Kalau Cinta sama Sepupu Sendiri........

20.2K 84 3
                                    

Hai all, jumpa lagi di cerita baru :) kali ini bentuknya cerpen.. jadi selagi menunggu serial Con te Partiro selesai diketik ulang, silahkan baca cerpen yang sudah selesai ini.. ini cerpen lamaku yang sempat ku-upload ditempat lain dan baru sekarang sempat ku-upload ke wattpad. oke all, selamat membaca :)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Gyaa!!! Jeleeekkk!!! Balikin handphone gue!" Dasar, sepupu-sepupu gue emang nyebelin (sangat!). tega-teganya mereka ngambil handphone gue cuma buat nyari tau sejauh mana gue pacaran. Padahal gue udah sumpah kalo gue nggak punya cowok! Tapi tetep aja kunyuk-kunyuk itu nggak percaya. Sementara tangan gue ditahan ama Dimas, inbox HP gue dibacain ama kunyuk-kunyuk yang laen. Urgh, nggak ada kerjaan banget sih!

"Gue nggak yakin kalo Hp yang gu pegang punya anak SMA. Masa sih Hp nak SMA pesannya Cuma dari papa, mama, ama kita-kita doank. Payah!"

"Eh, ya terserah gue donk! Udah, balikin Hp gue!!!"

"Ayam cerewet!"

Biar gue jelasin kenapa gue dipanggil "Ayam". Nama gue Chika, Nah, jadi kalo orang-orang manggil gue, mereka suka seenaknya nyingkat nama gue jadi "Chik". Contohnya, "Chik, jalan yuk!" Sejarahnya nama "ayam" itu bermula dar "Chik" ini. "Chik" cara bacanya sama kayak "Chick" yang dalam bahasa Inggris artinya "ayam" makanya gue serng dpanggil "ayam". Padahal gue udah berkali-kali ngingetn mereka buat nggak manggil gue ayam, tapi tetep aja mereka ogah manggil nama gue yang asli.

Tentang sepupu-sepupu gue. Jad keluarga besar gue bukan cuma "keluarga besar" biasa tapi "keluarga sangat-sangat besar". Kakek gue yang dari bokap punya 9 orang anak dan dari 9 orang itu lahirlah 52 cucu (ha ha ha!). Tapi dari cucu-cucu itu cuma 3 orang anak ceweknya. Kehadiran cewek itu bener-bener langka. Keturunan kali ya!

Bokap gue anak ke 9 dari 9 bersaudara dan gue anak ke-3 dari 3 bersaudara. Means, gue cucu nomor 52 dari 52 orang. Sebagai cucu paling kecil dan cewek (karena cewek langka banget) gue hadir sebagai primadona di keluarga gue. Jadi sering diperlakukan sebaga anak kecil oleh kunyuk-kunyuk nggak jelas ini (sepupu-sepupu gue maksudnya). Urgh, padahal gue udah bermetamorfosis jadi gadis kelas 2 SMA manis nan cantik. Apalagi gue satu-satunya cucu cewek yang belon nikah. Abisnya sepupu-sepupu gue banyak yang udah tua, malahan ada sepupu gue yang umurnya lebih tua dari bokap gue.

Saking banyaknya dan seluruhnya tersebar, gue nggak tau persis tentang keluarga besar gue. Yang gue kenal cuma beberapa itupun yang sering maen ke rumah gue. Tentang silslah juga gue nggak terlalu banyak tau.

"Argh, lepasin dalam hitungan tiga kalo nggak gue teriak!" Akhrnya gue mula ngancem!

"Teriak aja kalo berani!"

Tapi gue bukannya terak malah ngegigit tangan Dimas. Dimas ngejerit dan akhirnya gue lepas dari cengkraman Dimas. Nggak lupa gue ngerebut Hp gue.

"Ayam sialan! Gue aduin ke Vincent sama Roxas baru tau rasa!"

"Aduin aja kalo berani!" Haha,jelas aja gue nggak takut. 2 kakak kandung gue tercinta masih kuliah ke negeri seberang. Lama-lama aja deh mereka di KL, percuma punya 2 kakak cowok. Kalopun mereka ada mereka lebih ngebelain kunyuk-kunyuk ini dibandingin ngebelain gue.

"Oy! Bantun gue di dapur napa! Kalo nggak ada yang bantuin ayamnya buat gue sendiri!" EJ (baca i-je) kunyuk yang paling sering nyap-nyap kayak nenek. Tapi biar bagaimanapun dia kunyuk gue yang paling easy going.

"Bentar EJ, gue mash belon puas ngerjain kunyuk Dimas!"

Malem ni malem Minggu. Bonyok gue ma para tetua lainnya (para tante dan para Om) shopping di Dago jadi di rumah tinggalah gue bersama para Kunyuk yang dari Jakarta.

Dari keluarga Tante Mira ada Dimas, Ari, sama Diaz. Dimas ma Ari udah kerja di Jakarta kalo Diaz masih persiapan tesis di UI.

Dari keluarga Om Axel ada si kembar Micha-Marcel dan EJ. Tiga-tiganya masih kuliah di UI.

Yah, cuma kunyuk-kunyuk itu doank yang gue kenal. Sisanya cuma pernah terdengar dari dongeng dan legenda keluarga.

Sepi banget kalau Tante Mira ma Om Axel sekeluarga nggak ke Bandung. Cuma ada keluarga gue yang bedomisili di Bandung diantara sekian banyak keluarga gue. Ditambah lagi Vincent ma Roxas jarang pulang. Makin sepi aja Bandung jadinya.

"Ayamnya udah mateng nih." Kata EJ sambil bawain sambel ma piringnya. Tapi ayam yang jadi hidangan utamanya malah lupa dia bawa. Ujung-ujungnya gue juga yang bawain.

"Ayam kok makan ayam?"

Ih, lelucon yang nggak lucu, "Emang lo pikir itu lucu?"

"Lucu!" kata EJ sambil menggigit ayamnya sebelum melanjutkan kata-katanya "banget!"

**************

"Mama!" Jam 11 malem barulah para tetua nyampe d rumah. Keliatannya udah capek banget jadi langsung masuk ke kamar masing-masing.

Kamar di rumah gue ada 5. Di lantai 1 ada kamar bonyok, kamar tamu, ama kamar Vincent. Di lantai 2 ada kamar gue sama kamar Roxas yang letaknya sebelahan. Posisi sekarang para tetua tidur di lantai 1. Om Axel-Tante Triana nempatin kamar Vincent sedangkan Tante Mira-Om Hadi di kamar tamu.

"Kalian tidur di kamar Roxas rame-rame nggak pa-pa kan?" kata Mama kepada para kunyuk.

"Nggak dikasih kamar juga nggak kenapa-napa kok, ma. Chika yakin mereka nggak bakalan tidur!" Gue langsung nyolot sambil ngeliat tingkahnya para kunyuk yang semakin malem semakin menggila. Uh, mereka ini ada-ada aja.

"Haha, bener tante! Mau ngobrol sampai pagi!" See? Liat kan? Kata-kata gue emang banyak benernya!

Mama ngasih bantal tambahan buat dipake di kamar Roxas biar pada dapet bantal semua." Yah, terserah deh kalau mau ngobrol sampai pagi. Yang penting jangan lupa jemput Xion besok pagi."

*** *************

Kalau Cinta Sama Sepupu Sendiri......Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang