prolog
Temu membuatku bertatap muka denganmu. Menumbuhkan rasa dariku. Tapi aku ragu apakah ini benar-benar rasa itu.Pagi datang dengan udaranya nan sejuk. Kicauwan burung-burung mulai memecah sepi. Aku bersiap untuk pergi sekolah. Inilah hari pertama aku masuk sekolah. Sekolah baru,kawan baru, semangat baru.
Jarak sekolah dan kosanku tidak terlalu jauh. karnanya aku berjalan menuju sekolah dengan rombongan kawan yang lainnya yang satu kosan denganku. Setelah sebelumnya sudah berkenalan satu-persatu.
Sampai di sekolah setiap kawan yang melihatku, aku ajak berkenalan, terutama untuk laki-laki. Jika perempuan aku tidak berani untuk mengajak berkenalan duluan. Karna sifatku yang pemalu. Jam pelajaran dimulai sepeti biasa ketua kelas memimpin do'a sebelum belajar. Proses belajar mengajar berjalan lancar.
Ringg... bell pulang berbunyi. Tidak terasa satu hari sudah berlalu. Aku kembali ke kosanku. Di kosan aku tinggal dengan dua orang kawan. Dengan kepribadian masing-masing.
"Bagaimana hari pertama sekolah zak ?"
"Biasa saja"
"Kamu bagaimana saf?"
"Ya gitulah. Aku terpilih menjadi ketua kelas"
"Weeh. Keren"
"Kamu bagaiman azz?"
"Ya tidak jauh beda dengan kalian. Aku ajak kenalan semua laki-laki yang melihatku."
"Haha. Kamu punya banyak kawan dong satu hari baru sekolah."
"Ngk juga sih. Malah aku lupa dengan banyak nama yang aku hafal."
"Haha, iya nanti dengan berjalanya waktu kamu akan hafal semua nama kawanmu."
Hari berganti hari, waktupun berlalu dengan cepat. Higga suatu ketika sepulang sekolah. Aku mendapatkan buku catatan di depan kelas IPA diatas kursi. Aku membuka buku catatan tersebut berniat melihat nama pemiliknya. Agar bisa dikembalikan. "Diana cantika" tertulis di halaman depan buku tersebut. Karna semua siswa sudah pulang. Aku memutuskan untuk mencari orangnya besok hari.
Sesampai dikosan. Aku menanyakan kepada kawanku jika mereka kenal dengan nama "Diana cantika". Meraka menjawab tidak mengenalnya. Aku berniat besok pergi ke kelas dimana buku itu aku dapatkan. Dan menanyakan kepada anggota kelasnya.
Langit senja berarak mulai menghilang. Mentari mulai tenggelam. Bertanda malam akan datang. buku catatan itu masih melekat di kepalaku. Seakan mengganggu sebelum mengembalikan kepada pemiliknya.
Keesokan harinya. Aku bersegera pergi ke sekolah dan tidak lupa membawa buku catatan itu. Aku menanyakan salah seorang anggota kelas tersebut perihal buku catatan itu. Dia malah tidak mengenal siapa Diana. Aku berlanjut menanyakan ke anggota kelas lain. Beberapa orang aku tanyakan dan akhirnya tidak menemukan diana dan tidak ada yang mengenalnya.
Sudah banyak orang yang aku tanyakan, sudah banyak kelas aku kunjungi, tetapi tetap tidak ada yang mngetahui siapa pemilik buku ini. Aku bingung harus bagaimana lagi untuk menemukan pemilik buku ini. Hingga suatu ketika seseorang perempuan datang kepadaku. Dia menanyakan tentang buku catatan yang hilang.
"Kamu azz kan ?"
"Iya, ada apa ?"
"Aku mengetahuimu dari kawan kelasku, katanya kamu menemukan buku catatan atas nama Diana cantika ?"
"syukurlah, akhirnya aku menemukan orangnya, sudah banyak siswa yang aku tanyakan, tidak ada yang mengenalnya, saraya memberi buku catatan tersebut"
"ya tentu saja tidak ada yang mengenalnya, yang punya buku itu tidak bersekolah disini. haha"
"Aduh, pantas semua orang yang aku tanya tidak ada yang mengenalnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
F a n a
General FictionKamu adalah kefanaan belaka yang membuat ragu terbelenggu Rasa tidak bisa di paksa Dan tak perlu menunggu Dia akan hadir dengan sendirinya Tapi jika rasa benar-benar ada Apakah dia akan menerima