Bandung, Oktober - 2018
Nata
Setelah memutuskan untuk buka distro di Bandung, perjalanan antar-kota gak ada apa-apanya. Hampir setiap seminggu sekali gue bolak-balik Bandung-Jakarta cuma untuk memastikan gue gak di hapus dari Kartu Keluarga dan distro gue berjalan dengan baik. Capek? Menurut gue gak akan ada kata capek ketika lo mencintai hal itu. Termasuk juga dengan perkerjaan dan sebuah hubungan.
Banyak hal yang gue pelajari dari distro gue, salah satunya ketemu orang banyak. Gue pikir distro hanyalah sebatas toko baju yang orang pilah-pilih kemudian oke dan bayar, ternyata kita juga bisa berkomunikasi dan mengamati orang-orang berbeda disetiap harinya. Contohnya seperti sekarang, gue sedari tadi sedang mengamati seorang cewek yang terlihat memelas dengan supervisor di distro. Gue gak ngerti sih apa yang mereka perbincangkan sedari tadi, tapi gue jadi penasaran ketika muka itu cewek udah nahan nangis.
"Gak bisa, Mba. Kan saya udah bilang gak bisa" ujar supervisor gue, Mas Surya.
"Tolongin saya pak. Seenggaknya bapak baca dulu proposal saya deh" pinta cewek itu lengkap dengan wajah melasnya. Gue jadi makin penasaran ini cewek emang mau ngapain sih?
"Maaf ya mba. Saya sudah bilang berkali-kali toko kami gak bisa mensposori event tersebut. Makasih"
Cewek itu melangkah keluar distro gue dengan tampang muka asem dan melas, udah kaya supir angkot yang gak kunjung dapet penumpang, nah persis kaya gitu tuh tampangnya. "Mas Surya tadi itu cewek ngapain sih?"
"Oh yang tadi mas? Itu dia mau minta sumbangan buat event kampusnya. Dipikir distro kita yayasan apa mas" jelas mas Surya sambil misuh-misuh yang gue juga gak ngerti apa yang dia misuhin.
"Sumbangan? Acara apaan emang?"
"Acara kampus biasa gitulah mas. Katanya sih judul acaranya hypebeast in local way. Ya mau lokal way kek international way kek java way kek, perusahaan kita kan gak ada budget buat kasih sponsor acara kaya gitu"
"Terus anaknya mana mas?"
"Keluar lah masa saya umpetin"
"Hehehe iya juga ya. Yaudah makasih ya mas Surya" kata gue sambil melangkah keluar cari cewek itu. Meskipun tim manajemen gue memang membuat satu regulasi mengenai penggunaan dana sponsor, tapi gue pernah ada di posisi cewek itu. Luntang-lantung cari sponsor, ditolakkin, gue jadi gak tega.
Mata gue memintai setiap orang yang ada di sekitar parkiran, kalau tuh cewek jalan kaki harusnya belum jauh. Setelah mengintai sekitar dua puluh detik, pintaian gue menemukan hasil, cewek berambut panjang itu masih disekitar wilayah distro. Dengan perasaan sombong yang udah setinggi langit, weitseh boleh dong? siapa coba yang gak bangga di approach sama yang punya distro setelah ditolak sama karyawannya tadi, pasti ini cewek bangga banget.
"Eh-- ADUH" Tangan gue baru aja dipelintir sama nih cewek sumpah sakit banget. Niat baik dibalas air tuba. Baru juga nepuk punggung mau ngucap 'halo' udah dipelintir kaya nangkep copet.
"Mau ngapain lo hah?!" Katanya yang masih menahan pelintiran tangan gue.
"Eh eh woy lepasin"
"Lo mau jahat kan?!"
***
Bandung, Oktober - 2018Kala
"Gak bisa, Mba. Kan saya udah bilang gak bisa" Kata si mas-mas berkemeja merah dihadapan gue, gue gak boleh gagal! Ini tuh udah distro kesekian yang nolak permintaan proposal acara kampus di sore ini. Ini acaranya yang jelek apa orang-orang baik hilang dari bumi sih?
"Tolongin saya pak, please. Seenggaknya bapak baca dulu proposal saya deh" kata gue dengan wajah yang paling sedih, bukan dibuat-buat tapi memang gue beneran frustasi.
"Maaf ya mba. Saya sudah bilang berkali-kali toko kami gak bisa mensposori event tersebut. Makasih" jawab mas kemeja merah itu dengan ketus, yah gagal lagi gue.
Dengan lemah gue langkahkan kaki keluar dari distro itu, gue putus asa. Kadang disaat kaya gini gue ingin mengutuk orang yang telah menunjuk gue jadi humas luar. Persetan dengan berbagai pujian yang mereka bilang, gue pandai memanipulasi orang lah, gue pandai memasarkan produk lah, gue banyak temen lah. Semuanya bullshit emang dasar aja tuh mereka gak ada yang mau ngegembel ditolak-tolakkin kaya gini, kalau aja bukan karena skripsi wasalam gue gak bakal mau ngerjain hal-hal beginian.
Mana gue parkir motor jauh banget lagi, tau gitu gue tadi naik ojol aja daripada harus jalan jauh begini. Tiba-tiba gue ngerasa ada yang ngikutin dari belakang, gue percepat langkah dua kali lipat sambil siap-siap lari, sampai pada akhirnya ada yang nepuk punggung gue.
"Eh--ADUH" teriaknya. Siapa suruh tangannya nepuk punggung gue, kepelintir kan.
"Mau ngapain lo hah?!" bentak gue yang masih menahan pelintiran tangannya.
"Eh eh woy lepasin" jerit cowok itu yang arah tubuhnya masih terkunci dibelakang punggung gue.
"Lo mau jahat kan?!"
"Enggak! Sumpah, lepasin dulu"
"Bohong! Emang dasar lo ya copet" kata gue sambil menekan kunci pelintiran tangannya.
"ANJING!!!*****SAKIT"
"Ampun gak lo?!"
"Sumpah demi Allah, gue gak mau jahat! Lepasin dulu"
Apa ini orang beneran gak mau jahat ya? Ini sampe sumpah demi Allah segala. Gue lepasin dulu kali ya.
"Ampe gue lepasin lo kabur, gue abisin lo ya"
"Iya, tapi lepasin dulu" gumamnya sambil gue pelan-pelan lepasin pelintiran kunci tangannya yang udah hampir merah gara-gara saking kuatnya gue pelintir. Jadi merasa bersalah gue.
"Lo dari kampus mana?" katanya sambil memijat-mijat pergelangan tangannya yang sakit.
"Peduli bgt?!!"
"Galak banget dah, lo kaya gini nyari sponsor? Yang ada gak bakalan dapet"
"Tau dari mana lo gue nyari sponsor?"
"Tadi gue liat lo ke distro yang itu tuh" ujarnya sambil nunjuk distro yang baru aja gue kunjungi.
"Oh terus? Apa masalah lo?"
Inget Kal, ini 2018 banyak orang jahat jangan langsung gampang percaya sama orang. Lo harus stay secure kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Meskipun lo lagi putus asa lo harus tetap berpikir jernih.
"Ya gue kenal sama orang dalemnya. Mau gue sampein gak? Kali aja tembus lumayan kan"
"Apa jaminannya kalau gak bisa?"
"Gue"
Apaansih nih orang, udah mau tahun 2019 masih aja cheesy. Emang dia pikir gue percaya apa, tadi aja gue ngomong sama supervisornya ditolak mentah-mentah. Ini lagi tiba-tiba dateng ngayal punya koneksi di distro.
Tapi,
Bentar, Kal. Lo tetap harus berpikir jernih dan melihat peluang yang ada. Siapa tau ini cowok beneran punya koneksi? Inget lo udah putus asa! Lagian kasih satu proposal ke cowok ini juga lo masih bisa print proposal lainnya. Enggakpapa coba aja.
"Bener ya? Mana sini no telpon lo?"
"0812526***" ia memulai membuka mulutnya cepat padahal gue masih sibuk ngambil ponsel di kantong.
"Eh cepet banget pelan-pelan kali" ujar gue yang sekarang udah siap ngetik.
"Sini! Gue ketik sendiri" katanya sambil meraih ponsel yang sedari tadi berada di genggaman gue. Eh anjir, sok asik banget nih orang.
"Nih! Nama gue Naranta, sini proposalnya. Udah mending lo pulang aja dulu, besok lagi tebar proposalnya"
Yeu, apaan dah ini cowok. Sok kenal, njir. Udah sok asik, sok kenal. Males banget gue komunikasinya, tapi ya gak apa-apa lah semoga aja dia bener.
KAMU SEDANG MEMBACA
E N I G M A
Fanfiction"Define Happiness, please?" "When you can't even thinking about sad things" she said. "That is too childish" "At least i'm being realistic. What about you?" i completely throw my stares to another place and rolling back to her eyes. "Define happin...