Gadis dengan helaian rambut kusut tak tertata kembali menyesap sisa rokok di selipan jemarinya. Ia bersandar, perih. Tak pernah bergeming dari tempat tidurnya dan pandangan diluar jendela.
Ia hancur. Sangat hancur.
*****
"Jane! Bagaimana dengan jaket ini? Apa cocok untukku?"
Lelaki dengan tulang pipi yang tercetak tegas tersenyum pada gadis yang sibuk dengan helai pakaian lainnya, Jane.
"Haha, apapun yang kau kenakan cocok sayang! Ayo beli itu saja, hari sudah mulai gelap dan kau harus—"
"—mengantarkan mu pulang sebelum aku dihabisi langsung oleh ayahmu, benarkan?"
Gelak tawa memenuhi sudut toko pakaian yang pintunya hampir ditutup, iya karna sudah larut malam.
Dua sejoli yang kini bergandengan tangan, saling tersenyum diantara bunga-bunga kebahagiaan. Karna tepat dimalam itu, hubungan mereka sudah menginjak umur 28 bulan.
Jalanan kota Seoul terlihat sepi di jam itu, hanya beberapa kendaraan saja yang masih berlalu. Tumben sekali. Cuaca semakin dingin. Sepertinya salju pertama akan turun.
"Ini salju ketiga kita..."
Pria dengan jaket parasut hitam memeluk erat pinggang kekasihnya— yang ia panggil Jane, seakan tak ingin gadis itu mengambil satu langkah untuk menjauh darinya.
Ia menatap gadis dengan postur lebih pendek darinya dengan tatapan sendu.
"Mari pulang! Sudah hampir jam 2, bisa bisa aku harus manjat jendela lagi huh?!" Jane terlihat mengerucutkan bibirnya sembari melihat jarum jam.
"Bagaimana kalau kugendong saja? Sudah lama rasanya tidak menggendong orang gendut sepertimu."
"KAU BENAR BENAR!! Siapa bilang aku gendut, kau saja yang tidak tau kalau aku sudah kurusan!! Dasar menyebalkan."
Malam itu mereka lalui dengan indah, tawa dan berbagi kebahagiaan.
Tapi siapa sangka.
25 Desember menjadi tanggal terburuk bagi Jane, selama hidupnya.Apa mungkin takdir bisa berbalik indah?