Disangka Kembar

7 1 0
                                    

Pagi ini aku sengaja datang cepat, karena sekarang saatnya tugasku membersihkan kelas.

Baru sampai didepan kelas aku mendengus kesal saat pintu kelas dalam keadaan terkunci.Dengan terpaksa aku kembali berjalan menuju koridor dimana letak kantor sekolahku.

Kuamati sekeliling penjuru kantor.Tak kujumpai sesosok pun guru.

'Lah,,emang gue datangnya kecepatan ya?'

Baru hendak berbalik pergi.Tiba dari arah sudut ruangan kantor tepatnya dari WC keluar orang yang aku cari cari.Dari perkenalan kemaren, aku tau kalau Walasku ini memegang mata pelajaran Biologi.

Tampak olehku ia menyipitkan matanya.Lewat dari matanya, aku tau kalau dia menyuruhku memasuki kantor.

Baru sampai dihadapannya, buk El-sapaan di sekolah-merogohkan tangannya sambil memberikan sebuah kunci kepadaku.Ku balas dengan tersenyum lebar, sambil mengucapkan salam dan pamit dari hadapannya.

🎶🎶🎶🎶🎶🎶

Siang ini cuaca sama sekali tidak mendukung, apalagi dihadapanku tertulis rumus rumus kimia yang semakin membuatku mengantuk.Dari semua mata pelajaran, hanya 2 yang sangat aku takuti.

Bahasa inggris adalah pelajaran yang pertama, bukan hanya guru mengajar yang membuatku takut, tapi setiap masuk aku akan dibuat tegang hanya saat Bu Linda-guru yang memegang mata pelajaran bahasa inggris-mengabsen nama siswa untuk maju kedepan dalam berbahasa inggris.

Mungkin bagi yang lain ini merupakan sesuatu hal yang sangat menarik, dan sarana untuk membagikan pengalaman.

Tapi lain hal bagiku, berbicara bahasa inggris lebih susah dari pada menghadapi banyak soal matematika.

Yang kedua sudah tentu mata pelajaran ini, bukan berarti aku tidak mengerti. Tapi dari dulu, guru yang mengajarku hanya seputar bu Latsmi.Guru yang berwajah lembut ini, bukan berarti pintar dalam mengajar.Seperti saat sekarang ini, belum ada penjelasan sama sekali sudah diberi latihan.

Bukannya mau protes, tapi sanggupkah aku yang imut imut ini dihadapi dengan soal soal yang melihatnya saja sudah membuatku sakit kepala.

'Ok,,gue mulai bosan!!'

Hapir semua teman temanku sibuk membolak balikkan buku paket, ada juga sibuk dengan buku lesnya.

Ada juga yang sibuk bercerita sesama teman sebangkunya.Dan terlebih semua anak cowok memilih cuek dan sibuk menggambarkan khayalannya di halaman terakhir buku latihan.

"Ren,,"

'Kayak ada yang manggil gue ya?'

Aku menoleh kebelakang, namun nihil tak ada yang memandangku.Semuanya tampak sibuk dengan pekerjaan masing masing.

Dengan kesal aku kembali menghadap depan.

"Ren,,"

Palingan orang usil, itulah pendapatku.Inilah yang tidak aku sukai dari kelas xi ipa 1 ini.Karena hampir setiap panggilan kami sama.

Seperti contoh saja diriku, nama ku Shareen, biasanya kalau ada orang yang memanggil namaku mereka akan menyebutkan kata,

Ren,

Tapi hampir 6 orang dikelas ini yang sama panggilannya denganku-dan semuanya laki-laki-dan percayalah ini semua sangat menjengkelkan.

Mulai dari teman akrabku,

Rendy Ardyansyah

Panggilan akrab Rendy, tapi jika ada perlu lebih sering di panggil Ren dengan spontan oleh teman dilokal.

Yang kedua,

Rendra Leron

Yang ketiga,

Rengga Dani

Yang keempat,

Wardi Mehendra

Nggk mirip-mirip banget, tapi kalau dipanggil Hen juga membuat kami bingung.

Yang kelima,

Yendra Hidayat kalian tahu, walaupun namanya nggk mirip-mirip banget tapi juga bisa membingungkan.

Contohnya saja siang ini, saat sedang asyik-asyiknya mengerjakan soal Latihan, aku dibingungkan oleh panggilan yang berasal dari pojok kelas.

Saat menoleh, ternyata tak ada yang melihat kearah ku. Lalu  ketika memandang keseberang meja tampak oleh ku Hendra, Rendra, Rengga, maupun Rendra menoleh ke pojok kelas.Aku hanya nyengir lebar saat mengetahui kalau bukan aku saja yang ke-gr-an.

Sungguh sial ternyata si Aldi-teman sebangku Yendra-sedang memanggil Yendra.Yang kebetulan berdiri tampak sibuk mendengar penjelasan guru.

Untuk itu kami sepakat didalam hati kalau tidak akan menoleh sebelum nama panggilan akrab kami disebut.

"Shareen,,"

"Lah,, jadi lo manggil gue?

"Astaga, lo budek atau gimana sih? Udah capek tau gue manggil lo dari tadi, lo kebiasaan deh nggk akan nongol sebelum gue panggil dengan nama Shareen lo itu".

Rendy-teman akrab ku saat kelas 10 sampai sekarang-tampak jengkel dengan sahutanku.

" Kan lo tau tu, ngapain repot-repot manggil gue sampai 100 kali, cukup lo panggil gue dengan sebutan Shareen gue langsung nengok kok".

"Seterah lo aja deh, gini lo mau ikut main nggak?".

Rendy tampak bosan dengan protesnya dan mengganti topik perdebatan kami.

" Main apaan?".

Aku langsung menoleh penasaran padanya.

"Kami lagi ngumpul tu dibelakang, lagi main 'SOS' mau ikut nggak? Vero menang banyak tuh, masak lo mau kalah ama tu tuyul".Rendy menaik turunkan alisnya menantang.

" Eleeh, kalau soal beginian gue jamin nggk bakal kalah, emang berani masang berapa tu si tuyul?".

"Tadi sih 5000, coba lo tantang deh, mana tau mau dia ngeluarin uang 10.000".

Akhirnya kami mengendap-ngendap ke belakang, tepatnya disudut kelas.

Tapi sial buatku, saat hampir memenangkan taruhan kami malah ketahuan sama bu Latsmi.

Untung uang taruhan sudah aku selamatkan kedalam saku rok abu-abu.

Hanya buku latihan Vero yang kena tahan dan dibawa kedepan kelas.

Masalah tentang kami taruhan memang tidak ketahuan, tetapi bukti kami bermain saat belajar ada dibuku si Vero.

Alhasil kami terpaksa menandatangani buku kasus-hal yang sangat aku hindari-dan sialnya hanya aku yang perempuan.

Tapi asal kalian tahu dari tadi bu Latsmi meneriaki kami, dan malah menjewer kami satu persatu.Ia malah meneriaki ku dengan sebutan Sandra-nama kakak perempuan ku-yang tahun kemaren baru tamat di SMA ini.

Dan juga merupakan bekas didikan bu Latsmi dan guru-guru yang lain.Karena jurusan si Sandra sama denganku-IPA-tapi ini juga hal yang menguntungkan buat ku.

Tanpa mempedulikan ceramah bu Latsmi, dengan penuh semangat ku tulis nama Sandra lengkap dengan kepanjangannya.

  🎶🎶🎶🎶🎶🎶

Why LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang