Jika kalian baca cerita ini dan menemukan kesamaan di cerita lain, please kindly tell me by message because this is the original one!
Thank u, pals! Enjoy💜
***
Siang itu, tepat selepas jam istirahat kedua berakhir. Disaat semua siswa berbondong-bondong menghambur kembali ke kelas atau sekedar melambai basa-basi setelah puas bertukar gosip, Taehyung justru memilih berkelahi sebagai hal pertama yang dilakukannya setelah mengisi perut di kantinㅡdengan sepiring katsu super besar dan segelas susu strawberry kesukaannya.
Bagus.
Pukulannya jadi lebih bertenaga berkat itu. Sebab siswa yang menjadi lawannya saat ini tampak merintih kesakitan, mengeratkan giginya kuat-kuat. Lucunya, pukulan bertubi-tubi yang Taehyung layangkan pada wajah tampannya itu cuma dibalas dengan tangkisan asal, tanpa sedikit pun perlawanan.
Siapa pun yang melihat adegan saat ini jelas bisa memprediksi siapa yang akan digelandang menuju ruang Mr. Jang. Yah, paling tidak untuk mendapatkan skors selama satu minggu.
"Kau bilang apa tadi hah?" tegas Taehyung.
Ia mencengkram kuat kerah Jimin sebelum kembali menghajar dengan kepalan tangannya. Buku-buku jarinya terlihat memerah. Seragamnya yang memang tidak pernah ia gunakan dengan rapi pun menjadi semakin tidak karuan.
Tidak sedikit siswa di sepanjang koridor gedung B itu sengaja berhenti untuk melihat pertunjukan cuma-cuma dari Kim Taehyung yang selalu berhasil menarik atensi. Menatap ngeri kelakuan pemuda satu itu yang lagi-lagi berbuat rusuh.
Beberapa bahkan rela berjinjit-jinjit lantaran tak kebagian tempat. Sementara para gadis mencari aman. Mengambil tempat sejauh mungkinㅡmasih dalam jangkauan untuk melihat apa yang terjadiㅡsambil berteriak histeris kadang memekik ketika pukulan dihantam begitu keras mengenai hidung Jimin. Tepat di tengah, di tulang rawannya. Membuat hidung mungilnya memerah dan darah keluar tak lama setelahnya.
Jika biasanya mereka akan bertanya siapa yang menjadi target Taehyung selanjutnya, kali ini justru mengapa. Mengapa seorang Park Jimin bisa jadi sasaran amuk Kim Taehyung. Jimin itu juara sekolah, teladan. Lantas apa yang membuat Taehyung memilih Jimin sebagai samsak tinjunya. Ditambah lagi, mereka itu beda dunia. Beda kasta. Yang satu panutan di sekolah sementara satunya berandalan kelas kakap. Lalu, dimana korelasi yang mempertemukan mereka hingga berakhir seperti sekarang.
Tidak masuk akal.
"Kau tuli, ya?" Jimin berdecak sambil tersenyum pongah sebelum melanjutkan, "Dasar tukang cari perhatian."
Bisa kalian tebak sendiri adegan selanjutnya. Belum sampai lima menit, dengan beringas Taehyung melempar tubuh Jimin hingga tersungkur jatuh ke bawah meja. Sudah tahu begitu, sialnya, tidak ada satu pun dari mereka yang berani melerai maupun melapor pada komdis siswa. Terlalu beresiko, katanya. Berurusan dengan Taehyung sama saja bunuh diri. Lebih baik berdoa saja dalam hati semoga ada guru yang datang dan melihatnya sendiri. Biar saja. Biar Jiminㅡketua kelas saja, kami tak akan kuat.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Oh, agaknya tuhan berpihak pada mereka kali ini. Setelah komat-kamit membaca doa dalam rangka keselamatan Jimin, tanpa diduga Mr. Jung datang membawa setumpuk kertas hasil ujian dan buku matematika usang yang menjadi momok selama tiga tahun belakangan. Melesak masuk dalam ring perseteruan setelah berhasil membelah kerumunan depan pintu sambil bergumam kesal lantaran tak diberi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carpe Diem [Kim Taehyung BTS]
Fanfictioncar·pe di·em /ˌkärpā ˈdēˌem/ ; Jiyeon harus sabar menjalani tiga hari dalam seminggunya dengan sakit kepala. Pertemuannya dengan Taehyung si berandal sekolah, tukang bully, dan tak tahu aturan itu nyatanya membuat hidup gadis itu semakin susah. Hing...