2. for now, yes.

1.8K 350 14
                                    

hyunjin dan seungmin berbaring diatas hamparan rumput taman, sibuk memandangi indahnya warna senja. jingga, warna yang sangat tepat untuk menggambarkan sosok kim seungmin, menurut hyunjin.

iya, seungmin dan jingga itu sama. mereka sama-sama menenangkan, dan juga indah.

tapi sulit diraih.

"hyunjin," panggil yang lebih muda.

bocah hwang menoleh, memandangi seungmin yang kini sibuk menatap langit. langit jingga ketika senja selalu berhasil membuat seungmin takjub. ia percaya jika tuhan menciptakan senja saat sedang jatuh cinta. ada begitu banyak keindahan yang hadir bersamaan dengan senja.

dan salah satunya adalah hwang hyunjin.

"kamu bakal lupa sama aku, ga?" tanya seungmin, kemudian, secara tiba-tiba.

hyunjin mengernyit, hampir saja beranjak bangun karena terlalu terkejut dengan pertanyaan acak dari seungmin.

"ga lah, ga bakal. kenapa? kok nanyanya aneh?" hyunjin menembak seungmin dengan pertanyaan-pertanyaannya. jujur, ia kesal karena tiba-tiba seungmin bertanya aneh seperti tadi. hyunjin tidak menyukainya.

tapi, seungmin tidak menjawab. kendati demikian, ia justru melemparkan satu pertanyaan lagi, yang mana itu semakin membuat hyunjin terkaget.

"kalo semisal aku pergi, kamu bakal nangis ga?"

hyunjin resmi duduk sembari menatap jengkel pada seungmin. sementara itu, seungmin hanya bisa terkekeh pelan melihat reaksi hyunjin yang menurutnya berlebihan itu. hwang hyunjin tidak pernah berubah, masih tetap sama seperti pertama kali bertemu.

masih membuat debaran jantungnya tidak normal.

"emang kamu mau pergi kemana?"

seungmin memosisikan tubuhnya untuk duduk berhadapan dengan si bocah hwang, meraih tangan besar itu untuk ia genggam dan usap secara perlahan.

"kamu ga perlu tau."

hyunjin mendelik tidak suka. ia harus. semua yang menyangkut tentang seungmin, ia harus mengetahuinya. apapun itu.

"kemanapun itu, aku harus ikut." ujarnya final. hyunjin membuang muka, berpura-pura merajuk agar seungmin mau memberitahunya kemana ia akan pergi.

tapi nyatanya tidak berhasil. si bocah kim justru menatapnya dalam, seperti mengatakan sesuatu dengan tatapan itu.

"ga boleh, jin." ucap seungmin, tegas.

sumpah demi planet yang mengelilingi matahari, hyunjin benci kata tidak yang keluar dari bibir seungmin. tidaknya sangat menyakitkan bagi hyunjin, dan ia tidak menyukainya.

"loh? emang kenapa?" rupanya, hyunjin masih ingin untuk tahu dan mengerti, tapi seungmin tidak mengizinkannya. si bocah kim justru tersenyum, meski terasa hambar.

tangan seungmin yang bebas terulur untuk membenahi anak rambut hyunjin yang menutupi mata. mengusaknya pelan. ia menghembuskan nafas, dan kemudian tersenyum hangat.

"belum waktunya, jin." ujarnya terlampau pelan, tapi hyunjin masih bisa mendengarnya dengan baik. hyunjin mengerutkan dahi, menyatukan kedua ujung alisnya, menatap seungmin tidak mengerti.

seungmin sangat tahu jika hyunjin menginginkan penjelasan. namun, saat ini, bukan waktu yang tepat. karena itulah, ia bungkam.

"jadi, sampai sini aja ya, jin?"

lagi, hyunjin menautkan alisnya. seungmin benar-benar membuatnya terheran dengan semua sikap dan ucapannya.

"jalan-jalannya?"

hyunjin bertanya, atau lebih tepatnya memastikan. dan seungmin kembali mengulas senyum, sebelum mengangguk kecil.

"untuk sekarang, iya."

mendengarnya, hyunjin diam-diam menghela nafas lega. setidaknya, ia masih percaya pada ucapan seungmin. meski ia merasa ada sebuah kejanggalan di lubuk hatinya yang terdalam.

seungmin adalah pemuda yang susah ditebak maksudnya.

a/n: ini singkat kok.

𝘁𝘄𝗶𝗹𝗶𝗴𝗵𝘁. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang