Namaku, Ghani. Kiagus Althaf Ghani. Jenis kelamin laki-laki, golongan darah O. Lahir pada tanggal 18 Mei 1998. Zodiak Taurus. Orang bilang, taurus itu seorang budak cinta, romantis namun kadang egois. Tapi aku lebih banyak di sisi egois.
Sejak kecil, aku tinggal di daerah pelosok di Sumatera Selatan. Sebuah kota kecil penghasil batu bara di kawasan Kabupaten Muara Enim. Kota kecil yang penuh dengan kenangan. Disana aku tinggal bersama ayahku, ibuku, dan kedua saudaraku. Sebagai anak bungsu, aku tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti orang-orang bilang. Kalau anak bungsu itu sangat disayang. Tidak dalam kasusku.
Tahun 2014, saat aku berusia 16 tahun. Aku memutuskan untuk pergi merantau ke kota Palembang, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas disana. Sebenarnya saat itu aku sudah diterima salah satu sekolah di kecamatan, bahkan sudah mengikuti masa pengenalan sekolah selama 3 hari. Aku sangat ingat saat hari pengenalan terakhir waktu itu, aku pulang dengan tubuh penuh lumpur. Mengerikan. Tapi aku tetap memutuskan untuk merantau, karena SMA di kota juga menerimaku.
Alasanku bersikukuh ingin pergi merantau ke kota sebenarnya cukup sederhana hanya karena aku ingin menghindari asap rokok yang dikeluarkan oleh pabrik tubuh ayahku. Tentunya alasan itu tidak kukatakan kepada kedua orang tuaku, bisa-bisa aku tidak diperbelohkan merantau ke kota. Aku menggunakan alasan agar aku menjadi seorang laki-laki yang mandiri.
"Jadi gimana, Yah? Bu? Boleh aku merantau ke kota Palembang? Aku ingin sekolah disana dan menjadi mandiri," tanyaku.
"Setelah kami berdua berunding tadi, iya kami mengizinkan kamu nak," jawab Ibu.
Ayah hanya mengangguk.
Mendengar jawaban mereka saat itu, perasaanku sangat senang sekali. Sebenenarnya salah satu alasan lagi kenapa aku ingin merantau jauh dari mereka, karena aku ingin menutupi jati diriku. Aku memiliki orientasi seks yang berbeda dari pria yang lain. Kalian mengerti, kan? Saat ini aku masih ingin menutupi hal itu sampai batas waktu yang belum kutentukan.
Sekarang sudah awal Tahun 2019, tidak terasa hampir 5-6 tahun aku pergi dari rumah. Ya... walau terkadang aku juga pulang ke kampung halaman jika ada acara besar atau libur panjang.
Saat ini aku sudah menjadi seorang Mahasiswa di salah satu Universitas ternama di Sumatera Selatan. Di kehidupan kampus ini lah aku menemukannya. Bagiku, dia sosok yang sempurna. Dia berzodiak pisces dan golongan darah A. Kata peramal taurus dan pisces itu sangat cocok dan lagi golongan darah O dan A itu juga sangat cocok. Tapi itu cuma kata peramal dan bodohnya aku masih mempercai hal itu.
Dan kali ini, aku akan menceritakan kisahku bersamanya. Dengan segala rindu yang selalu menghantuiku. Aku, seseorang yang tidak pernah merencanakan untuk mengenalnya dan menaruh rasa padanya.
•••
"Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" atau dalam Bahasa Indonesia "Cinta Tumbuh Karena Terbiasa". Begitulah kiranya jika kau sempat pertanyakan cintaku. Berawal dari terbiasa bertemu dan terbiasa melakukan segala hal bersama, jadilah cinta itu tumbuh begitu megah. Tak perlu rangkaian kata untuk menjelaskan cinta itu, karena cinta dan kasih itu sendiri, kamu.
Padamu, yang mungkin tak sempat atau sempat membaca kisah ini. Aku tetap bersyukur bisa dipertemukan denganmu. Aku pun hanya manusia biasa, terkadang nafsu dan ego membelenggu diriku sehingga membuatmu tak nyaman dan menyakiti perasaanmu. Pada akhirnya rasa percayamu padaku hancur kernaku.
Padamu yang kian jauh dariku, rasa ini tetap milikmu. Mungkin akan berubah ketika suatu hari aku menemukan seseorang sepertimu.
Padamu yang tak pernah menangkap jatuhku, izinkan aku dengan segala rasa mempersembahkan kisah ini untukmu.
•••
Sebelum aku menceritakan kisah itu, aku ingin kalian tahu. Sekarang aku berada di kamarku, tempat yang pernah aku dan dia habiskan waktu bersama. Mungkin karena itu pula aku sulit melupakannya, karena banyak kenangan bersamanya.
Nah, mari kita mulai kisah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
Short Story"Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" atau dalam Bahasa Indonesia "Cinta Tumbuh Karena Terbiasa". Begitulah kiranya jika kau sempat pertanyakan cintaku. Berawal dari terbiasa bertemu dan terbiasa melakukan segala hal bersama, jadilah cinta itu tumbuh...