prolog

11.7K 767 172
                                    

Namaku Yogi Yudisthira Gamalia.

Entahlah, sebenarnya aku juga kurang tahu apa mereka masih mengizinkanku menyandang kata 'Gamalia' di penghujung nama, sebab kurasa ... aku bukan keluarga mereka, jadi ada rasa tak berhak untuk menyantumkannya.

Mengapa begitu? Padahal kami satu atap bahkan hidup bersama sejak aku baru menatap dunia.

Ya karena, seperti yang kita ketahui, defenisi keluarga adalah saling melindungi, menyayangi, melengkapi dan memperhatikan satu sama lain.

Tapi nyatanya, aku tak pernah merasakannya, barang sekalipun.

Itukah keluarga?

Bagiku, aku ini hanya menumpang hidup dengan mengemis kasih sayang dan rasa peduli mereka yang mungkin sangat mudah didapatkan oleh orang pada umumnya.

Sebentar, apa kalian berpikir aku tahu alasan sikap gila keluargaku ini?

Sayangnya tidak.

Keluarga kejam yang bertopengkan keharmonisan ini seakan menutup rapat alasan kebencian mereka padaku.

Oke baiklah, hentikan acara berbingung ria ini. Biar aku perkenalkan keluarga harmonisku ini pada kalian.

Aku ini anak bungsu dari keluarga besar Gamalia. Ayahku adalah pemilik perusahaan pasta gigi terbesar di Jakarta. Ibuku adalah anak dari pemilik Rumah Sakit ter-elit di kota ini. Karena kekayaan dua belah pihak, keluarga kami pun tergolong salah satu keluarga terkaya di Jakarta.

Tapi apa? Tak banyak yang tahu bahwa ada kisah anak terbuang semacam diriku di baliknya.

Hanya kisahku.

Hah, miris.

Aku memiliki enam kakak laki-laki. Tapi hanya satu yang sepertinya sedikit peduli padaku. Ingat, hanya sedikit, itupun hanya perkiraanku saja.

Mungkin ini cukup memberi tahu tentang secuil info tentang keluargaku pada kalian. Maaf, aku tak bisa menjelaskan panjang, sebab kalian pasti akan paham seiring berjalannya waktu nanti.

Kekerasan.

Bentakan.

Amarah.

Cacian.

Diasingkan.

Bermacam jenis penyiksaan telah kurasa. Bahkan jika tubuh ini dapat mengeluh, mungkin ia akan berteriak meminta ampun. Memohon untuk tak dilahirkan saja di muka bumi ini.

Asal kalian tahu, hingga detik ini pun, aku masih sering memikirkan hal-hal konyol. Seperti;

'Apa aku pernah hidup di kehidupan sebelum nya?'

'Apa aku pernah berbuat kesalahan?'

'Apa kesalahanku sangat besar hingga Tuhan menghukumku seperti ini?'

Jika ia, kumohon, hentikan semuanya dan hukum aku di lain tempat. Karena sumpah demi apapun ... aku tak sanggup. Siksaan mereka sangat kejam, aku benar-benar tak kuat. Layaknya drama, kehidupanku seolah diatur, dipermainkan demi kepuasan mereka semata.

Jujur, aku lelah.

Tapi apa mau dikata? Inilah hidup, mau lari juga sangat tidak mungkin. Aku hanya sedang mencoba mengikuti alur, walau jelas itu sangat menyakitkan. Kini aku hidup hanya berpedoman pada kalimat 'Tuhan itu adil'. Walau sebenarnya aku sendiri meragukannya.

Yah, selamat datang di kehidupanku,

Kehidupan memuakkan yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus aku nikmati.







Tbc

Delete or next?
Work kedua lo😌😌😌😌

BUNGSU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang