FIRST : Snow

499 62 10
                                    

.

[Terinspirasi dari sebuah official art dari WIT Studio dan sebuah headcanon di Tumblr.]

.

Hanji memandangi hamparan padang rumput dari bukit dekat bangunan markas. Sambil menikmati hembusan angin dingin yang menerpa tubuhnya, yang menerbangkan helaian rambut. Dinginnya angin semakin menggigit, perempuan itu merapatkan jaketnya.

Kemudian ia menghela nafas pelan. Sorot matanya menunjukkan sedikit kekecewaan. Ada sesuatu yang telah ia nantikan sejak lama, yang sayangnya sampai saat itu belum muncul keberadaannya.

"Kau memikirkan apa, Hanji?" tanya Erwin ramah, menyadarkan sosok perempuan yang pandangannya sedari tadi mengarah pada padang rumput.

"Euh, itu... Salju terlambat turun..." cengir Hanji sambil merapikan helai rambut yang menutupi wajah.

Levi mendekat sambil memandang datar. "Kau masih percaya pada dongeng bodoh itu? Ingat umur, Kacamata Sialan."

Hanji mengerutkan dahi. Erwin malah terkekeh mendengar respon lelaki tak semampai itu.

"Dongeng bodoh? Hah? Aku tak salah dengar nih?"

Levi melirik sinis pada perempuan itu.

"Salju itu hanya ada di dalam dongeng-dongeng bodoh. Mana mungkin ada awan putih yang jatuh sampai ke tanah? Itu hanya karangan tukang bual saja." balas Levi sambil berjalan meninggalkan Hanji dan Erwin.

Lelaki pirang mengulum senyum, menahan tawa. Apalagi saat melihat raut wajah Hanji yang terlihat gusar dan tak terima pernyataan Levi tadi.

Perempuan itu berjalan cepat menyusul lelaki tak semampai itu. Mengerucutkan bibir sambil menatap tajam. Dengan cepat tangan kirinya meraih lengan lelaki itu. Menariknya kuat-kuat, tak peduli ia akan dihajar Levi nantinya.

"Kau bilang salju itu dongeng?! Heh! Ku beritahu ya, Cebol! Salju itu nyata! NYATA! Tiap tahun aku melihatnya, dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Hanji menatap Levi tajam. Lelaki itu kembali melirik sinis.

"Itu cuma khayalan kekanakanmu, Kacamata Sialan." balas lelaki itu sambil menyentak lengannya, membuat pegangan tangan Hanji terlepas paksa.

Kedua mata Hanji melotot di balik kacamatanya.

Dari kejauhan, Erwin benar-benar menahan tawa saat menonton tingkah kedua rekannya yang menurut lelaki itu menghibur. Di belakangnya, Mike dan Nanaba datang sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Mereka rusuh lagi?" tanya Mike, memandang heran pada dua insan berbeda tinggi itu. Erwin mengangguk sambil terkekeh senang.

Nanaba ikut terkekeh. "Astaga! Kali ini karena apalagi?"

"Levi tak percaya salju. Padahal Hanji menyukai salju. Kalian tebakan apa yang terjadi kemudian." jawab Erwin sambil terus menonton Levi dan Hanji yang sedang berdebat.

Nanaba menyengir senang. "Lagi-lagi bahasan tak penting. Dasar mereka berdua."

Mike, yang asalnya pendiam, mengangguk menyetujui pendapat Nanaba.

"Kalau begitu, buktikan padaku, Kacamata Sialan." tantang Levi sambil menyilangkan kedua lengan didepan dada. Hanji mengeraskan rahang, menahan amarah yang sudah di puncak.

"Kalau sekarang jelas tidak mungkin, Cebol! Kau pikir aku dewa yang bisa memunculkan sesuatu begitu saja, hah?!" balas Hanji, yang tentu saja tak bisa membuktikan salju secara langsung. "Yang jelas, salju akan turun dari bulan Desember sampai Februari! Itu pasti!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIRST : Ketika Mereka Merasakannya Untuk yang Pertama KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang