Senin yang paling lancang! Karena mewajibkanku bangun pagi untuk pergi kuliah dalam keadaan masih mengantuk.Parkir posisi sempurna. Dengan lambaian manja dan kerlingan mesra kepada tukang parkir, membuatku mendapat posisi strategis di parkiran kampus. Kebanggaan dipuja sirna seketika aku melirik tanda ladies parking area.
Shit! aku kira, aku kece makannya di beri posisi nyaman saat parkir! Ternyata memang parkir khusus perempuan.
Sebelas langkah meninggalkan mobil tiba tiba aku teringat sesuatu. Aku berlari kecil menuju kembali ke mobil, kemudian menghabiskan beberapa menit ke area parkir yang pengap untuk mencari benda kotak yang selalu menghilang.
Mati! Aku bisa telat
"Cari ini?" Kepala seorang pria muncul di balik pintu mobil, lalu tersenyum.
"Terimakasih." Aku mengambilnya lalu berlari kecil ke arah kelas.
"Ra, tunggu." Panggilnya.
Aku mempercepat langkahku. Seperti ada sesuatu yang tidak boleh di temuinya lagi, karena dengan bertemu, menukar rindu dengan cerita yang menggebu, mengulang kisah, membuka lembaran baru dan akhirnya memicu tumbuh perasaan konyol yang tidak seharusnya.
"Ra.. entah bersama siapa kamu sekarang." Aku menghentikan langkahku. "Ada satu hal penting yang perlu kamu tau, aku tidak berniat pergi tetapi keadaan yang memaksa ku untuk pergi, aku tidak berniat kembali dalam keadaan seperti ini, tetapi lagi lagi keadaan yang memaksaku untuk menyakitimu lagi, aku mohon maafkan aku. Dan satu poin yang perlu kamu ingat, aku pernah berjuang untuk membersamaimu sampai akhir, tanpa menduga akan menjadikan kita seperti sekarang ini." Bara diam, mungkin menelan saliva nya karena tenggorokannya sudah kering.
"Selamat atas pacar barumu, dan satu hal yang perlu kamu tau aku sangat membenci mengungkapkan kalimat ini."
Bajingan!
Aku melangkahkan kaki ku gontai, seakan akan tidak ada apapun barusan. Anggap saja aku barusan membenarkan tali sepatuku, kemudian kembali berjalan ke dalam kampus.
Sebelumnya, tidak pernah terpikirkan olehku bahwa benteng yang telah aku bangun dengan sekuat tenaga akan hancur dalam satu hentakan saja, sebelumnya aku yakin dia tidak akan kembali, sebelumnya aku juga yakin kalau aku benar benar sudah melupakannya, tapi segala hal yang aku yakini sekarang hanya sebatas hal yang tidak bisa aku lakukan! Ketahananku runtuh, aku tidak membual, Bara pacar Sarah adalah pacarku yang pergi tiga tahun yang lalu-- dia pacarku. Tidak pernah ada kata putus di antara kami,
Aku tidak menyangka jam tangan mahal, sepatu branded terkenal, dress satu setengah juta, semua itu dari Bara! Aku tidak pernah menebak akan hal sekonyol ini, aku baru sadar segala sesuatu yang di ceritakan Sarah itu adalah kisahnya dengan Bara! Ah shit!
"Ra, kau lupa ada mata kuliah di jam 7? Kau kenapa disini? Diare lagi ya?" Suara Sarah menyadarkan lamunanku.
Oh lihat, bahkan aku tidak tahu kapan kaki ku melangkah hingga tiba di toilet wanita, menundukkan kepala di depan wastafel, menyuruh tanganku mengambil tissu dan mengusap liquid bening yang menggantung di pipi.
"Ehm, iya aku diare." Kataku sedikit gugup, takut Sarah akan menertawaiku karena melihatku menangis dan membuat mascara ku luntur.
"Tapi tenang saja, aku sudah menandatangani absenmu, untung kau sudah mengajariku bagaimana membuat tanda tanganmu beberapa hari yang lalu ha ha ha." Jawab Sarah sambil memakaikan bedak padat di wajahnya. Disusul tawa sumbang milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN
RandomKetika kisah tidak pernah selesai, dan segala hal yang tak seharusnya kembali.