-0-

23.3K 437 5
                                    

Matanya memandangku dengan nyalang. Memancarkan sorot kebencian, rindu, gairah? Entahlah, ia terlalu sulit untuk dipahami. Tetapi aku sudah terlanjur. Memilih jalan ini memang menghancurkan hidupku, tetapi setidaknya aku bersyukur karena dapat mencintainya. Walau ku tak pernah tahu bagaimana perasaannya terhadapku, namun dengan ia disisiku maka sudah lebih dari cukup bagiku. Aku mencintaimu, bahkan disetiap tarikan nafasku menghembuskan namamu.

***

"Hey! Bangun kau anak jalang! Sudah jam berapa ini? Aku saja yang melayani pelanggan hingga pagi tetap bangun lebih pagi darimu yang bahkan tidak mengerjakan apapun! Dasar pemalas! Pantas saja ibumu itu dibuang oleh ayahmu!"

Selalu setiap kata menyakitkan itu yang mengawali hariku. Demi Tuhan bahkan aku tidak pernah bangun melewati jam 6 pagi! Namun dia selalu mengucapkan hal itu seakan-akan hidupnya lebih baik dariku dan ibuku. Persetan denganmu!

"Kau hanya tidak tidur, Anne! Kau membangunkanku untuk membereskan ranjangmu yang dipenuhi oleh lelehan sperma dan sisamu bercinta semalam!" Lily mendengus sebelum akhirnya bangkit dari tempat tidurnya.

Tidak dipedulikan bibi angkatnya, Anne, yang masih tetap mengomelinya. Sebenarnya ia tak masalah dengan itu. Hanya saja perkataan Anne selalu menyakiti hatinya. Membawa ibunya. Katakanlah ibunya memang jalang. Namun jalangpun juga manusia, kan?

Dengan gontai Lily berjalan menuju kamar paling ujung setelah membereskan kamar bibinya. Anne berkata bahwa kemarin malam kamar itu telah dipakai juga.

"Oh!" Lily terkesiap ketika membuka pintu. Dilihatnya seorang pria sedang tertidur.

"Ugh! Apakah semua pria sangat menyukai bau seperti ini?" Bisik Lily pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ugh! Apakah semua pria sangat menyukai bau seperti ini?" Bisik Lily pelan.

Perlahan-lahan ia masuk dengan langkah pelan. Mendekati bagian kiri kasur yang ditempati oleh Diego -anjing milik Anne-.

"Hei, kau! Sini sini." Diego tidak mau mendekat dan justru melangkah menuju pria itu.

Lily menghela napas sejenak, 'Dasar anjing nakal!' Batinnya.

Ia memberanikan diri untuk menaiki ranjang berukuran king size tersebut. Dengan ekspresi wajah yang sedikit jijik, Lily berusaha menggapai Diego.

Gotcha!

"Aaaaaaaa!!" Iya, memang dia berhasil menangkap Diego, namun pria itu berhasil menarik tangannya dan sekarang telah mengungkungnya.

Mata pria itu menatapnya nyalang namun masih berkabut.

Pria itu menarik kedua tangan Lily, memerangkapnya diatas. Diego? Entah sudah lari kemana dia. "Siapa kau? Dan apa urusanmu disini?"

Lily mengernyit bingung. Ada apa sesungguhnya?

Dia berdehem sejenak sebelum berbicara, "Aku Lily. Dan aku adalah keponakan dari An- uhm maksudku Aunty Marianne."

"Aku hanya ingin membersihkan kamar ini. Aku tidak bermaksud macam-macam. Tadi aku hanya berusaha untuk mengambil Diego agar tidak mengganggu tidurmu." Bodoh! Kenapa kau katakan itu Lily! Masa bodoh dengan tidurnya. 'Kamar itu harus segera dibersihkan agar aku dapat berkencan dengan Tom.' Batinnya.

Lelaki itu mengernyit, sebelum berubah melembut. Tangannya melepas tangan Lily, namun ia masih belum mau beranjak.

"Ekhem. M-mohon maaf. Tapi aku harus kembali bekerja." Lily memberanikan diri untuk menatap pria didepannya ini.

Oh God! Is he an angel?

Lily tak berkedip menatapnya. Matanya sangat indah. Dan Lily sudah terjebak. 'Oh sentuh aku, manjakan aku.' Dewi batinnya sudah menari telanjang disana. Lily merasakan suhu tubuhnya menaik dan pria itu sepertinya menyadarinya. Karena sepersekian detik kemudian tatapannya berubah menjadi tatapan pemangsa.

"Lily, hum?" Pria itu bertingkah seakan menganalisa wajahnya. Lily hanya bisa menunduk. Entah mengapa iapun tak tau. "Wanna have a morning sex with me?"

What the f--

Sontak saja Lily mendorong pria itu setelah ia berhasil menendang kejantanannya dengan lutut.

"Fuck!" Pria itu mengerang kesakitan sementara Lily berhasil melarikan diri.

Masih dengan memegang kejantanannya, pria itu berusaha bangkit. "Kita lihat gadis muda. Siapa kau telah beraninya menyentuh milikku yang paling berharga, hmm?" Ia tersenyum miring.

Mengambil handphone di nakas, ia mengetikkan beberapa huruf sebelum menempelkan benda pipih itu ditelinganya.

"Cari tau informasi mengenai keponakan Anne jalang itu."

"Baik tuan."

'Kita lihat sayang. Sampai mana keberanianmu itu.'

***

Baru prolog ya. Bab 1 update nanti malam. Pasti lebih panjang lah dr ini.
Tolong menghargai dengan vote dan komen ya. Ga php untuk cerita ini. Kalo php tar kubuka identitas deh 🤣

VOMMENT FOLLOW NYAA YAWW. Biar kalian ga ketinggalan *wink wink*

Luv ya,
Xoxo XV 🖤

Mafia on My BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang