Prolog

44 5 2
                                    

Malam ini hujan lagi dan Thalia tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir di pipinya itu. Di bawah langit yang kelabu dengan rintikan hujannya, ia menatap sendu mata hitam itu.

Bibirnya kelu tak mampu bicara, rasanya seperti tidak ada 'dia' dalam dirinya. Ia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, atau lebih tepatnya tak ingin mengerti.

Thalia tidak memiliki keberanian, menghadapi hari tanpanya. Jika ini mimpi, tolong bangunkan aku sekarang.

Setelah memutuskan semuanya, lelaki yang dihadapannya perlahan pergi menjauh. "jangan ninggalin gue disini" ucap Thalia memecahkan keheningan. Kepalanya tertunduk menyembunyikan rona merah di hidungnya.

Tapi hari ini, permainan kembali di mulai. Aku tak bisa menemukannya, aku takut disini sendiri bersama dengan gelapnya malam.

Seperti orang bodoh Thalia tak bisa menahanya, memanggilnya dengan keras dan menangis. Berharap bahwa lelaki itu akan kembali dan memeluknya.

•••

Saat aku mencoba menutup mataku, aku melihat matanya. Hatiku terus merasa sakit, karena itu aku ingin melupakannya. Tapi tak bisa, ini terlalu sulit.

Aku tidak dapat melawan kesedihanku, melawan gelapnya malam dimana aku tidak bisa terlelap. Lukaku lebih dalam dari yang ku bayangkan.

"kau mengenggam tanganku terlebih dulu, tapi mengapa kau mengatakan bahwa kita harus berpisah?"

Jika aku bangun, semuanya akan menghilang. Ini bukan mimpi seperti itu kan? Apakah ini ujungnya? Apa kini aku harus terbangun dan melupakanmu?

Aku berharap bahwa ini selamanya.

-2701-

~~~~~~~~~~~~~

Hey Guys!

Welcome to my second work

Cerita keduaku ini, aku buat alur cerita yang lebih ringan tentang masa SMA dan mudah-mudahan gak ada kemacetan di imajinasiku.

Happy Reading! Don't forget to Voment! XOXO

DEEP DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang