Prolog

11 3 0
                                    

Karena waktu semua bisa berubah, pagi menjadi malam dan malam menjadi pagi, hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan dan bulan menjadi tahun. Semua akan berubah pada waktunya, berubah menjadi lebih baik atau malah menjadi lebih buruk.

Sama seperti perasaan seseorang, sekarang bilang cinta tapi tak ada yang tahu besok bagaimana, bisa saja pindah ke lain hati. Atau bahkan sekarang bilang benci, besok perasaannya berubah menjadi cinta.

Tak ada yang mustahil didunia ini.

Shabila Annetha Geraldine, gadis yang akhir akhir ini sering menghabiskan waktunya bersama seorang Jevan Alendra, kekasih sekaligus sahabat dan juga teman dari kecilnya.

Sama seperti sekarang, Shabila yang sering dipanggil Shasa itu mendapat pesan bahwa Jevan akan menemuinya jam sembilan nanti. Dan sekarang masih jam tujuh, seorang Shasa yang sering lupa itu kali ini tak akan lupa. Karena setiap satu jam Jevan pasti menelponnya dan mengatakan 'Jangan lupa ya sayang, kita ketemu jam sembilan teng. Oke!' Selalu dan pasti seperti itu.

Shasa yang belum mandi pun bergegas ke kamar mandi dan mengambil handuknya. Setelah duapuluh menit barulah ia keluar dengan rambut yang masih basah itu. Memakai baju dan merapikan rambut yang kini sedang dikeringkan, Shasa mengepangnya dari ujung ke ujung agar tidak kegerahan nantinya.

Setelah selesai, ia pergi kebawah untuk makan.

"Bi, ada makan ga?" Suara Shasa yang sedikit kencang itu membuat pembantu rumah tangga yang hanya bekerja dari pagi hingga sore itu terlonjak kaget saat sedang menuangkan susu digelas.

"Ada neng, silahkan di makan" ucap bibi itu. Setelah selesai Shasa kembali ke kamar dan mengganti bajunya. Dengan Kemeja biru navy polos yang tidak dikancing dengan lengan yang dilipat sedikit dan kaos berwarna putih, serta celana jeans hitam dan sneakers biru navy.

Memoleskan bedak bayi dan liptint coral membuatnya lebih terlihat manis. Ia keluar kamar dan berniat menunggu Jevan dihalaman. Namun saat melangkahkan kakinya ditangga, ia terkejut melihat Jevan yang dengan santainya duduk di sofa rumah dengan kaki yang ditumpangkan ke kaki yang lain.

"Udah dandannya?" Tanya Jevan.

"Kebiasaan, kalo ngajak jalan janjian jam berapa datengnya jam berapa." Ucap Shasa seraya berjalan ke arah sofa yang di duduki Jevan.

"Yang penting kan ga telat, yang." Ucap Jevan sambil menaik turunkan alisnya.

"Ya tapi kan harusnya-"

" udah dehh, yuk ah langsung jalan aja." Potong Jevan sambil berdiri dan menarik tangan Shasa.

Mereka pergi ke mall, kafe, dufan dan sekarang menikmati sore hari sambil menunggu sunset di tepi pantai Ancol. Menduduki pasir putih yang ada disana.

"Van, makasih ya udah bikin gue seneng seharian ini" ucap Shasa sambil memeluk pinggang Jevan dari samping.

Jevan membalas pelukan Shasa sambil sesekali mencium puncak kepalanya. "Bahagiain bidadari kaya kamu itu keharusan buat aku yang" ucapnya.

"Makasih juga kamu udah luangin waktu kamu buat aku" Shasa menghirup parfum Jevan yang membuatnya betah berlama lama dengan Jevan.

"Karena waktu itu berharga, karena waktu juga aku kenal sama kamu kan, yang" ucap Jevan sambil menatap Shasa dari samping.

"Karena waktu juga, kita bisa sedeket ini"

"Waktu yang bikin kita bersama"

"Dan waktu juga bisa bikin kita berpisah, berpisah rumah. Kan belum muhrim"

Mereka pun tertawa sambil menikmati angin dan gemuruh ombak ditambah dengan matahari yang berwarna jingga redup. Romantisnya, huhuhuuuu😢

🍃🍃🍃🍃🍃

Semoga suka sama project story aku dehh yaa :)) ehheee.
Prolognya kepanjangan ya? :v gapapa dehh yaa

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang