Hembusan angin musim dingin di Kota Roma Italia kini Ia rasakan, jilbab panjangnya berhembus tak beraturan, Dia mencoba memasukannya kedalam jaket.
Dia mencoba berjalan sambil menjinjing kedua kopernya dengan bersusah payah untuk keluar dari area bandara, tak disangka para sopir taksi menyambut di luar sana untuk mengulurkan jasanya kepada para wisatawan termasuk pada dirinya.Dia wanita indonesia dengan perawakan yang tinggi, mata bulat yang cerahnya, bibir yang tidak terlaku tipis, alis yang cukup tebal dan hidung yang cukup lancip menghiasi wajahnya. Terkadang ia tidak terlihat sebagai orang indonesia murni karena ada wajah kearaban dalam dirinya, tentu saja kakeknya adalah orang yordania namun ayahnya lahir dan besar di Bandung begitu pun ia.
"Permisi nona kemanakah tujuanmu? bisakah aku membatu," Ucapnya dengan sedikit sopan dan mendekatinya yang sedang menyeret beberapa koper besarnya
"Antarkan aku ke Hotel Delle Muse Tuan," Ucap wanita itu seraya mencoba memberikan koper yang sejak tadi dia bawa pada laki laki itu
"Baiklah, silahkan masuk" Ucapnya membukakan pintu mobil
Wanita itu menikmati perjalanan di kota Roma ini sudut setiap sudut begitu indah dipenuhi dengan salju. Tiba-tiba lamunannya terhenti saat sang sopir berbicara
"Nona seorang Muslim?" Ucapnya sambi terus berkendara"Iya tuan saya Muslim"
"Berhati hatilah disini, kota ini tak seindah seperti yang nona lihat, apalagi bagi seorang Muslim perempuan seperti nona. Apakah nona mempunyai sanak saudara di sini?"
"Saya memiliki satu orang sahabat yang kuliah disini,"
"Nona berasal dari indonesia kan?" ucapnya sambil melihat kaca di atas kepalanya yang tidak langsung menatap wajah teduh wanita itu
"Iya tuan"
"Negeri yang indah dengan toleransi yang sangat tinggi, saya pernah sekali ke sana entah seberapa tahun yang lalu"
"Benarkah?" Belum saja ia menjawab mobil yang kita tumpangi berhenti.
"Nona kita sudah sampai," ucapnya sambil turun dari mobil lalu membantuku mengeluarkan barang barang milikku.
Dia mengeluarkan beberapa uang UERO"Ini tuan"
"Terimakasih nona, kau muslim dan tak banyak orang yang kau kenal disini, hati hatilah semoga Tuhan selalu melindungimu"
Wanita itu hanya memberikan senyuman hangat padanya yang tak lama kemudian ia pergi dengan mobilnya, entahlah untuk saat ini aku tidak terlalu mengerti mengapa ia berbicara seperti itu.
Kakiku mulai melangkah menuju lobby hotel, bukan tanpa alasan ia menginap disini karena temannya menyarankan hotel ini untuk dia tempati sementara, agar mudah mengakses mesjid di kota ini. Ya, karena seharusnya dia menginap bersama temannya tersebut di Kost-annya di piggiran kota Roma.
Setelah beberapa saat dia sibuk mengurus andministrasi menginap disini dia mendapatkan satu kamar yang letaknya di lantai 3, dia berjalan di lorong-lorong hotel ini sebelum akhirnya menemui kamar tujuannku.
Kamar nomor 346, dia merebahkan tubuhnya di kasur yang berbalut sprai putih."Hufttt" Ucapnya sambil mengotak ngatik handphone , dan WhatsAap dari Aida yang pertama kali ia lihat adalah
Aida : Assalamu'alaikum Ma, kamu sudah sampe di roma? jangan lupa langsung ke hotel yang aku saranin, oh iya kurang lebih 3 KM dari hotel itu ada mesjid agung Roma kau kesana saja jika ingin shalat jika kesusahan tahu dimana arah kiblat, maaf Ma aku belum bisa bertemu kamu soalnya tugas akhirku banyak. Insya Allah mungkin lusa aku akan menemuimu. jaga dirimu baik baik jangan sampai demam kau belum terbiasa udara dingin seperti ini kan? coba dari sekarang cari apotek terdekat, jangan buat ummi khawatir di Bandung
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Roma
Teen FictionUpdate setiap Hari Senin & Jum'at❤ *** Kehancuran hati yang membawa seorang gadis muda asala bandung menginjakan kaki di Roma Italia. Akankah luka itu akan sembuh di negara tersebut? atau malah akan memunculkan luka baru? Tak ada yang tahu bagaimana...