[suapin]

46 7 4
                                    

"Lili kebo bangun!" Elang mengguncang-guncangkan tubuh Lili yang masih terbalut selimut bermotif Captain Amerika itu.

"Berisik!" Lili malah menutup keseluruhan tubuhnya dengan selimut itu
Elang tersenyum picik.
"Oke kalo gitu, Elang pergi ke sekolah duluan ya. Papai," Elang beranjak

Lili tersentak lalu langsung terbangun.
"Tunggu. Lili mandi, sana keluar." Lili mendorong tubuh Elang untuk keluar dari kamarnya

Elang tersenyum lalu turun ke lantai bawah
"Beres, Bun,"
"Emang gak salah sih, kebo bangun perlu pake pawang nya."
"Sebagai balasan Elang bangunin Lili. Kue coklat ya, Bun?" Elang menggaruk kepala yang tidak gatal

"Udah Bunda siapin satu kotak bekal kue coklat," ujar Kinar seraya memberikan kotak bekal itu
"Kenapa cuma satu? Lili engga?" tanya Elang
Bunda tersenyum tipis "Biar so sweet makannya berdua,"
"Beruntungnya Elang punya calon mertua pengertian."
Kinar menaikkan sebelah alisnya "Yakin banget mau jadi pendamping Lili,"

Wajah Elang berubah jadi murung "Bunda mematahkan semangat Elang,"
Lili menepuk pundak Elang "Biar Lili yang kasih semangat,"
Kinar mencibir "Dasar bucin,"
"Ibu micin?" Lili terkekeh
"Udah beres? cepet banget,"
"Lili ga perlu ngalisan kaya ibu ibu ini,"

Kinar membelakkan matanya "Umur Bunda masih 31, masih tante bukan ibu."
"31 tambah 9 maksud Bunda?" goda Lili
Kinar mendorong tubuh Lili keluar pintu utama.
"Mending berangkat sekarang daripada Bunda darah tinggi berhadapan sama pasangan bucin kaya kalian,"

Serempak Elang dan Lili membungkuk
"Kami pamit tante bucin,"
Elang dan Lili terkekeh sementara Kinar sudah siap-siap melemparkan sendalnya ke arah pasangan muda itu

Selang beberapa menit motor Elang sudah hilang dari pandangan Kinar.
Kinar tersenyum "Mereka lucu, kaya kita dulu, Mas." lalu beranjak masuk ke dalam rumah

— — —

"Sini," Elang melepaskan helm itu dari kepala Lili
"Terimakasih Elang. Yuk!"
"Perlu Elang anter ke kelas gak?" tanya Elang seraya merapihkan rambut Lili

Lili tampak berfikir "Males gak bulak-baliknya?"
"Buat Lili ini, kenapa engga,"
"So romantis!" Lili mengejek

"Lang!" panggilan dari seseorang yang tengah berlari ke arah mereka berdua
"Kenapa?"
"Minjem itu dong," ujar lelaki itu sambil sedikit berbisik
"Apaan sih lo Je, ngomong gajelas kaya banci," sungut Elang

"Astaga, itu Lang pinjem itu," lelaki yang akrab di panggil Jeje itu terlihat gelisah
"Apa gajelas pinjem apa."
"Pulpen Lang. Gue belum ngerjain tugas ga bawa pulpen."
Elang mencibir "Semiskin itu lo? bahkan semua orang di sekolah ini tau bokap lo bisa beli semua pulpen di negara ini, astaga Jeje."

"Gue kemarin udah stock padahal hasil memungut pulpen adek gue yang warna warni, tapi miris. Semua nya hilang," muka Jeje tampak tertunduk sedih
"Nih," Lili memberikan satu buah pulpen pada Jeje
"Wah makasih Lili!"
"Jangan pinjem ke Elang," ujar Lili
Jeje bingung "Kenapa?"
"Pulpen Lili aja kemarin pada hilang satu pack, pas di liat ternyata di tas nya,"
"Li! Elang ga ngambil punya Lili."

"Iya ga ngambil, tapi mencuri. Udah ya Lili duluan ke kelas. Papai Elang dan Jeje," Lili beranjak pergi
"Lo mengganggu Je!" Elang memicingkan matanya lalu beranjak pergi

— — —

Baru saja satu langkah Lili menginjakan kakinya di kelas 11-2 IPA, seketika teman-teman kelas Lili mengerubunginya.

saturéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang