Ruang bersalin di salah satu Rumah Sakit Seoul dipenuhi dengan suara teriakan seorang calon ibu yang sedang berusaha untuk melahirkan buah hatinya. Di sekelilingnya berdiri dua orang dokter, tiga suster dan juga suaminya.
Rambut panjangnya basah terkena keringat yang terus keluar, dengan sabar salah satu tangan suaminya membenahi letak rambutnya sedangkan tangan satunya menggenggam erat tangan si istri.
"Aaaakh—Yifan" Wajahnya memerah karena terus memaksa otot-ototnya untuk mengeluarkan bayi. Suara Dokter yang terus memberikan instruksi untuk si calon ibu untuk terus berusaha melahirkan bayinya menjadi latar belakang kondisi mereka.
Suara tangisan bayi akhirnya keluar menjadi suara tambahan di ruang bersalin. Tetapi keadaan Suho—si calon ibu, belum juga membaik. Perutnya masih melilit sakit walaupun bayinya sudah berhasil dilahirkan.
"Bayinya kembar, Suho-ssi. Ayo, dorong terus. Tarik nafas lalu dorong!" Salah satu Dokter memberi instruksi kembali pada Suho. Yifan—suaminya, meringis saat Suho kembali meremas tangannya sangat kuat. Kuku-kuku istrinya yang dicat merah menancap pada kulitnya.
Yeah tapi ini belum seberapa dibanding dengan sakit yang dirasakan istrinya saat ini. Yifan memberi Suho semangat dengan berbisik di telinga kanan Suho sambil tangannya yang bebas mengelus rambut basah istrinya.
Suara bayi menangis kembali keluar, dengan tanggap salah satu suster yang berdiri dekat dengan bayi yang keluar mengangkatnya lalu membersihkan si bayi kedua.
"Oh tidak, masih ada satu lagi yang tersisa. Kau harus kuat, Suho-ssi. Kurasa satu lagi bayi kalian yang masih di dalam." Kali ini dua dokter itu bertukar posisi. Dua suster yang tadi berada di sana sedang membersihkan dua bayi yang baru lahir.
Kali ini tidak memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang besar untuk mendatangkan bayi terakhir. Suho terbaring lemah setelah berhasil membawa tiga malaikat kecilnya lahir di dunia.
Yifan berkali-kali menciumi dahi Suho karena sudah berjuang sangat keras melahirkan anak-anak mereka.
.
.
Suho sedang berbaring di ruang inapnya saat suami dan beberapa orang suster datang mendorong box bayi. Senyumnya mengembang saat tahu ketiga bayinyalah yang dibawa.
"Anda harus memberikan ASI kepada mereka, Bu. Karena ini sudah beberapa jam setelah anda melahirkan dan waktunya mereka makan." Seorang suster menggendong bayinya yang mempunyai kulit lebih gelap dibanding bayinya yang lain. Lalu memberikannya pada Suho.
"Biar aku dan istriku yang mengurus ini. Kalian boleh keluar." Yifan berbicara pada suster-suster di kamar Suho.
"Ini bayi pertama kita, Sayang. Namja. Nama apa yang cocok untuknya menurutmu?" Yifan mengelus pipi bayinya yang sedang menyusu pada Suho. Bayi yang pertama lahir dengan lingkar hitam di bawah matanya, seperti panda.
"Menurutmu? Bukankah kau sudah menyiapkan nama, Sayang?" Suho membenarkan letak bayi dalam gendongannya.
"Ya, Zitao. Wu Zitao. Bagaimana?"
"Nama yang indah. Bagaimana dengan yang lain?" Mata Suho melirik pada dua box bayi di dekat ranjangnya. Satu bayi yeoja dan satu bayi namja.
"Wu Jongin untuk anak kedua kita, bayi cantikku dan Wu Sehun untuk magnae kita." Dua telunjuk Yifan mengelus-elus kedua pipi anaknya. Jongin yang sedang terlelap dan Sehun yang sedang mengerjapkan kedua matanya dengan imut.
Suho dan Yifan tersenyum bahagia. Memliki tiga malaikat kecil yang menggemaskan sekaligus.
.
.
Bibir Yifan tak henti tersenyum melihat ketiga buah hatinya sedang bermain. Semenjak kelahiran kedua putra dan satu putrinya 19 bulan lalu, ruang keluarganya penuh dengan mainan ketiga anaknya.
Dia sedang menemani anak-anaknya bermain, menunggu Suho yang sedang membuat makan siang untuk mereka.
"Uuuuuuung uuung—" Itu suara Zitao yang sedang bermain mobil-mobilannya. Mulutnya mengeluarkan suara yang sering di dengarnya saat naik mobil bersama orang tuanya.
Jongin—putri satu-satunya, menangis kencang saat boneka anjing kesayangnnya direbut oleh Sehun. Yifan menghampiri keduanya, lalu menggendong Jongin yang mengenakan dress biru bergambar pororo.
Dia duduk di hadapan Sehun dan mengambil boneka anjing yang tadi direbut anak terakhirnya. Jongin masih menangis sambil memeluk leher Yifan dan Sehun berusaha mengambil boneka anjing milik Jongin dari Yifan sambil bergumam tidak jelas.
"Sehun, Daddy tidak suka jika Sehun berbuat nakal pada saudaramu." Sehun masih berusaha mengambil boneka anjing di tangan Yifan yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya, agar Sehun tidak dapat mengambilnya.
"Aangh—" Bibir Sehun melengkung ke bawah, dan sebentar lagi akan menangis seperti kembarannya.
Zitao menghampiri kedua saudara kembarnya dan juga Yifan. Mata sipitnya memandang heran. Dia berjalan dengan susah payah—baru Zitao yang bisa berjalan. Di tangannya dia membawa mobil-mobilan kesayangannya.
"Hun—Ngin, uugh—" Zitao memanggil kedua kembarannya dengan perkataannya yang terbatas.
Yifan menghela nafas melihat Sehun yang sebentar lagi akan menangis. Dia membawa Sehun ke atas pangkuannya. "Daddy tidak suka Sehun berbuat nakal. Minta maaf pada Jongin dan Daddy akan memberikan bonekanya."
Jongin menatap Sehun dengan matanya yang basah sehabis menangis dengan kedua tangannya yang masih memeluk leher Yifan.
Sehun berdiri lalu memeluk Jongin yang masih dalam gendongan Yifan. Saat Sehun melepaskan pelukannya, Yifan menurunkan Jongin dari gendongannya kemudian menghapus air mata yang membasahi pipi Jongin.
"Ttalanghae." Yifan terkekeh pelan mendengar ucapan Sehun yang belum lancar.
Sehun kembali memeluk Jongin sambil menciumi pipi Jongin. Zitao yang melihat Jongin dan Sehun berpelukan, ikut memeluk kedua kembarannya dan ikut menciumi pipi Jongin.
"Ahahaha—Hun, Tao."
Mulut Jongin yang baru ditumbuhi empat gigi mengeluarkan suara tawa. Pipi gembulnya yang diciumi kedua kembarannya terasa geli dan basah. Liur Sehun dan Zitao menempel di pipi kanan dan kirinya.
"Aigo—lucunya anak-anak Eomma." Suho datang membawa makan siang untuk Zitao, Jongin, dan Sehun yang masih betah berpelukan.
Jongin sudah jatuh terlentang dengan kedua saudara kembarnya yang masih memeluknya dan menciumi pipinya. Zitao dan Sehun ikut tertawa melihat Jongin tertawa kegelian.
"Dan Daddy. Kau melupakanku yang ikut andil membuat mereka, Chagi?" Suho tertawa kecil melihat reaksi Yifan.
Yifan sangat menyayangi keluarganya. Banyak perubahan dari Yifan saat masa kehamilannya dan setelah kelahiran anak-anak mereka. Suho bersyukur Tuhan memberikan kebahagian dengan lahirnya ketiga anak kembarnya dan suami penyayang seperti Yifan.
"Sudah—sudah, berpelukannya. Ayo makan siang." Ujar Suho sambil menciumi ketiga anaknya satu persatu. Tidak lupa mencium pipi Ayah dari anak-anaknya.
.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Happy Family-KrisHo (by; Choi Seong Yeon)
FanfictionKisah tentang keluarga bahagia KrisHo dengan anak" lucu mereka KaiHunTao :) Cerita ini BUKAN MILIK SAYA, cerita ini saya dapatkan di ffn. Saya hanya berniat membaginya tanpa berniat lain. Cerita ini karya dr author Choi Seong Yeon. Jika author asli...