Chapter 3

789 90 22
                                    

6 bulan kemudian

Sudah 3 bulan Sebastian tidak mengajariku matematika di kelas maupun di rumah. Sebastian kembali pada aktivitas awal dan Ms. Luna sudah kembali mengajar. Cutinya berakhir. Para siswi kehilangan guru tampan mereka. Aku hanya kehilangan sosok idolaku. Kami masih tetap berhubungan. Sebby, begitulah aku memanggilnya, berusaha menyempatkan diri untuk meneleponku disela-sela kesibukannya.

Hari ini aku menjalani kegiatan seperti biasa which is studying at school. Baru saja 10 menit pelajaran pertama berlangsung, Ms. Jennie, wali kelasku, memanggil.

"(Y/N), bisa ikut dengan saya?" Tanpa bicara aku bangkit dari kursi mengikutinya keluar kelas.

"Apa saya berbuat salah, Ms. Jennie?" Tanyaku sopan.

"Oh tentu tidak. Kamu anak baik tentu tidak akan melanggar peraturan. Saya hanya ingin memberitahu jika kamu kedatangan tamu," ucap Ms. Jennie.

"Tamu?" tanyaku heran.

"Ya. Dia ada di taman."

"Terimakasih atas infonya, Ms," ucapku berterimakasih. Ms. Jennie hanya tersenyum.

Aku berjalan menuju taman sekolah yang terletak ditengah-tengah, memisahkan dua gedung. Sialnya, kelasku berada di titik terjauh dari taman. Sesampainya di taman, terdapat seorang pria menggunakan jaket kulit hitam duduk di kursi taman membelakangiku. Aku mendekatinya perlahan. Menyadari seseorang mendekat, ia berbalik. Mataku membulat ketika menangkap wajahnya dalam mataku.

"Sebby!" Aku melompat ke pelukannya.

"Hi baby girl. Miss me?"

"Sangat!" Aku menyembunyikan wajahku di dadanya. Sebby terkekeh.

"Aku juga merindukanmu," ujar Sebby mempererat pelukan.

"Lagi libur?" tanyaku.

"Yap. Tadi mama minta dibeliin bahan masakan sekalian aja mampir ke sini."

Kami mengobrol tentang film barunya yang akan rilis tahun depan dan masih banyak lagi. Obrolan kami akan terus berlanjut jika ponsel Sebby tidak berbunyi.

"Sorry, doll. I gotta go. Mama udah nungguin. Nanti aku ke rumah oke?"

"Alright, Sergeant," ucapku memberi hormat. Sebby terkekeh lalu mengacak rambutku.

"See ya, doll!" Sebby mengecup pipiku lalu melenggang pergi. Aku mematung.

"ECIEEEEE! Ada yang dicium idolanya nih," teriak Lizzy yang berdiri tak jauh dariku. Aku langsung memperingatinya untuk diam. Lizzy menghampiriku.

"Anak kelas kira kamu kena masalah. Soalnya udah satu setengah jam gak balik eh taunya berduaan sama idolanya," kata Lizzy.

"Eh kamu kenapa udah keluar? Kan belum bel." Aku mencoba mengalihkan perhatian.

"Itu Mr. Beni sakit perut terus nyuruh istirahat aja. Lagian bel istirahat satu menit lagi," ucap Lizzy.

"Oh kalo gitu jajan kuy!" ajakku.


*****

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore tetapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Sebastian. Karena bosan menunggu, aku berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Mamah tidak ada di rumah. Sampai akhirnya terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Aku cepat-cepat membuka pintu tetapi bukan orang yang aku harapkan melainkan ibunya.

"(Y/N), Sebastian ada di sini gak?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Hah? Enggak, Bu. Tadi bilangnya mau kesini tapi belum dateng," jawabku.

"Tadi juga bilangnya ke sini. Hp-nya ketinggalan makanya saya ke sini mau ngasihin. Dia kemana ya?" Ibu Sebastian mulai khawatir begitu juga denganku.

Aku mulai menghubungi guru-guru di sekolah dan teman-teman siapa tahu melihatnya. Aku pun menghubungi Lizzy. Ibunya menghubungi tetangga dan teman akrabnya. Tak lama, Lizzy pun datang lalu mulai membantu membacakan doa. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Jarum jam sudah berada di angka 5 tetapi tak ada satu orang pun yang tahu atau bahkan melihat Sebastian. Kami menjadi semakin panik. Air mata mulai lolos membasahi pipi.

Tiba-tiba terdengar suara motor milik Sebastian. Motor ninja hitam tersebut berhenti tepat di depan rumah. Ya, tak salah lagi. Orang yang baru saja melepas helm itu adalah Sebastian. Aku berlari kepadanya begitu ia berjalan ke arahku. Memeluk pinggangnya sangat erat. Air mataku membasahi kaus yang dipakainya.

"Hey, what happened?"

"Pliss jangan pergi tanpa kabar. Jangan sering ketinggalan hp. Kamu buat kita panik. I'm afraid of losing you. You're everything to me. I love you." Sebby mempererat pelukan. Mencium puncak kepalaku.

"love you too," bisiknya. Aku menarik wajahku dari dada bidangnya. Ia menangkub pipiku dan mengelusnya lembut.

"Will you be mine?"

"Yes I will!"

Sebby mendekatkan wajahnya lalu menutup mata. Hal yang terjadi setelahnya adalah bibir kami saling menempel. Ia melumatnya lembut. Menguapkan segala hal yang membebani pundakku. My fanzone is over.

My Heart Is Yours (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang