Rasa-rasanya tempat ini tidak pernah sepi. Deru kereta terus bersahutan, percakapan-percakapan singkat tentang hari ini dan derap kaki yang tak pernah sunyi. Dan di salah satu tempat duduk di peron stasiun seorang remaja laki-laki duduk lengkap dengan topi hitam dan kemeja sederhana serta di tangannya menggenggam sebuket bunga mawar putih. Dialah Sevon.
Hari ini tepatnya sepulang kerja ia sudah berencana untuk mengunjungi makam ibu dan ayahnya yang memang terletak di luar kota. Matanya menatap buket mawar putih itu dalam-dalam seulas senyum tulus terukir di wajah ramah miliknya. Ada banyak yang ingin ia ceritakan pada orang tuanya hari ini. Cerita yang sangat ingin ia bagikan saat sarapan pagi atau makan malam seperti remaja-remaja pada umumnya. Cerita yang akan mengundang amarah atau gelak tawa dan bukannya cerita yang akan membawa akhir ia akan menangis pilu sambil memeluk nisan orang tuanya.
"Paman itu pencuri."
Sevon menghentikan segala pemikirannya sejenak. Ia memperhatikan sekitarnya. Rasanya ada suara super pelan yang berhasil menembus indera pendengarannya. Tatapannya pun tertuju pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya. Gadis itu nampak seumuran dengan Sevon.
Paman itu pencuri. Sevon mengulang kalimat itu di otaknya mencoba menelaah dan meyakini bahwa gadis itu yang telah mengucapkannya. Sevon sedikit tidak paham. Lalu ia mengikuti arah tatapan gadis itu. Jelas arah matanya tertuju pada pria berpakaian serba hitam. Paman itu pencuri. Sevon berbalik menatap gadis berpakaian turtleneck sweater dress berwarna biru pucat selutut itu. Heran.
Tepat beberapa detik setelah itu. Sebuah suara super keras mengalihkan perhatian seluruh orang di peron.
"Tas saya! Tolong!" teriak wanita setengah baya yang super panik itu. Sevon sontak terkejut melihat pria yang tadi ia tak sengaja perhatikan berlari dengan cepat menerobos setiap celah dengan tas merah marun yang sangat bisa dipastikan adalah milik wanita yang berteriak itu tadi.
Cewek itu benar.
Beberapa orang telah mengejar pria itu. Dan Sevon makin manatap gadis itu aneh.
"Hati-hati dengan botol ungu," ujar gadis misterius itu lagi.
Lalu pria itu terjatuh. Benar saja ia telah menginjak botol minuman berwarna ungu yang tak sengaja dijatuhkan oleh anak kecil dan setelahnya ia terjatuh.
Dia benar lagi.
Dan orang-orang pun sudah menangkap pencuri itu tadi. Walau ini aneh rasanya semua bisa saja terjadi karena kebetulan. Bukan karena gadis itu tahu sesuatu lebih dulu dari pada yang lain.
Suaranya terdengar mendesis. Sebuah deru kereta kembali terdengar. Sevon segera bangkit. Dan gadis itu juga. Mereka berjalan bersama walau tak berdampingan, Sevon masih menatap heran gadis misterius itu.
Para penumpang kereta telah keluar dengan jumlah yang sangat banyak. Mereka berdesakan. Tatapan Sevon mulai mencari-cari gadis itu yang mulai hilang di antara lautan manusia. Hingga akhirnya ia menemukan gadis itu lagi. Dan mereka satu kereta.
Gadis itu duduk agak jauh di depan Sevon. Ia duduk sendirian. Sevon tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah gadis itu. Walau harus bersembunyi dari balik topi hitamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia sedikit tertarik dengan gadis itu.
Akhirnya kereta yang mereka tumpangi berhenti. Sevon bangkit dari tempatnya, di sela-sela perjalanan. Ia melihat sebuah gelang tergeletak di kursi bekas gadis itu. Ia pun meraihnya. Ini kesempatan. Untuk menyapanya barangkali.
Sevon turun bersama penumpang lain dengan berdesak-desakan. Dan Sevon tak lagi dengan topi hitamnya serta buket mawar putih. Rasa-rasanya ia melupakannya. Gadis itu jauh di depan. Sedangkan Sevon masih jauh di belakang. Ia terus mencoba mencari celah sebelum gadis itu semakin jauh.
"Tunggu," teriak Sevon lumayan keras.
Berhasil.
Gadis itu mendengarnya. Sevon mulai melihat gadis itu akan menoleh ke arahnya. Mata cokelat itu akan melihatnya.
Tapi ternyata ia salah.
Tiba-tiba semua terasa gelap. Tidak ada deru-deru kereta. Tidak ada para penumpang yang berdesakan. Semuanya kosong.
"Nak, kamu kenapa? Nak?" sebuah suara berhasil membuat semuanya kembali.
Sevon berusaha mengumpulkan semua kesadarannya. Ia menatap sekitarnya. Tidak ada gadis itu. Dan lagi saat itu ia masih duduk di peron stasiun. Masih lengkap dengan topi hitam dan buket mawar putih miliknya. Lalu ia beralih menatap wanita setengah baya di sampingnya. Rasanya ia telah tertidur dan bermimpi. Mimpi yang aneh.
"Saya nggak apa-apa bu," ucap Sevon ramah. Wanita itu menghela napas lega. "Syukurlah."
Dan semuanya pun kembali seperti semula.
Ini nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Now You Meet Me
Roman pour AdolescentsMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Tapi menurutku, waktu adalah alat, alat yang membantuku untuk terus bernapas tiap detik. Tetapi menurutmu, waktu...