"Berusaha mengingat dan melupakan sekaligus."
☆☆
Pagi pun menyongsong. Senyum gadis itu menghiasi wajah cantiknya..
"Terima kasih, hari ini masih diberi kesempatan untuk bernafas." Gumamnya dalam hati. Sambil merapikan tempat tidur, bergegas mandi, dan bersiap-siap untuk sekolah. Lebih tepatnya hari pertama masuk sekolah.
***
Disebuah meja makan dalam rumah itu..
Sebuah teriakan tegas namun tetap lembut, memecahkan kesunyian ruangan itu.."Radith....!! Ayo cepat turun.. Sarapan dulu sebelum berangkat sekolah." Teriak perempuan paruh baya yang tak lain adalah Mama dari gadis itu kepada adik laki-lakinya.
"Iya, Ma." Jawab Radith melangkah menuruni anak tangga. Ia juga melihat sudut-sudut ruangan itu, seperti sedang mencari sesuatu.. Sebelum akhirnya dikagetkan oleh suara Mamanya.
"Cepat duduk."
Menarik kursi lalu duduk.. "Emm.. Ma.. Kakak mana ? Kok ga ikut sarapan bareng ?" Tanya Radith tiba-tiba
"Untuk apa kamu bertanya tentang dia, Dith ?" Sahut David Prasetya Wijaya yang tak lain adalah papanya.
"Sudahlah ! Radith, cepat habiskan sarapanmu. Nanti terlambat." Potong Rika Mamanya, menyudahi percakapan yang terjadi diatas meja makan..Dibalik tembok dekat anak tangga.. Seorang gadis berdiri disana dan tak sengaja mendengar percakapan yang membahas tentangnya. Wajahnya memerah, air matanya hampir tak terbentung. Sekali kedip saja air mata itu akan jatuh.
"Kenapa ini begitu menyakitkan.." batinnya. Menghela nafas panjang dan berkata pada dirinya sendiri
"Gadis kuat, berjuanglah !!" Gumamnya dengan senyum mengembang di bibirnya.Gadis itupun berjalan ke arah meja makan, wajah cerianya ia tampakkan didepan mereka.
"Pagi, Pa-Ma.. Pagi, Dith." Sapanya.
"Pagi juga, kak." Jawab Radith tersenyum.
"Aku berangkat, Pa-Ma." Sahut gadis itu melangkah meninggalkan ruangan itu.
"Lah.. Kak, ga sarapan dulu ? Main berangkat aja." Ujar Radith, menyelesaikan sarapannya.
Menatap kedua orang tuanya yang tak bergeming. Menghela nafas panjang..
"Hmm.. Ga deh, sarapan di sekolah aja ntar. Duluan ya, Dith.. Daahh, Ma-Pa." Pamit gadis itu
"Selesai. Kak ! Berangkat bareng aku, yuk ! Radith di antar Pak Supir hari ini." Ajak Radith.
Berbalik.. "Eh.. Bo..."
"Hari ini Papa yang antar kamu, Dith." Sahut Papa segera. Memotong jawaban gadis itu.
"Hmm.. Lain kali ya, Dith." Tersenyum lalu pergi tanpa menoleh lagi.
Deggg !!! "Kak, senyummu berubah !! Senyum cantikmu sudah tak terlihat di wajah manismu." Batin Radith, sambil terus menatap sosok kakaknya yang mulai hilang.***
Earphone terpasang ditelinganya. Langkahnya terus menuntun dia menuju sekolah yang dia tuju. Ketika dia sampai di depan gerbang.. Menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.
"Kisah apa yang akan terjadi ? Keberuntungan atau kesialan." Gumamnya lalu melangkah masuk.
Beberapa lagu masih terus mengalun ditelinganya dengan mata terfokus pada buku didepannya. Sambil terus berjalan menaiki anak tangga satu per satu. Sepanjang koridor itu banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang. Seketika mereka menghentikan aktivitasnya. Dan pandangan mereka terfokus pada gadis yang berjalan dengan santainya. Gadis itu tau, bahwa semua orang menatapnya sejak dia memasuki sekolah itu. Tapi dia tak peduli, dia asyik mendengarkan lagu dan membaca buku. Sampai langkahnya terhenti di satu ruang kelas X IPS 2. Kelasnya. Dia melangkah masuk tanpa mempedulikan tatapan semua orang dalam kelas itu. Dia melihat bangku kosong dekat jendela. Tempat duduk favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa Liandina
Teen FictionDiasingkan oleh orang tuanya. Membuat Elisa Liandina menjadi pribadi yang sangat dingin dan cuek terhadap sekitarnya. Dia hanya peduli pada orang yang dia sayangi. "Jalanilah hidup dari sudut pandang anak kecil. Dan kamu akan melihat dunia dengan s...