Dream

391 10 2
                                    

Waktu itu aku berumur delapan tahun. Saat aku mengalami sebuah mimpi yang aneh namun begitu nyata terasa. Orang-orang di sekitarku menangis terisak memandangi seorang wanita tua yang terbaring di atas kasur. Pandangannya kosong menatap langit-langit rumah dengan mulut sedikit menganga. Kulitnya agak kendor dan mulai keriput.

Aku mendekat padanya, Membelai rambut putihnya yang masih bercampur helai hitam walau hanya sedikit. Wanita itu melirik kepadaku dan berkata sesuatu. Aku tidak mendengar apa yang dia ucapkan, hanya saja aku tau dari mulutnya yang bergerak bahwa dia sedang menyampaikan pesan padaku.

Suasana semakin pecah dengan tangis saat wanita itu berhenti berbicara. Satu satunya suara yang paling jelas waktu itu hanya isak tangis dan wajah sendu di sekitarku. Berkerumun membentuk sebuah lingkaran.

Ku rasakan sentuhan halus dari belakang berubah menjadi keras menggenggam lenganku. Menarik tubuhku keluar dari kerumunan itu. Sepertinya aku menjadi pusat perhatian. Pintu kayu di depanku terbuka dan menelan kami berdua. Perasaanku menangkap sebuah aura negatif dan penolakan, mungkin ini yang di sebut firasat. Pintu tertutup dengan suara mengerit perlahan hingga melahap cahaya, menjauhkanku dari keramaian. Gelap, sangat gelap. Suara samar penuh kesedihan mencengkramku. Tidak, tidak, tidak, aku tidak tahu apa apa. Hentikan!!! Tanganku menghimpit keras telinga menghalangi suara yang menggerayangi. Selang beberapa detik aku mulai lemas dan lunglai. Kesadaranku mulai kalut. Sesuatu yang kuat menghentak keras seolah jiwaku kembali pada raga. Mataku terbuka dan aku sedang berada di tempat tidur.

Ku lirik jam wecker yang ada di meja dengan rasa penasaran yang menjalar. Nafasku terengah-engah seperti telah berlari jauh. Pikiran bertanya-tanya memenuhi benakku. Baru jam dua dini hari. Ku benamkan wajahku pada guling dan perlahan terlelap namun yang aku lihat bukanlah peristiwa yang sama.

Aku tinggal bersama Oma. Itu panggilan kecilku pada nenek. Orang tuaku terlalu memprioritaskan pekerjaannya dan jarang merawatku. Mereka seorang ilmuwan yang bekerja di MER atau Magnetic energy Research sebuah pusat penelitian pengembangan energi baru. Mereka yakin jika suatu saat manusia akan membutuhkan energi magnet untuk keperluaan sehari-hari. Dengan keyakinan itu mereka menelantarkanku. Meninggalkan seorang anak yang memerlukan orang tua untuk bisa tumbuh dengan belaian kasih sayang. Aku hanya bisa memendam kesal.

Waktu berlalu cepat, usiaku kini menginjak 15 tahun. Oma mulai sakit-sakitan,  tubuhnya sudah kelelahan. Dia terbujur kaku di kasur menunggu segala sesuatu datang menghampirinya. Dia di rawat oleh salah satu perawat dari rumah sakit. Dia cantik dan baik, bahkan kesopanannya menampakan kelembutan hatinya. Aku rasa dia cocok untuk di jadikan pasangan hidup bagi pria yang sibuk bekerja. Tapi bukan berarti aku meneruh rasa pada perawat itu. Aku hanya memikirkan nenek. Perasaan sedihku menyeruak mengingat betapa baiknya beliau. Rasanya menyesakkan.

Aku sedang bermain game dengan Al di kamarnya sebelum dering ponsel memberikan sensasi geli menembus celana jeansku. Ku buka kunci pola, muncul Message notification dari Sani yang menyuruhku pulang dengan segera. Aku khawatir ada hal yang urgent jadi aku bergegas pergi meninggalkan Al yang tengah bermain game di kamarnya.

Sampai di depan rumah aku keheranan dengan alas kaki yang berjajar. Tanpa mengetuk pintu aku langsung membukanya dan berlari ke tempat dimana nenek terbaring. Aku tertegun, kakiku mematung. Aku kira ini hanyalah De javu. Tidak mungkin. Aku belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Kenangan waktu aku kecil menggelitik kepalaku. Aku ingat di usiaku delapan tahun dulu aku pernah bermimpi seorang wanita tua yang terbaring memberikan pesan. Kejadian ini sama persis seperti mimpiku tujuh tahun silam.


Thanks For Reading :)

Author : Edu

Cuaca: Kerajaan Awan [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang