Aku Mengikhlaskanmu

13 3 0
                                    

Pertemuan membawa sebuah rasa dan waktu yang menghilangkan rasa.
Kadang rasa ingin tahu sangat besar hingga aku terus-menerus mencari segala hal tentangnya. Tapi, apalah daya hanya aku yang menyukainya di sini sedangkan dia menyukai sahabatku.Bukankah benar cinta tidak dapat dipaksakan. Rasa hadir tanpa ia meminta izin pada sang pemilik hati. Aku tidak bisa egois memaksakan agar dia memiliki rasa yang sama terhadapku.

****

Cinta itu merelakan, Cinta itu ikhlas,
dan cinta tidak harus diungkapkan lewat kata karena cintaku kali ini diam. Aku tak berani mengungkapkan, sebab aku sadar diri di sini aku bukanlah siapa-siapa. Sedangkan dia, dia adalah seorang yang berpengaruh. Bayangkan saja aku orang yang tidak dikenal siapa-siapa sekarang merasa jatuh hati kepada ketua OSIS. Aku bertemu dengannya saat MOS bahkan sebelum itu, saat aku mengikuti tes seleksi masuk SMA.

Aku penasaran seperti apa orang itu bahkan saat itu aku belum mengerti namanya namun ku akui aku sudah menyukainya, aneh bukan? Sampai salah seorang sahabatku memberitahu namanya. Aku justru semakin gencar mencari tahu tentangnya. Mencari semua akun media sosialnya, jangan tanya apa lagi yang aku lakukan sudah pasti mencari tahu tentang dirinya lewat postingan di beranda akun media sosialnya.

Ingin aku mengirim pesan untuknya. Seringkali aku sudah mengetik sebuah pesan yang panjang lebar namun ku hapus dan terus menerus seperti itu. Jari ini terasa kaku, jantungku berdegup kencang, takut jika dia tidak merespon pesanku dan hanya membacanya tanpa niat membalas. Pasti itu lebih sakit dari apa yang ku bayangkan.

Aku hanya bisa memandangnya dari jauh, tersenyum melihat tingkah konyolnya bersama teman-temannya. Ada kebahagiaan tersendiri melihat gelak tawanya walau bukan aku yang membuatnya tertawa. Oh Tuhan apakah aku bisa membuat ia tertawa?

Aku mencoba melupakannya dengan mencari orang yang bisa menarik hatiku. Namun sayang, lagi-lagi aku menemukan orang yang hanya bisa ku pandang dari kejauhan hanya sedikit interaksi yang bisa ku lakukan dengan orang itu, seperti bertanya tentang organisasi yang kami ikuti dan juga di tempat kami mengikuti bimbingan belajar.

Kembali pada ketua OSIS itu. Ternyata rasaku terhadapnya belum benar-benar hilang. Saat ini aku tak mau kalah dengan rasa canggung dan ragu-raguku. Memendamnya terlalu lama bisa membuatku tekanan batin. Aku mulai mengetik sebuah pesan singkat hanya sebuah salam singkat untuk mengawali obrolan kecil kami dan dia merespon pesanku tapi mungkin ia hanya membalas jika ia sempat. Walau hanya saling mengirim pesan singkat dan yang menurutku memang tidak ada spesial namun cukup untuk membuatku bersemangat pagi ini.

Aku menghampiri sahabatku, rasanya tidak bisa lagi ku tahan rasa senang di hatiku ingin aku menceritakan semua kepadanya tentang kejadian saling membalas pesan itu. Aku menceritakan semua yang ku rasakan kepadanya. Tapi, entah hantaman apa yang membuat hatiku terasa sesak seketika ketika ia menceritakan bahwa orang yang aku sukai justru menyukai sahabatku sendiri. Aku mencoba tersenyum dan tertawa sekali-kali menggodanya hingga ia merasa kesal tanpa memperdulikan rasa sesak di dada.

Malam ini aku tidak ingin mengirim pesan kepadanya terlebih dahulu tidak ingin mengganggunya dan tidak ingin menyiksa diriku sendiri. Namun, Rencana tuhan berbanding terbalik dengan rencanaku. Sekarang justru ia yang mengirim pesan terlebih dahulu kepadaku. Aku membalasnya apa adanya sesuai apa yang terlintas di pikiranku saat itu. Dia bertanya tentang sahabatku, tantang seperti apa dia, kesukaannya apa sampai ia bertanya jika sahabatku itu sudah mempunyai kekasih atau belum. Jangan tanya seperti apa rasanya jelas sakit. Namun, seperti di awal aku tidak ingin menyiksa diriku sendiri, lebih baik sedikit demi sedikit aku memilih mundur.

Waktu terasa berjalan dengan semestinya. Aku menatap kearah lapangan melihatnya yang dulu pernahku sukai tapi hasilnya nihil, dia lebih menyukai sahabatku. Perlahan-lahan aku mulai melepaskan rasa ini berusaha masa bodoh dengan keadaan dan aku juga mulai nyaman dengan keadaan hati yang kosong. Aku tidak menyukai siapapun dan kini aku justru menjadi penyambung pesan antara sahabatku dan ketua OSIS itu.

Entah lebih sial mana aku dengan ketua OSIS itu, saat aku menyukainya ia menyukai sahabatku yang sudah mempunyai kekasih. Lucu memang mengingatnya melihat ketua OSIS itu belum juga move on dari sahabatku. Dan hubunganku sekarang dengan ketua OSIS itu hanya sebatas teman dia temanku saat aku ingin mencurahkan masalahku yang menyangkut pendidikan dan aku tempatnya mencurahkan perasaannya kepada sahabatku.
Sederhana saja ternyata ketika aku menjauh ternyata dia mendekat.

Mengubah perasaan cinta menjadi sebuah pertemanan mudah saja, kita hanya perlu ikhlas dan berjalan bersama waktu. Ikhlas itu indah bukan? yang dulunya mustahil untukku dan dia menjadi teman yang akrab justru sekarang tidak ada kata mustahil lagi jika kita sudah mengenal kata ikhlas.

Ada yang pernah ngalamin kayak gini?..
Ini sesuai pengalaman Author lho hehe..

Kasih semangat dan request tema buat cerita selanjutnya ya, terus minta tipe yang kayak episode ini atau yang ada dialog nya.

Jangan lupa kritik dan sarannya 😊😊😊

If The Pen Starts Talking Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang