya anak, bisa2 lo cekik sama suaminya" Lanjut revan sambil sesekali menyedot minumannya
"Ngomong apaan sih lo. Gak jelas banget" Revan terkekeh karna dapat menggoda adiknya lagi
"Ohh jangan2 lo mau cepet2 nikah ya? Selow dong nal jangan buru2, gue aja belum"
"Omongan lo makin ngaco, jangan2 lo kerasukan hantu di tinggal nikah"
"Dari pada kerasukan hantu jomblo, nanti yang ada gue langsung cium lo"
"Kegantengan gue itu emang terlihat jelas ya dari segi mana pun, bahkan hantu aja sampe naksir sama gue"
"Heran gue, waktu hamil bunda ngidam apaan sampe punya anak sePD lo"
Revan menoleh ke arah renal yang tidak membalas ucapannya, bahkan ia lebih memilih diam dan memandangi minuman yang ada di genggamannya. Apakah ia salah bicara?? Ahh ia baru sadar jika ia telah mengucapkan kata 'bunda' pada kalimatnya. Renal memang paling sensitive jika sudah mengenai orang yang paling ia sayang dalam hidupnya.
Sebenarnya revan tidak mau datang ke tempat ini lagi, karna di sini ia dan keluarganya dulu slalu bersenang2. Namun renal memaksanya untuk pergi kesini, Dan mungkin ini adalah alasan kenapa renal terus menatap wanita yang sedang bersama anaknya tadi, mungkin ia teringat saat kecil bersama bunda. Bodoh, Mengapa revan tidak berfikir kesitu?
Revan mulai melingkarkan tangannya pada leher renal lalu menatapnya "bunda pasti sedih kalo liat lo kaya gini terus nal. Gue tau ini sulit bahkan lebih sakit dari hal apapun yang pernah gue rasain, tapi mau gimana lagi? Semuanya udah takdir, gak ada yang bisa ngerubah. Lagian sekarang kita udah punya keluarga baru, tuhan ngirim mamah sebagai pengganti bunda, walaupun pada dasarnya gak akan ada yang bisa gantiin posisi bunda, tapi kita gak boleh ngelawan takdir. Udah 6 tahun nal, lo harus bisa bangkit, ada gue yang akan slalu ada di depan, di samping, dan di belakang lo setiap saat" Ujar revan yang sangat mengerti dengan apa yang di rasakan oleh adik satu2nya itu.
"Panas, pindah duduk aja yuk" Ajak revan saat melihat keringat yang mengucur di pelipis renal, iapun mengusapnya dengan lembut.
Renal mengangguk lalu bangkit dari tempat duduknya untuk berpindah tempat. Mereka pun berjalan ke arah kedai coffe yang cukup ramai
"Gak mau di sana, banyak orang" Ucap renal memegang tangan revan agar berhenti melangkah
Revan sampai lupa jika renal tidak kuat dengan keramain "yaudah di luar nya aja, soalnya cuma itu tempat yang teduh" Mereka pun kembali berjalan hingga akhirnya duduk kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
RENALDIANA
Teen FictionMengejar cinta seseorang yang tidak mempunyai perasaan sedikitpun pada kita, dapat membutakan hati untuk melihat siapa yang lebih peduli. cover by @windastoryseries:)) Rank #1 Brotherhood #2 sick