Part 1

53 7 0
                                    

"ALBY ARSENIO!"

"Yaelah." ucap samar seorang cowok yang merasa namanya terpanggil.

"NGAPAIN MANJATIN PAGAR? MAU CABUT LAGI?!"

"Ya ampun bu, kenapa sih ibu tuh kerjaannya nethink mulu sama saya? Saya itu mau-" belum sempat Alby menyelesaikan ucapannya, sudah langsung dipotong.

"Mau apa?!!"

'Buset nyamber mulu kayak gledek.' Alby membatin kesal dalam hati. "Mau benerin pagar nya, tadi tuh rusak tau gak sih bu? Harusnya ini tuh dibener-"

"Lancar banget ngeles kamu ya? Kalo ngebenerin itu gak perlu sampe dipanjat. Sekarang ikut saya ke bk!"

"Kan tinggi bu, jadi saya harus-"

"Saya masih bisa bicara baik - baik sama kamu kan, Alby Arsenio?" Alby memutar bola matanya malas lalu berjalan menuju ruangan bk sesuai kemauan gurunya tersebut, walaupun sebenarnya bosan masuk kesana mulu.

Alby Arsenio, cowok ganteng yang sering banget bikin guru bk ngeluarin sumpah serapahnya karena ngurusin kelakuan dia tiap hari. Telat, cabut, ngelanggar aturan, bikin onar dan masih banyak yang dilakuin sama dia. Walau udah sering keluar masuk nerakanya para murid alias ruang bk ataupun diskors dia gak pernah yang namanya kapok.

Tapi nih biarpun kelakuannya yang gak pernah bener gitu, cewek - cewek di SMA Sentosa gak pernah berhenti untuk gibahin Alby karena 'kegantengannya', ini sih kata Alby yang pede parah.

"Kamu mau sampai kapan kayak gini terus? Kapan berubahnya? Ibu udah gak tau lagi harus kasih hukuman apa ke kamu yang mempan." ucap Bu Githa memijit pelipisnya, pusing memikirkan murid kesayangannya itu.

"Ya udah, kalo gitu gak usah dihukum aja bu!" jawab Alby antusias dan dibalas tatapan tak menyenangkan dari Bu Githa.

"Untuk kali ini kamu lari kelilingin lapangan 20x saja lah. Ibu udah pusing mau ngasih hukuman apa."

Sudah tiga menit sementara Alby tak membuat pergerakannya sedikit pun, membuat Bu Githa geram.

"KENAPA KAMU BELUM PERGI?!!"

"Bu, saya capek loh." Alby membuat wajah memelas untuk mengambil hati.

"Lari atau saya-" tidak sampai dari 10 detik Alby sudah menghilang dari pandangan Bu Githa, akhirnya bisa bernapas lega.

Ditengah terik matahari yang terpanjar membuat Alby mengucurkan keringat saat berlari mengelilingi lapangan atas perintah Bu Githa. Lima putaran yang baru diputari oleh cowok berambut hitam pekat itu namun ia sudah berhenti lalu duduk berteduh dibawah pohon sambil mengibaskan bajunya.

"Eh liatin Alby tuh!"
"Alby kenapa? Dihukum lagi?"
"Kasian banget bebeb gue."
"Anjir cool banget."
"Gak kuat gue gak kuat beneran dah."

Begitulah kira - kira 3% nya penggemar Alby. Bayangin selebihnya berarti gimana? Satu sekolah? Ya udah lah namanya juga ganteng.

Panas membuat Alby menjadi haus. Ia mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Dengan keadaan yang tidak rapih, sama sekali bukan seperti anak sekolahan, Alby berjalan melawati koridor yang sudah pasti banyak pasang mata yang memperhatikannya terutama cewek karena sekarang tengah memasuki jam istirahat.

Brak!

Alby menggebrak meja saat ia baru saja tiba. Yang duduk dibangku itu memandang terkejut pelaku penggebrakkan itu.

"EMAK!"

"Ray! mintain es teh." ucap Alby tanpa basa - basi kepada yang disuruhnya.

"Mintain? kayak sekolah nenek lo aja." sahut James yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Bgst emang, udah bikin jantung gue mau copot tadi." ucap Ray merengut lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Gimana aksi cabut lo? Kalo gue ramal gak berjalan mulus sih ini." tanya Leo.

"Lo udah tau jawabannya." balas Alby santai.

"Noh!" Ray menyodorkan es teh kepada Alby. Alby tersenyum dan hendak mengatakan sesuatu pada Ray namun ia mengurungkannya, "Bayar sendiri nanti, tadi gue ngutang."

"Yaelah, gue kira udah lo bayarin."

"Jidat lo, bayar sendiri lah."

"Dihukum apa lo sama Bu Githa?" kali ini Melvin yang bertanya.

"Lari." Alby mengangkat kakinya ke meja sambil menyeruput es tehnya.

Sedari istirahat berlangsung di kantin yang berlalu lalang melawati meja Alby dan yang lainnya, lebih tepatnya para cewek melihat Alby selalu seperti mencari perhatian padahal Alby sama sekali tak menanggapi.

"Gue males masuk kelas anjir, mager banget ketemu Miss nge-rapp itu gue gak ngerti bangke." ucap Ray malas.

"Ikut Alby tuh kalo lo males, dia mana bakal masuk kelas." ucap Farel memberi penawaran pada temannya itu.

Ray tersenyum sumringah, "Iya ya! Gue mau ikut Alby cabut ah, siapa tau kalo dihukum kaya Alby gue jadi bisa diliatin cewek - cewek."

"Goblok." James menonyor kepala Ray yang menjawab dengan balasan seperti itu, "Tapi gue ikut juga ah."

"Yeu kampret." Ray membalas tonyoran James.

"Gue juga ikut!" ucap Farel, Leo dan Melvin bersamaan.

"Pada ngikut aje lu, panu kadal." ledek Melvin.

"Bodo." balas Leo dengan menjulurkan lidahnya.

"Kalian gak ikut?" tanya Ray pada Derren dan Raffa yang sedari tadi sama sekali tidak mengeluarkan suaranya.

Mereka hanya membalas gelengan kepala untuk menjawab pertanyaan Ray.

"Tapi lo jangan bilang papa ya, Raf." pinta Ray dengan raut wajah yang dibuat - buat memelas.

Dua cowok yang sifatnya sangat berbanding terbalik itu merupakan saudara kembar. Raffa yang sebagai kakak lebih cenderung diam, berbeda dengan adiknya, Ray malah justru sangat petakilan.

"Kalo gak keceplosan." balas Raffa santai sedangkan Ray sudah memasang wajah masam.

***

"BURUAN BEGO LAMA BENER LO."

"Jangan teriak - teriak tolol, entar ketauan Bu Githa." ucap Melvin yang menatap tajam Ray yang sedari tadi berisik karena ia lama, padahal memang.

"Buruan naik, Vin." bisik Alby menyuruh Melvin naik ke pundaknya karena kini tinggal Melvin dan Alby yang terakhir, sedangkan James, Leo, Farel dan Melvin sudah keluar dari sekolah.

"Nanti kalo udah langsung aja gak usah nungguin gue." kata Alby lagi.

Kini Melvin sudah bergabung bersama James, Leo, Farel dan Ray. Tersisa Alby lah yang tertinggal. Kalau yang lainnya memerlukan pundak seseorang untuk membantunya naik ke atas pagar, lain halnya dengan Alby. Ia hanya tinggal menginjak batu dekat situ dan menaikkan badannya.

"Butuh bantuan Alby?" tanya seseorang dibelakangnya.

▫ ▫ ▫

Halo..

Hope you like it guys🙌

Enjoy:)

Please give me vote and comment.

Love, cilnan.

FIORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang