Berbisik merdu

57 2 1
                                    

Bagai mimpi buruk, kepergian kakak masih menyisakan pilu di hati ku dan keluarga ku. Kakak secepat itukah kamu pergi meninggalkan kami?
Malam ini malam ketiga setelah kepergian kakak, dan hari terakhir acara takziyah dirumah kami.
"Syifa, makan dulu nak, sudah seharian kamu makan hanya sedikit" ucap Bunda padaku
" Iya Bunda, nanti setelah beres-beres, baru syifa makan" sambil tersenyum aku memeluk bunda.
Setelah tetangga, teman-teman Serta dosen dan guru-guru juga keluarga pulang kerumah masing-masing, Aku,Ayah dan Bunda membereskan rumah bersama sama, dengan hati yang berat, aku masih tak percaya kak Ahmad telah tiada.

Kini aku seorang diri sebagai anak Ayah dan Bunda, walau berat aku harus mengikhlaskan kepergian kakak satu-satu nya yang aku sayangi.

Pesan hangat yang engkau hadirkan, seolah berbisik merdu, menghadirkan sebuah rindu yang tak mampu ku bendung lagi, dalam tetesan air mata ini, aku mengadu. Ini hari keempat aku memimpikan kak Ahmad, kali ini dengan mimpi yang berbeda.
Aku dan kak Ahmad duduk di teras depan rumah, sambil memandangi halaman, kak Ahmad tiba-tiba memandangku dan dengan ekspresi sedih dia berkata "dek syifa, waktu kakak sudah hampir habis, kakak sayang sama kamu, sama Ayah dan Bunda, walau kita tak bersama lagi, syifa jangan lupakan kakak, syifa doakan kakak ya, Syifa harus kuat jalani hari hari, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Syifa jaga Ayah dan Bunda" dengan tersenyum Kakak menyampaikan semua itu dan aku pun terbangun dan tak terasa air mataku pun kembali jatuh dalam sebuah kerinduan. Kakak, Syifa rindu.

Ini cerita pertama yang aku buat di wattpad, masih belajar menyusun kata dalam sebuah cerita. Perjalanan cerita ini masih panjang , terima kasih sudah membaca dan jika berkenan silahkan
vote nya :)

A dream of springTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang