Aku terus meragu akan hatiku untuk memilih dia, apakah dia memang benar-benar untukku. Aku takut ketika nanti sudah menjalin hubungan ada kecewa di akhir cerita.
Diana selalu mengajak pergi membaca atau ke toko buku. Jika diana tidak mengajak berarti aku yang megajak atau dia tidak bisa pergi. Kami selalu pergi di pagi minggu sampai siang.
Pagi minggu diana kembali mengajakku untuk membaca buku di pustaka yang ke sekian kalinya. Seakan membaca membuat candu bagi kami karena membaca kita banyak tahu dan bejajar akan sesuatu. Biasanya setelah membaca kami selalu diskusi tentang buku yang kami baca. Tapi tidak untuk hari ini diana seakan bergegas untuk pergi dan mengatakan.
"Azz, aku duluan ya ada urusan penting ni"
"Oo kok ngk kayak biasanya, ya sudah ngk apa-apa"
"Iya aku pergi ya"
"Ya hati-hati di jalan"
Aku terus melanjutkan bacaanku karena belum selesai. Setiap lembar dami lembar seakan membuat penasaran. Akhirnya aku tamatkan dari pagi sampai sore. Singkat cerita, buku yang aku baca tentang seorang anak yatim piatu. yang memperjuangkan haknya untuk terus belajar. Dan akhirnya dia menjadi sukses kerena kegigihannya untuk belajar dan bekerja.
Selesai membaca aku langsung beranjak pulang. Sampai di rumah aku mendapatkan pesan dari diana.
"Azz, maaf tadi ya, aku jadi ngak enak ninggalin kamu sendirian."
"Iya ngk apa kok aku juga sudah biasa sendirian membaca di pustaka"
"Ya sudah, btw, kamu lagi ngapain?"
"Lagi bikin tugas ni, kamu lagi ngapain ?"
"lagi baca buku aja, oiya lanjut aja bikin tugasnya azz"
"Oiya oke na"
Aku ragu apakah itu bentuk perhatian atau permohonan. Aku terus meragu dengan hatiku. Waktu terus berlalu hari demi hari berjalan dan terlewatkan tidak ada yang spesial untuk hubungan kami. Aku pikir kami bagusnya untuk bersahabat dan diapun menyangka dan memikirkan seperti itu. Kebiasaan yang aku lakukan bersama diana terus berjalan. Dan akhirnya aku benar-benar merasakan benih-benih cinta dalam hatiku. Tetapi haruskah aku pertaruhkan persahabatan demi perasaan?.
Tidak terasa aku sudah hampir tiga tahun sekolah. Waktu berlalu cepat walau kadang terasa berat. Tapi yakinlah kau akan meninggalkan sesuatu yang hebat. Dan sebentar lagi sekolah akan mengadakan perpisahan. Aku sudah bersiap dengan setelan jas dan sepatu untuk besok.
Pagi itu, di depan cermin sambil meperbaiki dasi kupu-kupu yang aku akan pakai. Aku berbicara kepada diriku."sepertinya aku mempunyai rasa untuk diana, apakah tepat jika pada acara perpisahan ini aku utarakan?". Aku berpikir beberapa kali hingga akhirnya hatiku bulat akan mengutarakannya kepada diana denagan membawa selembar kertas yang berisikan puisi ungkapan hatiku untuk diana.
Acara perpisahan berjalan lancar. Diana berjanji akan datang ke sekolahku setelah acara pembukaan selesai pada acara perpisahannya. Acara demi acara terlewatkan. Sembari duduk menyaksikan penampilan puisi dari adik kelas aku mencari-cari dimana diana berada. Aku tidak melihatnya di kursi penonton. Lalu aku coba beranjak dari kursi dan mencoba mencarinya di lain tempat. Aku mencari ke kelasnya. Aku mencari ke kantin, dan aku mencari ke hampir ke seluruh bagian sekolah. Hingga akhirnya aku berjalan menuju parkiran berniat ingin mengambil dompet yang tertinggal di dalam jok motor. Aku melihat diana bermesraan dengan seseorang pria. Sahabat dekatku brian namanya. Aku bersahabat sejak SMP sampai SMA, berawal dari aku menolong membawajan buku dari ruang guru ke pustaka lalu aku mengenal dan semakin hari semakin dekat dan akrab dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F a n a
General FictionKamu adalah kefanaan belaka yang membuat ragu terbelenggu Rasa tidak bisa di paksa Dan tak perlu menunggu Dia akan hadir dengan sendirinya Tapi jika rasa benar-benar ada Apakah dia akan menerima