#03

3.1K 268 10
                                    


Naruto sudah keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Seperti biasanya, ia bangun pagi-pagi dan membantu neneknya menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Kadang ada Neji juga ikut sarapan bersama mereka seperti saat ini.

Pagi-pagi Neji sudah datang ke kediaman Uzumaki Mito dan Naruto untuk mengajak sahabat kecilnya itu berangkat sekolah bersama. Karena mereka memang sekolah ditempat yang sama tapi di kelas yang berbeda.

"Terimakasih makanannya, baa-san. Naru berangkat dulu. Ayo cepat Neji-nii, nanti kita terlambat. Sudah numpang sarapan, lelet lagi. Apa paman Hiashi tidak menyediakan makanan dirumah sehingga nii-san sering numpang makan di rumahku," omel Naruto sambil menyeret Neji dari meja makan tanpa berperikeNejian.

"Baa-san, terimakasih makanannya. Besok aku akan sarapan disini lagi. Kami berangkat dulu," pamit Neji dengan lengannya yang ditarik-tarik Naruto keluar rumah kediaman Uzumaki Mito.

"Apa maksudmu dengan mengatakan besok sarapan disini lagi? tidak boleh teriak Naruto terus menyeret Neji keluar.

"Sakit, bodoh. Jangan tarik-tarik," balas Neji teriak kembali.

Mito hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua bocah berbeda gender itu saat bersama. Hal itu sudah biasa baginya. Neji dan Naruto menunjukkan rasa sayang mereka terhadap satu sama lain dengan cara yang unik seperti itu.

Tapi Mito senang melihatnya. Naruto terlihat ceria dan bahagia jika bersama Neji. Semoga keduanya akan tetap seperti itu hingga mereka dewasa nanti. Harap Mito dalam hati yang diam-diam menjadi doanya juga.

💮💮💮💮💮

Neji dan Naruto berjalan kaki menuju sekolah. Letak sekolah dan tempat tinggal mereka memang tidak jauh. Hanya memakan waktu sekitar limabelas sampai duapuluh menit dengan berjalan santai.

Begitu memasuki area sekolah, Shikamaru menghampiri Neji dan Naruto.

"Pagi Naru, sudah sembuh?" tanya Shikamaru kepada Naruto.

"Pagi juga, Shika-nii...."

"Kalau belum sembuh, tidak mungkin dia ada disini sekarang. Dasar nanas," itu bukan suara Naruto yang menjawab melainkan Neji yang berbicara memotong ucapannya.

"Hoi...hoi...tak perlu nyolot begitu. Lagipula aku bertanya kepada Naruto, kenapa kamu yang jawab? nyolot lagi! PMS ya? Merepotkan," guyonan Shikamaru berhasil membuat Neji dongkol seketika.

"Heh...nanas, aku ini pria sejati. Apa perlu aku tunjukkan buktinya padamu disini?" geram Neji membalas ocehan Shikamaru.

"Yew...dengan senang hati, aku menantikan itu," ujar Shikamaru menantang.

"Maumu, nanas. Dasar tidak sopan. Kepala nanas, pemalas, manusia paling merepotkan. Minta dihajar ya?" Neji mengarahkan tinjunya di depan muka Shikamaru.

"Dasar sadako. Dia yang menawarkan, sendirinya marah-marah," gumam Shikamaru tapi masih jelas didengar oleh Neji.

"Apa kamu bilang?"

Dan perdebatan unfaedah mereka terus berlanjut tanpa menghiraukan sekitar.

Naruto yang merasa terabaikan memutar bola matanya bosan. Melihat kedua sahabat itu adu mulut setiap kali bertemu, bukan hal baru lagi baginya. Itu sudah biasa. Terlalu biasa malah. Dan dia memaklumi itu.

Tanpa memperdulikan Neji dan Shikamaru yang masih memperdebatkan masalah yang tidak jelas, Naruto memilih pergi memasuki area sekolah menuju kelasnya tanpa pamit kepada dua bocah laki-laki yang bersyukurnya sahabatnya juga sih.

"Bertemu denganmu membuat pagiku terasa semakin buruk saja, nanas. Ayo Na......kemana anak itu?" Neji kaget saat ia tidak menemukan Naruto di sekitarnya.

Shikamaru hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu.

"Dasar. Awas saja kau pirang...itu salahmu juga nanas, pagi-pagi sudah membuatku emosi," gerutu Neji sembari membalikkan badan meninggalkan Shikamaru.

"Merepotkan. Kenapa jadi aku yang salah. Hoi...sadako, tunggu." Shikamaru berjalan cepat menyusul Neji yang berjalan didepannya dan merangkul bahu sahabatnya yang memilik surai panjang bak model iklan sampo itu.

Itulah Neji dan Shikamaru. Selalu berdebat setiap kali bertemu. Namun, mereka bisa saling memahami satu sama lain dalam suka maupun duka. Itulah cara mereka untuk mengeratkan tali persahabatan mereka yang sudah terjalin saat mereka masih kecil.

"Neji, sebenarnya Naruto sakit apa? sejujurnya aku heran dan penasaran, kenapa Naruto sering pingsan dan masuk rumah sakit. Dia kenapa sebenarnya, Neji? bisa kamu ceritakan?" tanya Shikamaru serius.

Neji mengerti. Jika Shikamaru berbicara menyebut namanya dengan benar, itu tandanya Shikamaru sedang serius.

"Hhhaaahhh....sebelum aku cerita yang sebenarnya padamu, bisakah kamu tidak memasang wajah kasihan saat melihatnya? bisakah kamu tidak memperlakukannya seperti orang yang sakit? cukup pantau dia dari jauh," tanya Neji kembali.

"Baiklah. Setidaknya aku akan tau untuk mengambil sikap di depannya. Sekalipun aku tidak sedekat dirimu dengannya, aku juga ingin memahaminya sebagai teman," imbuh Shikamaru.

"Sebenarnya Naruto....menderita disfungsi katup jantung. Dan besar kemungkinan akan berakibat gagal jantung. Selebihnya kamu bisa bayangkan sendiri jika seseorang sudah menderita penyakit seperti itu," jawab Neji lirih. Sedih mengingat Naruto harus keluar masuk rumah sakit.

"Apa separah itu, Neji? sejak kapan?" tanya Shikamaru tidak percaya.

"Begitulah, dan itu sejak dia berusia satu setengah tahun lalu," Neji menjawab dengan sendu. "Kasihan memang, tapi kita tidak boleh menunjukkan rasa kasihan kepadanya karena itu akan membuatnya semakin terpuruk, dan hilang semangat untuk sembuh. Bersikaplah sebagaimana biasanya didepan Naruto," pinta dan peringat Neji sekaligus.

"Aku mengerti dan aku berjanji tidak akan menyinggung masalah itu di depannya," ujar Shikamaru.

"Good boy....hahahaa..." Neji mengusap kepala Shikamaru kasar dan setelah itu dia berlari kabur karena berhasil membuat rambut nanas sahabatnya itu berantakan.

"Grrrrr.....NEJIIIIIIIII.....AWAS KAU SADAKOOOO....." teriak Shikamaru membahana mengejar Neji yang telah ngacir entah kemana.

Ternyata menjahili si pemalas Shikamaru menyenangkan juga.

======================

Sengaja buat chapt ini pendek hanya 840 word

You Wipe Away My Tears✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang