" Aku Dan Daun kering. "

11 1 2
                                    

Awan putih ber gumpalan di atas langit.  burung-burung berkicau Ria bagai orkestra.  angin pagi ini terasa sejuk,  berhembus.  ranting-ranting bergoyang,  bergesekan satu dengan yang lainnya,  menghasilkan suara berirama yang indah untuk didengar.

Dari kejauhan tampak seorang wanita dengan rambut terikat rapi,  tubuhnya terlihat langsing.  sedang berjalan santai.  sepatu putihnya terlihat mengkilap,  seperti baru dicuci.   lengan kirinya sedang menopang gitar berwarna hitam, Sedangkan lengan kanannya menggenggam erat sebuah buku bertuliskan ' my Diary'.    Kedua telinganya sudah tertutup oleh earphone,  mendengarkan musik dari sana.

Jalan dengan lebar 2 meter ini lengang,  aspalnya sedikit tertutup oleh daun kering yang bergerak-gerak tertiup angin.  wanita itu masih berjalan santai sesekali berdendang mengikuti lagu yang didengar.

Di sekeliling jalan itu hanya tampak pohon-pohon besar menjulang tinggi.  tanah  yang seharusnya berwarna coklat kemerahan sudah berganti menjadi daun kering yang  menyelimutinya.  beberapa daun dari pohon besar itu terlepas dari ranting,  melayang jatuh,  bergabung dengan daun kering lainnya. Jika dilihat dari gerakan lambat itu akan tampak sangat indah.

Perlahan tapi pasti segurat cahaya mentari menerobos melalui celah-celah ranting, membuat mata silau.  Wanita itu menutup matanya,  menikmati kehangatan mentari yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Angin berhembus kencang, membuat wanita itu kembali membuka mata,  tersadar dari lamunan sesaat nya.  kembali melangkah lebih cepat.  Kini dia sudah sampai di tempat tujuan.

Lihatlah ke atas sana, sebuah rumah pohon dengan ketinggian sekitar 10 m dari tanah itu terlihat indah.  dinding kayu nya berwarna putih.  tangga yang melingkar di batang pohon besar itu tampak sangat menawan,  berwarna putih juga.  bentuknya membuat Siapa saja yang ingin menuju rumah pohon itu lebih mudah.  lebarnya 1 M.

Sedikit terengah wanita itu tiba di dalam rumah pohon.  Lihatlah dinding di dalamnya,  sudah berjajar rapi kertas-kertas puisi.  bahkan ada dinding yang khusus untuk menyimpan tulisan asli lirik lagunya.  dengan warna warna tinta yang bervariasi,  hijau,  merah,  biru,  bahkan ada yang berwarna pink.

Dulu rumah pohon ini sangat sederhana.  pertama kali membuatnya hanya dengan papan berdiameter 2 kali 1 meter,  tingginya 5 m dari tanah.  tangganya pun masih balok persegi panjang yang dipaku di batang pohon.  tapi 5 bulan yang lalu dengan uang hasil menjual lagunya ia bisa membuat rumah pohon ini,  Dibantu oleh Pak Amir seorang tukang bangunan dari kota sebelah.

wanita itu membuka jendela lebar-lebar,  hembusan angin langsung menerpa tubuh,  membuat rambutnya bergerak-gerak.  Suara kicauan burung terdengar riang.  sepasang burung terbang rendah di hadapannya. 

Sambil bersila ia memegang gitar,  meletakkan di atas paha.  buku diary sudah berada di depan tubuhnya lengkap dengan pulpen merah.  tinta didalamnya penuh.

Suasana hutan terasa ramai (seharusnya  di sebut tempat wisata.  karena tempatnya ini sangat rapi,  maksudnya pohonnya tertanam dengan jarak tertentu,  Tidak acak-acakan).  suara daun berdendang ria,  tertiup angin.  wanita itu menatapnya senang.  dia selalu menyukai suasana seperti .  di sini dia hanya sendiri,  tidak ada seorang pun yang tahu tempat ini.  satu-satunya orang yang tahu hanya Pak Amir(itu pun dia sendiri yang meminta agar pak amir tidak memberitahu kepada orang lain tentang tempat ini.). Saat itu pak amir mengangguk,   tersenyum.

Di sekitar hutan ini tidak ada hewan buas,  mungkin hanya ulat.  Walau begitu ketika dia melihat hewan kecil berbulu di hadapannya,  dia selalu bergidik ngeri.  bahkan pernah suatu ketika dia  melihat ulat kecil itu,  berwana hijau,  hampir merayap ke atas kakinya. Sontak dia langsung loncat-loncat,  berlarian kesana-kemari,  berteriak histeris,  padahal Ulat itu sudah mati.  tidak sengaja dia injak.

Ting.....
Handphone wanita itu bergetar.  ada pesan masuk.

dari Om Rudi.

Om mau ketemu.  ini soal lagu Kamu Yang Om beli 1 minggu yang lalu.

Wanita itu tersentak.  Langsung melepas earphonenya.  Keningnya berkerut.  Bingung.

Iya Om,  jam 9 nanti Kinan ke rumah Om.

Wanita yang ternyata bernama Kinan itu,  langsung memasukkan handphonenya ke saku celana.  meraih buku diary.  gitarnya sudah ditenteng.  Dengan tergesa ia kembali turun dari rumah pohon,  gagal menikmati suasana pagi yang cerah ini.  jam tangannya sudah menunjukkan pukul 08.00 ia harus segera bertemu Om Rudi,  butuh waktu lama untuk ia bersiap-siap.

Kinan hampir saja terjatuh ketika tiba di anak tangga terakhir.  namun tangannya lebih cepat memegang tepian tangga.  wajahnya tegang.  jika bukan menyangkut masalah lagunya,  ia tidak akan setergesa ini.

Sebenarnya apa yang akan disampaikan Om Rudi?,  apakah ada masalah dengan lagunya?.  dia yakin Ini masalah serius,  jika tidak serius,  mana mau Om Rudi repot-repot membuang pulsa hanya untuk memintanya bertemu.

Kinan sedikit berlari melewati jalan yang sama seperti tadi pagi.  butuh 10 menit hingga ia tiba di depan  rumah besar berwarna putih itu.  Gerbangnya juga besar.   ia langsung masuk,  Ada sedikit celah gerbang yang terbuka.  tubuhnya yang ramping dengan mudah  masuk.  jadi tidak perlu membuat penjaga repot-repot membuka gerbang.

"Pagi Non!. "  seorang penjaga sedikit tersentak.  Langsung berdiri tegap.   sepertinya dia baru bangun tidur,  terlihat dari wajahnya yang terlihat telah.
" pagi.! " masih dengan tergesa Kinan menoleh,  tersenyum.
lalu berlari ke arah pintu depan,  pintu yang cukup besar.  gagangnya berwarna perak.

setelah ia masuk dia kembali berlari.  Isi otaknya hanya memikirkan Om Rudi,  lebih tepatnya memikirkan lagunya.   pikirannya amburadul,  apakah  lagunya baik-baik saja?,  padahal lagu itu lagu paling mahal yang pernah dijual' 50 juta' itu bukan harga yang sedikit.  Dia membuatnya selama 1 tahun.  mondar-mandir di sekitar rumah,  menatap  bunga-bunga di taman,  bahkan dia loncat-loncat  depan rumah di pagi buta,  Berharap ada sebuah ide yang keluar dari otaknya.  Hingga paling parah dia pernah ketiduran di rumah pohon,  dia pulang ke rumah di pagi harinya. Dengan keadaan tubuh yang bau asem,  rambutnya berantakan.  Tentu. karena dia  tidak mandi seharian.

Hah,  percuma mengingat itu.  Om rudi sudah membuatnya gelisah.

Ada apa dengan lagunya?
Semoga semuanya baik-baik saja.


* Bersambung*

......

- cerita pertama. Semoga sih ada yang mau baca. Hihihihih.😂😂😂😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last Look Of Love ( persembahan terakhir cinta) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang