Prolog

83 46 83
                                    

"Tidak ada seorang pun yang akan baik baik saja, setelah merasakan yang namanya kehilangan."

*****

Hiruk pikuk para penumpang,  terlihat jelas di pandangan Syerina saat ia baru saja menginjakkan kakinya di Bandara Soekarno-Hatta. Sembari menunggu abang dan mamanya,  Syerina berjalan kesebuah bangku. Di pasangnya earphone ke telinganya lalu memutarkan lagu favoritnya yang di nyanyikan oleh Ed-Sheeran.

Matanya sempat terpejam selama beberapa menit untuk merileksasikam tubuhnya yang pegal akibat lamanya perjalanan. 

Taklama seorang wanita sekitar usia empat puluhan berjalan kearahnya,  lalu menepuk bahunya. Syerina pun membuka matanya saat merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya.

"Yuk pulang, abang udah di mobil tu." Syerina pun mengangguk. Dengan setengah mager, Syerina berusaha bangkit dari posisi ternyamannya dan mengikuti mamanya yang sudah berjalan duluan.

Selama di perjalanan, Syerina hanya diam dan memandang suasana kota jakarta dari jendela.  Ia memerhatikan setiao kendaraan  yang berlalu lalang memenuhi jalanan ibukota ini.

Sesampainya di rumah,  ketika semua barang yang berada di mobil sudah rapi berada di dalam rumah. Syerina pun berjalan ke arah mamanya untuk meminta izin keluar.

"Ma,  aku pergi sebentar ya."

"Kemana? " Tanya wanita paruh baya itu.

"Biasalah ma. Yaudah aku pergi  ya ma.  Keburu udah malem.  Assalamualaikum." Ucap Syerina, kemudian ia pergi keluar berjalan menemui supirnya untuk mengantar nya ke tempat tujuan.

"Pak anterin aku ke tempat biasa"pinta Syerina.

Pak supir pun mengangguk patuh dan mengendarai mobil itu menuju tempat yang sering Syerina kunjungi. Tapi sebelum itu, Syerina mampir ketoko bunga.Kurang lebih 15 menit di perjalanan, mobil itu berada tepat di depan toko bunga. Syerina turun dan berjalan ke arah toko bunga langganannya. Ia membeli sebuket bunga lily sebelum ia pergi menemui seseorang yang sangat ia rindukan.

"nih neng, bunga pesenannya, udah mamang siapin" ucap pemilik toko bunga itu.

"makasih banyak ya mang" jawab syerina dengan ramah sekalian menjulurkan uang nya.

" iya neng, sama sama. Udah neng ga usah bayar, mamang mah ikhlas, sekali kali kasi neng gratisan. Yaudah mamang lanjut siapin pesenan yang lain ya neng. "

Jarak dari toko bunga dengan tempat yang ingin ia tuju tidaklah jauh. Mungkin hanya memakan waktu 10 menit sana. Syerina pun meminta pak supir untuk tetap menunggunya di toko bunga, dan ia akan berjalan ke tempat tujuannya.

Langkah nya terhenti saat ia tiba di gerbang masuk yang berada di depannya. Detik itu juga ia merasa kan luka itu datang lagi menghampirinya, ia merasakan oksigen di paru parunya bergemuruh dengan cepat. Ditambah lagi air mata nya yang secara tidak sengaja sudah tumpah karena tidak dapat di tahan lagi.

Tempat yang ia tuju adalah makam ayahnya yang meninggal setahun lalu karena penyakit yang ayahnya alami.

"Assalamualaikum ayah" sapanya sambil berjongkok dan tangannya mulai mengusap batu nisan yang berukir nama seorang lelaki yang sangat ia cintai.

Satu satunya orang yang mengerti keadaannya, yang selalu memanjakan dia, dan menemaninya dimana pun itu. Kemudian ia menaruh bunga lily itu tepat di atas makam itu. Sudut bibirnya mulai tersenyum sendu. Perlahan memori kenangan tentang ia dan ayahnya mulai teringat kembali.

" Ayah, aku rindu. Rindu pelukan ayah, rindu senyuman ayah yang hangat, rindu semua tentang ayah" jujur , Syerina sangat benci jika harus menangis setiap kali ia mengunjungi makam ayahnya, karena apa? Karena saat, berjuta kenangan yang berusaha ia kubur kini malah berputar kembali di ingatannya.

"Seharusnya ayah bisa ngeliat nana masuk SMA yah,mendengar keluh kesah, suka duka yang nana rasain selama di SMA" matanya kembali berkaca-kaca.
Syerina sangat betah berlama lama disni karena ia akan menceritakan segala hal kehidupannya. Walaupun ia tau ceritanya itu tidak akan pernah di respon, tetapi setidaknya itu membuat ia lega, seolah olah beban hidupnya perlahan lahan hilang dari dirinya.

Lagi lagi syerina menangis sejadi jadinya. Bahkan sampai membekap mulutnya sendiri untuk meredam tangisan nya yang semakin terpecahkan.

Pandangan beralih ke langit yang sebentar lagi akan turun hujan. " Nana pamit ya yah. Maaf karena nana sering buat ayah sedih. Assalamualaikum ayah". Kemudian Nana bangkit. Sejenak, ia menatap makan itu dengan perasaan yang sangat menyanyat hatinya. Kemudian, ia pun perlahan meninggalkan area pemakaman itu.

Syerina menarik napas panjang. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Mengingat, tiada lagi yang mengisi hari hari nya, tak ada lagi laki laki yang selalu siap sedia melindunginya dari berbagai macam musibah, tak ada penyemangat nya. Seketika semuanya hilang secara tiba tiba. Tapi mau bagaimana pun, ia harus melanjutkan hidupnya, melanjutkan sekolahnya, dan ia akan membuat orang yang ia cintai bangga dengan prestasinya.

SyerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang