Arah

182 5 8
                                    

Kesedihan bukanlah hal yang harus di biarkan menetap. Sebab jika terlalu lama dia akan terus membawa koloninya hingga tidak ada lagi ruang untuk suka cita, kegembiraaan, cinta kasih dalam hati. Rasa itu akan merongrong dan memenuhi jiwa dengan sesuatu yang menyeramkan, mempertemukan dengan keputus asaan dan dendam. Akan sulit mencari obatnya jika bukan takdir yang memihak.

Sepeninggal Oma, aku di pindahkan dari rumah yang telah membesarkanku itu. Meninggalkan semua kenangan dan tentunya teman sepermainan. Sebelum aku menginjakan kaki di sekolah baruku, aku harus tahu sesuatu yang bisa menjelaskan semua ini. Aku tidak suka hanya berdiam diri saja . Ku rasa tempat penelitian orang tuaku bisa menjadi awal pencarian petunjuk. Paman Reihan pernah bercerita, sebelum ayah dan ibu menghilang mereka melakukan penelitian pribadi di MER. Proyek ini juga di rahasiakan dari semua staf yang bekerja disana. Hanya mereka berdua yang tahu persis detailnya.

Pemandangan di luar tidak terlalu buruk. Dari kaca nampak seperti sebuah pertunjukan dengan lampu berjalan ke arah yang berlawanan. Tiupan nafasku menempel di kaca. Uap itu aku ukir menjadi sebuah gambar emoticon smile. Setidaknya ini bisa mengisi waktu menungguku hingga sampai ke pusat MER. Pria paruh baya di sampingku terus menggoreskan tinta yang mengerit seperti sebuah irama, mencatat lembar demi lembar. Aku perhatikan apa yang dia tulis. Dia menoleh sesaat menampilkan mata yang berkaca.

"Oh, maaf" kataku

Dia tidak membalas perkataanku, menunduk lagi melanjutkan apa yang dia lakukan sebelumnya. Akan merepotkan jika semua ilmuwan di MER berlaku dingin seperti ini. Prasangkaku membenarkan apa yang aku rasakan. Spontanitas perasaan sangat mudah sinkron dengan pikiran. Paman Blue pernah berkata tentang kebenaran sampel populasi saat di rumah Oma. Keyakinan tentang kebenaran yang di rasa mutlak saat bertemu dengan seseorang, menerapkannya pada kebanyakan orang yang di rasa memiliki kesamaan. Profesi, sifat, tipe, latar belakang, dan kebiasaan. Sepertinya aku terjerat menuduh dengan kebenaran itu. Padahal aku pernah bersitegang dengannya bahwa setiap orang memiliki kepribadian berbeda.

Tangan Pria itu perlahan melambat, gerakannya terhenti lalu menghela nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Sebatang coklat dia pungut dari bawah tasnya.

"Kenapa kamu tidak menanyakan sesuatu padaku? Bukankah informasi itu sesuatu yang kamu cari?" Ujarnya

"Aku tidak ingin mengganggumu"

"Hah, dari mana kamu tahu aku terganggu, gaki?" pria itu mendengus

Aku melirik ke arah buku catatan yang dia pegang sekedar memastikan. Tulisannya sangat jauh dari kata rapih. Ku palingkan wajah ke arah kaca sambil melihat rintik hujan yang mulai membasahi kota.

" Spasi dari tulisanmu begitu renggang artinya kamu sedang ingin sendiri dengan pikiranmu. Aku tahu kamu mempunyai kebiasaan berbeda bagi penulis tangan kanan,tapi tulisanmu terlalu condong ke arah kiri. Perasaanmu pasti sedang tertekan, lihatlah matamu agak berkaca. Dan coba lihat tulisan yang tidak beraturan itu. Perasaanmu pasti sedang kacau. Aku tidak terlalu suka mendengarkan curahan masalah orang, jadi aku tidak bertanya padamu"

"Graphologi. Sepertinya aku salah menilaimu. Ketahuilah MER bukan tempat bagi satu suku saja. Berbagai bangsa ada disana." Dia melirikku dengan nada mengancam.

"Ya, Aku sering mendengarnya

Pria paruh baya itu tertawa lepas. Kedua bahunya terangkat naik lalu terjun turun bergantian seiring irama tawa nya.

"Kamu memiliki kepekaan nak, Namaku Mishiro Akanui. Panggil saja aku Prof Aka. Walau sudah tidak layak lagi, aku masih ingin memakainya"

Mobil berhenti dengan suara khasnya. Pintu depan terbuka otomatis, mengeluarkan seluruh penumpang. Pria paruh baya itu merapihkan barang bawaanya lalu bergegas pergi. Dia merogoh saku jaket dan menjatuhkan sesuatu saat tangannya di tarik keluar. Kertas itu di lipat lumayan agak lama. Mungkin itu sebuah note kecil rumus atau petunjuk penelitian. Aku menjulurkan tangan untuk memungutnya, saat aku menoleh pria itu sudah tidak ada.

Rasa penasaranku memukuliku seolah kesal jika aku tidak membukanya. Ya, sekedar untuk mengingat dan setelah aku tau aku bisa kembalikan lagi. Begitulah pikirku untuk sesaat. Lipatan itu meninggalkan bekas. Aku tidak ingin sobekan mengurangi kesempurnaan apa yang akan aku lihat. Pada kertas itu tertera sebuah tulisan dan gambar peta dengan pensil di sisi lain. Nama itu tidak asing bagiku. Karena itu aku terdiam untuk beberapa saat. Menenggelamkan pikiranku dengan kenangan masa lalu.

Thanks for reading :)

Author : Edu

Gaki adalah sebutan bagi anak nakal dalam bahasa jepang

Graphologi adalah disiplin Ilmu yang mempelajari tentang tulisan tangan

Cuaca: Kerajaan Awan [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang