L3

2.2K 305 7
                                    

Adhyastha Aaron Prasaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adhyastha Aaron Prasaja

"Semuanya masih sama Shall?" Wanita yang memakai dress biru tua itu bertanya pada wanita lain yang duduk dihadapannya. Mishall mengangguk lemah, wanita itu kembali menyeruput tehnya. Minggu pagi dipadukan dengan hujan begini membuat Mishall wanita berumur dua puluh lima tahun itu merasa kosong, suaminya tidak pulang lagi ke rumah semalam. Maka dari itu, Mishall berkunjung ke rumah sahabatnya Diana, Psikiater muda yang sukses, terlebih lagi kehidupan pernikahan mereka yang bahagia.

"Lo mau nyerah?" Tanya Diana pelan takut menyinggung perasaan sahabatnya. Tangan Diana menangkup tangan kanan Mishall, mencoba menguatkan Mishall ditengah senyuman menyakitkan wanita berdress putih itu.

"Gak.. akan, hahaha.. maybe" Balas Mishall, suaranya semakin lemah diujung kalimat. Diana tersenyum pahit, dia adalah seorang psikiater, jelas semua ekspresi Mishall mudah untuk membacanya. Mishall lelah, terluka dan sakit Diana tau itu.

"Lo tau kan Aaron gak cinta sama lo?" Pernyataan Diana malah semakin memukul Mishall. Mishall terkekeh pelan, menertawakan kebodohannya, sakit ini Mishall sendiri yang menyebabkannya. Mishall yang memohon pada Ibu dan Ayahnya agar mau menjodohkannya dengan Aaron yang saat itu adalah anak dari sahabat baik Ayah Mishall. Mishall sendiri yang memilih jalan hidup ini, tanpa memikirkan perasaan Aaron saat itu, Mishall menutup matanya pada kenyataan Aaron tidak pernah mencintainya.

Setitik air mata jatuh, sungguh Mishall tidak pernah menyesal menikah dengan Aaron, yang disesali Mishall adalah sikap egois dirinya sendiri yang membuat semua hubungan rumit ini. Selama dua tahun pernikahan mereka, wanita itu selalu yakin jika suatu saat nanti Aaron akan berbalik mencintainya.

Melihat Mishall hancur seperti ini membuat Diana merasa bersalah. Tidak seharusnya dia mengatakan hal yang paling sensitif untuk Mishall.

"Seharusnya gue denger apa kato lo Na." Tukas Mishall, air mata semakin membanjiri wajah cantik Mishall. "Aaron gak akan mungkin bales perasaan gue, Aaron gak akan mungkin.." Mishall menghentikan ucapannya sendiri, terlalu sakit meneruskan semua kenyataan yang ada dihadapannya.

Mishall memukul dadanya yang terasa sesak, wanita itu menelan ludahnya susah, tenggorokannya terasa sakit saat ini. "Ssstt.. udah gak usah lo mikirin yang udah lalu, sekarang pikirin gimana kedepannya." Diana memeluk Mishall. Ruang tamu luas ini terasa menyesakan untuk mereka berdua. Diana berbicara seperti ini bukannya untuk membuat Mishall semakin terluka, tapi di sini, di depan Mishall, Diana adalah seorang sahabat bukan seorang psikiater yang harus berpikir secara rasional.

"I really love him Na, I don't think I'll be able to live without Aaron, but I'm very selfish right? Aaron must have been very depressed all this time." Mishall menumpahkan segala keluh kesahnya di pelukan Diana. Mishall adalah perempuan karir yang kuat dan mandiri, Mishall tidak akan pernah menangis atau merengek pada Ayah dan Ibunya, terutama Arsen, adiknya.
Tapi untuk sekarang, hatinya sudah terlalu sesak dan terluka.

"calm down Shall, you are not alone okay? Everything will be alright Shall."

****

"Mama bakal ke Palembang untuk dua minggu ke depan atau lebih." Ucap Mama pagi ini di meja makan. Zoey menoleh menatap sang Mama yang sedang memotong pepaya dengan pandangan bingung, pasalnya Mama tidak pernah pergi selama itu, paling tidak biasanya hanya tiga sampai lima hari. Mama mengangkat kepalanya, tersenyum menatap Zoey dan Khansa.

"Ada masalah sama resto yang di Palembang." Jelas Mama. Mama memang wanita karir, setelah kepergian Papa dua belas tahun silam, membuat Mama menjadi single parent. Mengembangkan bisnis restonya yang dulu hanya berada di Bandung menjadi beberapa cabang di Jakarta dan Palembang.

"Jadi Khansa, tante boleh nitip Zoey di apartemen kamu untuk sementara kan?"

"Mama Zoey bukan barang!!"

"Boleh dong tante." Balas Khansa tersenyum manis.

"Kalian boleh nginep disini kalau mau." Mama berdiri memasukan potongan pepaya yang sudah di masukan kedalam wadah ke dalam kulkas. Khansa mengangguk semangat sedangkan Zoey menggeleng heboh.

"Gak, kita ke apartemen lo aja." Tukas Zoey final. Bibir Zoey sedikit tertarik ke atas. Pipinya tiba tiba saja terasa panas saat otaknya memutar kejadian semalam bersama dengan Aaron. Zoey tidak berbohong jika perempuan itu berharap bisa bertemu lagi dengan Aaron. Zoey menepuk pipinya keras, tidak menyangka dengan pemikiran gila Zoey sendiri.

"Hahahahahah..." Zoey tertawa canggung. Khansa dan Mama menatap Zoey aneh, pasalnya perempuan berponi itu tertawa sendiri.

"Lo kenapa?" Khansa mengguncang tubuh Zoey, sedangkan Zoey masih saja menampilkan senyuman lebarnya.

"Gue lagi suka orang nih." Ujar Zoey dengan mata berbinar. Mama yang mendengar penuturan Zoey hanya bisa berdecak pelan lantas meninggalkan Khansa dengan anak perempuannya itu, Zoey sih memang seterbuka itu, satu hari tidak bercerita tentang keadaan hatinya mungkin akan menjadi kelabu untuk Zoey.

"Siapa?" Khansa menelengkan kepalanya, menatap Zoey lekat.

"Ada deh, gue ketemu di gedung Apartemen lo, satu lantai lagi."

Khansa mengernyitkan dahinya, menebak nebak siapa yang dimaksud Zoey. Khansa sih yakin, orang yang disukai Zoey adalah pria tampan, Begini begini Zoey itu penyuka pria tampan.

"Lo bisa nyebutin ciri cirinya, maybe?"

Zoey mengetuk ngetukan jari telunjuk di dagunya, memikirkan deskripsi yang tepat untuk Aaron.

"Udah pasti ganteng, hidungnya tinggi gitu loh, and he's voice damn so sexy. semalem dia juga nganterin gue." Ujar Zoey dengan mata berbinar. Khansa mengerutkan dahinya, tiba tiba saja satu nama terlintas di kepalanya. Khansa terkekeh pelan saat menyadari kebodohan berpikirnya, ya tidak mungkin Aaron kakaknya 'kan?

****

Haloooo gaseyuuuuu....

update nih, walaupun rada sedih karna KaiJen putus? karna demi apapun gue udah ikhlas lahir batin eeehhh sekarang malah kayak gini. Tapi yaudah lah ya, kita harus dukung mereka berdua apapun yang terjadi kedepannya, menerima semua keputusan mereka.

see you next chaptter

LIEBETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang