Prolog

6 1 2
                                    

Rasa sesak itu kembali memenuhi ruang hati ku. Ini menyakitkan. Hingga air mata mulai membasahi pipi ku.

"bukan gitu Na.. Gue cuman, cuman.... Kita emang udah sama sama ada pasangan, tapi bisa kan lo tetep ada di dekat gue? Gak usah menjauh gini, gak usah jaga jarak gini.. Gue kesiksa Na. Dan lo tau gue gak bisa jauh jauh dari lo"

"lo gak ngerti Nath. Gue bingung, mau lo itu sebenarnya apaan sih? Yang ada gue malah kesiksa kalo deket lo mulu. Lo.. Lo gak ngerti semua ini. Dan gue gak pernah ngehindar ataupun menjauh dari lo, tapi lo yang ngilang Nath.. Gak ada kabar, jadi gue anggap semua selesai" jawabku tersenyum kecut padanya.

Mengapa Nathan tidak bisa mengerti? Aku lelah.. lelah bersikap seolah olah aku tegar menghadapi ini semua, seolah olah aku telah menerima keadaan dengan senang hati, tetapi nyatanya tidak! Hahaha itu hanya topeng.

I hate pretending!

"Na.."

Tidak. Aku tidak mau menatap mata teduh itu lagi. Sungguh.

Aku mengusap kasar air mataku kemudian terkekeh sejenak. Semiris inikah nasibku? Bodoh, sudah tau menyakitkan tapi tetap saja tak beranjak dari perasaan itu. Menyedihkan, aku mencintai seseorang yang tidak mencintai ku sama sekali.
Iya. Seseorang itu adalah Nathan, lawan bicaraku sekarang.
"ya? Ngomong aja Nath.. Gue dengerin kok, gue gak tuli"

Dia terdiam menatapku, tidak mengeluarkan kata sepatah pun.

"yaudah kalo gak ada yang perlu di omongin lagi gue pamit. Bye Nath"
Dia tersentak, kemudian mencekal tanganku. Kali ini apa lagi.

Aku menaikkan satu alisku sebagai tanda tanya.

"gue... Kita masih sahabatan kan?"
"i'm still your best friend"

"thank you. Good night Na" dia melepaskan cekalannya, tersenyum hangat padaku yang sialnya makin membuat dada ku dipenuhi rasa sesak.

Meskipun begitu aku berusaha tersenyum dan berjalan pergi dari cafe itu.



Gue benci Nath.. Gue benci kalo gue itu cinta sama lo

WILL BE TOGETHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang