"Jadi, kita bakalan beneran pindah untuk yang ke sekian kalinya?" Tanya Rihab ke kedua orang tua dihadapannya.
"Iya, Nak" jawab Mama pelan. "Mungkin sulit bagi kamu, tapi mohon pengertiannya, ya?"
"Iya, gak papa kok, Ma" ucap Rihab sambil tersenyum.
"Papa juga minta maaf kalo misal kamu mesti ninggalin temen-temen kamu disini, tapi mau gimana lagi? Ini udah resiko dari pekerjaan papa" kata Papa menyesal.
"Nggak papa kok, Pa" Rihab tersenyum lebar. "Lagian, Rihab suka punya temen baru"
Kedua orang dewasa dihadapannya pun tersenyum dan memeluk Rihab erat.
"Emang kita bakalan pindah kemana, Pa?" Tanya Rihab setelah orangtuanya melepas pelukan mereka.
"Jambi"
Rihab mengangguk-angguk paham. "Jadi, kita mesti buat passport?"
Kedua orangtuanya mengerutkan kening, heran.
"Di luar negeri kan?" Tanya Rihab polos, karena ia belum pernah mendengar Jambi ada di Indonesia sebelumnya.
Sontak kedua orangtuanya tertawa. Lalu, Papa mengelus puncak kepala putrinya. "Masih di Indonesia kok, Nak"
"Loh? Kok aku baru dengar? Emang di deket mana? Terpencil, ya? Kalo bisa yang ada internetnya dong, Pa" ucap Rihab cemas. "Ntar kalo gaada internetnya, Rihab gakbisa ngabarin temen-temen disini"
"Deket kok, sayang" ucap Mama tersenyum geli. "Jambi itu di pulau Sumatera, masih deket kok sama pulau jawa".
Rihab terlihat lesu. Ia khawatir nantinya akan dipindah ke tenpat yang terpencil, jauh dari keramaian kota, dan tak akan ada yang berjualan es krim disana.
Melihat hal tersebut kedua orangtuanya tersenyum kecil, memaklumi Rihab yang tak mengetahui seluruh kota di Indonesia.
"Kamu bakalan seneng kok disana, tenang aja" hibur Mama.
"Iya, Ma" jawab Rihab tersenyum.
'Semoga'
~ToD~
Rihab dan keluarganya sedang dalam perjalanan menuju rumah baru mereka. Mereka baru saja sampai di kota Jambi. Barang-barang dari rumah lama di Jakarta pun sudah diangkut dan disusun di rumah baru mereka.
"Ma, sekolah sama rumah jauh nggak jaraknya?" Tanya Rihab tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Ia sedang stalking instagram sekolah barunya.
"Lumayan, sekitar 15 menit dari rumah" jawab Mama.
"Nanti aku pergi sendiri atau gimana?"
"Kamu kan sudah bisa bawa kendaraan, jadi nanti kamu pake motor kakak aja, ya?" Ucap Papa.
Rihab mengangguk-angguk mengerti. "Tapi, kan aku belum tau sekolahnya dimana?"
Mama terkekeh. "Ya diantarlah ntar sekitar beberapa hari sama Papa, sampee kamu hapal jalan pulang-pergi".
"Oke, Ma"
Sampai akhirnya mobil yang mereka kendarai berhenti di depan salah satu rumah bercat hijau muda dipadu dengan beberapa warna hitam dan putih di beberapa sisi rumah tersebut.
"Nahhh, udah sampai di rumah baru kita" sorak Papa dan Mama kepada Rihab. "Kamu suka nggak?"
"Biasa aja sih, Ma" jawab Rihab. "But, it has a good view to see"
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen Fiction"Lo yang memulai dan lo yang harus bertanggung jawab"