Jika kalian baca cerita ini dan menemukan kesamaan di cerita lain, please kindly tell me by message because this is the original one!
Thank u, pals! Enjoy💜
***
"Wah, serius. Apa Jimin tidak pernah menceritakan ini padamu?"
Aku sebut ini beruntung sebab dia datang di waktu yang tepat.
Jungkook muncul begitu saja tepat disaat aku berharap ingin segera enyah dari hadapan Taehyung. Berteriak girang, berlari menghampiriku dari persimpangan jalan. Tentu aku tahu itu. Pasti karena moodnya sedang bagus sehabis bermain video game seharian bersama Jimin di rumahku.
Kehadiran Jungkook agaknya juga mengusik kegiatan si keparat Taehyung yang tiba-tiba saja melepaskan pelukannya dari si gadis-cantik-tanpa-nama itu.
Bagus sekali, Jung.
Hingga akhirnya aku berakhir disini. Menghabiskan siang hariku hanya untuk mendengarkan kelinci berotot ini berdongeng tentang si tuan muda Kim Taehyung.
"Dia benar-benar kacau. Lebih buruk dari yang kau bayangkan," lanjutnya. Meneguk susu pisang kesukaannya lagi, "Taehyung sudah melakukan semua hal dewasa yang mungkin belum pernah kau lakukan."
Aku mengernyit, agak ngeri membayangkan betapa bobroknya kehidupan seseorang yang dekat denganku beberapa bulan ini. Aku mengaduk dengan tak berselera pada segelas jus mangga yang jadi menu favoritku di sini, di resto tuan Jeonㅡtempatku bekerja duluㅡsambil mendengar penuturan Jungkook lagi.
"Clubbing, merokok, mabuk, dan paling parahㅡ yang baru saja aku ceritakan padamu," imbuhnya.
Aku yang belum bisa terima, berusaha menyangkalnya lagi. "Bukankah itu mustahil? Maksudku, bagaimana bisa?"
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, noona. Kau hanya belum tahu seberapa liar remaja dalam masa pubertas."
"Kalau begitu kau jugaㅡ"
"Tentu saja. Aku punya penis yang besar dan sehat. Kau mau lihat? Aku bisa membuatmu hamil sekarang juga."
"Sial, Jung! Itu mulut atau limbah, sih?! Kotor sekali!"
Dia masih saja tertawa sampai hidungnya mengkerut saat aku hanya diam berpikir. Kenyataan yang baru saja aku dengar langsung dari mantan sahabat baik Kim Taehyung itu membuatku bungkam, nyaris melumpuhkan sisa-sisa kepercayaanku padanya.
Taehyung yang aku kenal sungguh berbeda dengan apa yang Jungkook katakan. Dia memang nakal, tapi tidak sampai hati menghamili kekasihnya sendiri kan?
"Kau berteman dengannya sejak kecil?" tanyaku lagi. Sebisa mungkin memastikan bahwa apa yang Jungkook ucapkan punya dasaran.
"Bisa dibilang begitu. Ayahku adalah partner bisnis Kim Gyungtae, ayah Taehyung. Ibuku juga kenal dekat dengan ibunya, Yoo Anna."
"Pasti sulit bagimu berteman dengan Taehyung."
"Tidak. Sama sekali tidak. Kau pasti tidak akan percaya kalau aku bilang dia adalah anak emas di sekolah dasar dulu. Dia itu tampan, cerdas, dan menyenangkan. Dia mudah bergaul dan punya banyak teman, tidak seperti sekarang."
Aku terkejut mendengar itu. Rasa ingin tahuku semakin memuncak tatkala Jungkook kembali berkata, "Aku juga tidak tahu apa yang membuatnya berubah sebanyak itu. Dia benar-benar menatapku seperti orang asing dan menganggapku musuh di sekolah."
"Itu karena kau memang menyebalkan." Gemerincing lonceng terdengar dari pintu. Pengunjung lain terus datang. "Setahuku kau suka susu pisang, tapi kenapa harus merampas susu strawberry milik Taehyung?"
Jungkook menatapku tak terima. "Hei, apa maksudmu? Siapa yang bilang begitu?"
"Taehyung. Dia sendiri yang bilang padaku. Kau berlari setelah merampas susu strawberrynya di kantin. Aku benar-benar ingin memukul kepalamu saat mendengar cerita itu."
"Hah! Mana ada yang begitu! Justru dia yang tiba-tiba menarik kerahku lalu menghajar wajahku saat aku sedang minum susu pisang. Aku tersedak sampai mau muntah. Woah, benar-benar. Kalau mengingat kejadian itu aku jadi kesal."
"Lalu kenapa kau lari?"
Bodoh. Aku masih saja membela Taehyung sambil berharap kalau Jungkook cuma asal bicara.
"Aku lari karena aku takut si gila itu menghajarku lagi dan merusak wajah tampanku! Sial. Dia justru menendang bokongku sampai aku jatuh dari tangga lantai 3!"
Aku masih serius mendengarkan Jungkook yang bercerita dengan raut berkilat-kilat marah. "Dia juga yang melempar Yoongi hyung ke dalam parit di belakang sekolah!"
Aku tersenyum tipis. Iya. Jungkook hanya anak SMA yang sedang kesal dengan teman sekolahnya. Baiklah, aku anggap begitu supaya lebih mudah diterima. Hanya itu yang bisa kusimpulkan dari cara bicaranya.
"Yah, dia pantas mendapatkannya kan?"
"Apa maksudmu?" Jungkook memicingkan matanya.
Tapiㅡ
Tunggu
"Bukankah itu karena Yoongi selalu berkata kasar dan mengatainya anak sial? Yoongi itu preman sekolah juga kan?!"
Jangan bilangㅡ
"Kau gila?!" Aku tersentak ketika nada bicaranya berubah tajam, "Yoongi hyung bahkan tidak mengenal Taehyung. Bagaimana bisa dua orang yang tidak saling kenal berkelahi seperti itu?"
Ya tuhan. Kepalaku serasa mau pecah. Membludak dengan berbagai pertanyaan bersarang tanpa jawaban. Aku ingin tahu, tapi terlalu takut untuk mengetahui jawabannya. Entahlah, aku tidak bisa berhenti memikirkannya sebesar apapun aku berusaha.
"Dan satu lagi." Suaranya tegas menusuk telingaku, "Yoongi hyung bukan preman sekolah. Dia itu pendiam. Dia bahkan tidak akan bicara sebelum kau yang memulainya."
"Tunggu. Apa?"
Aku tercekat. Ia menatapku dan mimik wajahnya langsung berubah, "Apa mungkin kau berpikir hal yang sama denganku, noona?"
***
Vote! Vote! Vote!
And I'll give u a new chapter💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Carpe Diem [Kim Taehyung BTS]
Fanfictioncar·pe di·em /ˌkärpā ˈdēˌem/ ; Jiyeon harus sabar menjalani tiga hari dalam seminggunya dengan sakit kepala. Pertemuannya dengan Taehyung si berandal sekolah, tukang bully, dan tak tahu aturan itu nyatanya membuat hidup gadis itu semakin susah. Hing...