Resepsi, Persepsi

9 0 0
                                    

Orang tua saya bukan orang tua kolot yang mendidik anak dari satu pihak. Mereka berdiskusi dengan baik apapun keputusan yang akan mereka ambil untuk saya. Mereka selalu membantu saya membuat pertimbangan baik dan buruk keputusan yang akan saya ambil tanpa memihak salah satunya. Mereka orang tua yang bijaksana. Karena mereka, saya jadi bisa meraba hidup dan bertanggung jawab atas diri saya sendiri.

Saya Talia Angkara, penikmat konten kreatif like youtube, film dan musik. Baru-baru ini saya menonton video yang cukup viral dari beauty vlogger youtube, Suhay Salim. Suhay Salim menikah tanpa resepsi, begitu headlinenya. Dia datang ke kantor KUA hanya menggunakan pakaian casual ditemani calon suaminya.

Mereka mengunggah kabar bahagia tersebut ke akun instagram mereka dengan caption yang menunjukan bahwa menikah tidak perlu repot, begini cukup. Baginya, mengurus surat untuk kepentingan menikah suaminya yang berstatus bukan WNI sudah cukup memusingkan. Jadi rasanya tidak perlu menggelar upacara pernikahan yang berlebihan dan menambah beban keduanya. Begitulah kira-kira.

Karena sosoknya yang cukup berpegaruh di dunia beauty vlogger tak ayal membuat dia lepas dari pengikut. Kemungkinan setelah pernikahannya, akan ada banyak perempuan yang mengidamkan pernikahan sederhana semacam itu.

Menurut saya, sebelum impian penikahan Suhay Salim menjadi terwujud dan viral. Ada juga beberapa perempuan yang mengidamkan pernikahan sesederhana itu, saya salah satunya. Saya mengidamkan pernikahan sederhana yang hanya dihadiri kerabat dekat dan sahabat-sahabat saya saja. Tidak sesimple Suhay Salim, mungkin sekelas pernikahan Chicko Jericko.

Saya ingin merasakan setiap kebahagiaan bersama orang-orang terdekat saya. Saya hanya ingin mendengar ucapan 'Selamat Menikah dan Semoga Bahagia' yang tulus sehingga menjadi doa yang makbul. Bukan pertanyaan -pertanyaan ingin tahu tentang berapa banyak yang saya habiskan untuk biaya resepsi atau pertanyaan seputar pasangan saya yang berakhir jadi bahan gossip murah.

Hari ini, saya menghadiri pernikahan teman kampus saya saat kuliah dulu. Pernikahannya sudah cukup mumpuni untuk masuk dalam kategori mewah. Dengan harga sewa gedung 40 juta rasanya cukup mendeskripsikan bahwa pernikahan ini cukup gemerlap. Dekorasi yang sangat menawan dengan perpaduan silver dan putih serta katering makanan khas 2 negara, Indonesia dan Itali. Yaa, suami teman saya asal Itali jadi mungkin ini salah satu konsep adil yang mereka inginkan.

Kaki saya menginjak karpet merah yang di gelar wedding organizer sebagai bentuk selamat datang. Saya diam-diam mengagumi dekorasi dan usaha para event creator pernikahan ini. Mereka menghabiskan banyak kain silver untuk menutup seluruh gedung. Serta perpaduan dekorasi bunga lili putih dan cenararia silver dust, yang saya taksir harganya tak murah karena bunga ini lumayan sulit didapat. Menakjubkan, itu yang pertama kali keluar dari mulut saya.

Baiklah, saya kira pernikahan ini juga akan disi dengan berbagai acara dan saya yakin memakan waktu panjang. Konsepnya modern, jadi pernikahan ini akan berakhir dengan romance young party seperti couple dance atau couple sing, mungkin. Ini hanya dugaan.

"Halo, selamat malam semua. Selamat datang kepada tamu undangan yang sudah berkenan hadir pada acara kawan kami, sahabat kami, Kaila Windu dan Varoni Desantio. Malam ini akan menjadi malam yang tak telupakan karena Kaila dan Santio akan bernyanyi dan berdansa bersama" Benar dugaan saya.

"Tapi sebelum itu, Haikal akan memberikan lagu sebagai hadiah untuk kakaknya tercinta, beri tepuk tangan untuk Haikal" Suara gemuruh tepuk tangan menghujani seisi gedung. Saya lemah akan kebisingan dan memutuskan untuk ke balkon gedung. Bukan bermaksud tidak menghargai, hanya saja, saya memang tidak terlalu suka ramai. But don't judge me unsocialable, please. Cause I didn't.

Ternyata balkon gedung menjadi salah satu tempat favorit orang-orang seperti saya. Beberapa orang sudah duduk dan berdiri di berbagai sudut untuk menikmati waktunya sendiri. Ada juga yang mengobrol berdua, entah membicarakan apa. Sekali lagi, saya tidak bemaksud mengabaikan acara atau tidak menghormati pemilik acara, saya berjanji saya tak akan lama berada di balkon, hanya sampai saya nyaman.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pena MudaWhere stories live. Discover now