Ugetsu (Bab 1)

46 2 4
                                    

Hitungan dimulai ...

Satu--Pintu lemari tertutup. Dua--Pintu rumah terbuka. Tiga--Mereka menyerbu ke dalam. Empat--Jeritan Ayah menggelegar. Lima--Suara Ayah menghilang. Enam--Sesuatu terjatuh ke lantai. Tujuh--Teriakan Ibu membelah udara. Delapan--Sesuatu yang terjadi di luar terdengar menakutkan. Sembilan--Diam-diam membuka pintu lemari, dan ....

Orang-orang itu berdiri mengelilingi Ibu yang mengusap adik yang sedang tidur di dalam perutnya. Matanya melayang ke arah sini, memandang celah di pintu lemari dan sinar biru terang yang memancar dari dalam. Bibirnya bergetar, membentuk setengah senyum dan berbisi pelan. "Tidak apa-apa ...."
Lelaki di belakangnya mengangkat pedang ....

****

Gajah putih ke petak H6, Menteri hitam ke C7, Kuda putih ke E4 berderap ke D6--langkah bagus, dan ... skak! Tapi, Raja hitam melarikan diri ke D8. Tidak masalah. Gajah putih H6 menghantam Pion hitam di G7. Balas! Menteri hitam di C7 melahap si Gajah. Menteri putih tidak mau kalah! Berangkat--E3 ke E5 tidak terlalu jauh--Kuda hitam takluk.

Langkah bagus. Terlalu bagus. Tidak ada yang bisa di lakukan Kerajaan Kegelapan di seberang sana itu. Menang! Kebenaran menang lagi!

"Apa itu langkah kombinasi Bobby Fischer ?"

Anak di belakang meja itu menghentikan gerakan tangannya. Jantungnya yang barusan bergelora berdetak sekarang lebih kalem. Pintu terbuka dan tampak seorang pria bertubuh gemuk dan berambut putih. Dia menunduk dalam ke arah papan catur di hadapannya.

Si pria tersenyum ramah. "Itu langkah yang diambilnya ketika menghadapi Winthrop Beach di Amerika Serikat .... Kapan ? Kejuaraan apa itu, ya ?"

"Tidak tahu," gumam si Anak Perempuan pelan. Tanpa sadar, dia menyebutkan "Kejuaraan Amerika Serikat. Poughkeepsie, 1963 ...."

Mata hitam kecil keduanya berkilat-kilat di bawah lampu tabung yang bersinar redup. Si pria memandang papan catur di atas meja penuh minat. "Itu memang langkah yang mengesankan dari Fischer. Apa menurutmu pertahanan Fianchetto untuk Raja pada awal permainan bisa ...."

"Tidak berguna kalau melawan Bobby Fischer," dia bergumam lagi.

Lelaki yang duduk di hadapan anak perempuan itu tersenyum hangat. "Aku tidak tahu kamu suka catur."
"Sepertinya, kamu tahu banyak."

Pria itu tersenyum samar. Dia meletakkan lengan di atas meja dengan sabar. "Kurasa, Bobby Fischer tidak hidup bahagia," katanya dengan suara terdengar berhati-hati. "Begitu hebat. Terlalu hebat, sampai tidak ada lagi yang bisa mengalahkan permainan caturnya. Manusia, komputer--semua bertekuk lutut di bawah kelihaiannya."

Si Anak Perempuan menusuk-nusuk Raja Putih yang masih berdiri tegak di atas papan catur. "Bobby Fischer mencintai catur." Dia mendelik ke arah Si Lelaki. "Dan setidaknya, dia berhenti bermain karena pilihannya sendiri. Dia tidak terpaksa berhenti."

Diam sebentar. Pria itu mencondongkan badannya mendekat. "Dengar, aku butuh bantuanmu. Aku ingin kamu mengingat," katanya dengan suara pelan, lambat, seperti sedabg berusaha memastikan kalau dia mendengar setiap kata yang diucapkan, "tentang apa yang terjadi padamu di Jepang ...."

Sunyi.

Si Lelaki mengangkat alisnya sedikit. "Kamu bisa mengingatnya ?"

Ragu-ragu anak itu mengangguk.

"Kamu bisa menceritakannya?" bujuknya lebih lembut. "Kamu bisa menceritakannya ?"

Anak perempuan itu termenung. Memandangi papan catur di antara mereka. Bola matanya bergerak-gerak, mencari-cari sesuatu yang dia tahu tidak ada di sana: jendela. Dia memejamkan mata, mencoba mendengar .... Tidak ada suara apa-apa. Bibirnya bergetar pelan .... lalu terbuka, mengeluarkan suara nyanyian.

"Teru teru bozu, teru bozu, jadikan hari esok cerah seperti langit dalam mimpi. Kalau besok cerah, akan kuberikan kamu lonceng emas ...."

Kemudian, dia berhenti. Suara nyanyiannya terputus. Membiarkan lagu yang dia lantunkan tidak selesai. Keheningan memenuhi ruangan hingga terasa hampir padat menyesakkan. Tapi, Si Lelaki tidak bergerak. Tidak mengatakan apa-apa. Membiarkan kesunyian memberikan keyakinan bagi Si Anak Perempuan.

Bisakah aku menceritakannya?

"Kalau aku cerita, apakah kamu akan percaya ?"

Pria itu tersenyum tipis. "Aku akan mencoba untuk percaya."

Mencoba untuk percaya. Kata-kata yang sangat indah. Kata-kata yang tidak mungkin akan dia katakan lagi. Langit-langit berwarna abu-abu keruh itu adalah langitnya sekarang. Dan, lampu redup itu terasa seperti matahari baginya. Dia memejamkan mata.
"Kalau begitu, aku akan mencoba cerita."

******

a/n :
Haihaiii, jumpa lagiii 😊😊. Ini udh masuk dalam cerita yaaa, khusus bagian ini aku bagi 2 bab, dikarenakan sungguh panjang sangattt hmmm.

Yaudah cukup sampai disitu aja cuapcuap akyuu😂😂. Semoga kalian pada sukaa ya sama cerita nyaa.
Bab 2 akan segera menyusull. Karena reallife dede itu ga cuma untuk menulis, tetapi dede juga punya banyak kegiatan di luar menulis , mohon dimengertiii.

Wassalamm,
Novnovv

TeruTeru BozuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang