onetime

11 2 0
                                    

“Joy is sometimes a blessing, but it is often a conquest. Our magic moment help us to change and sends us off in search of our dreams. Yes, we are going to suffer, we will have difficult times, and we will experience many disappointments — but all of this is transitory it leaves no permanent mark. And one day we will look back with pride and faith at the journey we have taken.”

– Paulo Coelho

– Paulo Coelho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Saat mobil yang Ridho kendarai berbelok ke kanan dan berhenti tepat di depan rumahnya, Ridho langsung menghembuskan napas lelah tatkala melihat Stefani yang duduk di sampingnya itu, malah tertidur dengan lelap.

Sejenak, meski hanya sedikit, dia merasa cukup bersalah sebetulnya, dia merasa bersalah dengan Stefani karena dia terlampau bersikap terlalu pedas terhadapnya, namun Ridho jelas punya alasan tersendiri dengan apa yang dia lakukan.

Pandangannya masih terpaku pada wajah innocent yang Stefani tunjukan saat tengah terlelap. Jikalau boleh jujur, Stefani bukan termasuk salah satu gadis tercantik yang Ridho lihat ataupun ia temui, tapi jelas. Gadis itu sangat istimewa, ada sesuatu semacam magnet yang entah kenapa membuat Ridho merasa seperti... ditarik, hanya ada sesuatu yang menarik pada diri gadis itu. Hingga dirinya bisa terjebak dalam pesona gadis itu.

Ridho melepaskan passenger seat yang terpasang pada tubuh Stefani, yang langsung Ridho sesali karena setelah ia selesai melakukannya, sebersit kerut samar langsung muncul di dahi Stefani, pelan kedua mata Stefani terbuka. Bukan merasa kaget ataupun marah, Stefani malah nyengir kuda, menunjukkan deretan giginya yang mau tak mau membuat Ridho seketika mendelik. Ridho merasa sesuatu yang panas langsung merambati pipinya. Jelas, Ridho merasa terkejut. Semuanya tidak adil. Bagaimana bisa Stefani bersikap setenang dan sekonyol itu, tidak seperti dirinya yang malah merasa tidak karuan?

"Muka kamu merah. Kamu sakit?"

Shit! Gue bener bener udah sinting!

"Ridho, kamu kenapa sih? Segitu terpesonanya sama aku sampai sampai nggak mengedipkan kedua mata kamu? Ya ampun Ridho, aku tahu aku emang semenyilaukan itu buat kamu, tapi nggak usah gitu juga keulesss, kamu bikin aku grogi." Stefani terkekeh.

"Konyol!" Ridho mengangkat tubuhnya menjauh, sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja dan bersikap pedas seperti biasanya. Ridho kemudian membuka pintu mobil dan langsung memutuskan untuk keluar, Stefani masih terkekeh jahil kemudian memutuskan untuk mengekori langkah Ridho yang terasa begitu menggelikan.

°√°

Tatapan iri jelas menyelebungi tatapan gadis itu, sedari tadi dia sudah mengikuti semua aktivitas yang mereka lakukan juga mengikuti ke tempat yang mereka datangi, jelas, hanya ada satu alasan yang membuat dirinya seperti itu:tidak lain dan tidak bukan adalah bagaimana gadis itu membuat lelaki pujaannya;Ridho Mahardika, meninggalkannya hingga dia harus merasa dibatasi oleh penyekat atau pembatas semacam tembok raksasa cina yang entah kenapa tidak bisa gadis itu tembus.

TimelenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang