ToD ; 2

6 3 1
                                    

"Permisi" ucap Rihab setelah mengetuk pintu kaca, yang mengalihkan atensi beberapa orang di dalam ruangan.

"Murid baru, ya?" Tanya salah seorang wanita paruh baya yang berjalan menuju ke arah Rihab.

"Iya, Bu" jawab Rihab sopan. "Saya Rihab, pindahan dari Jakarta"

"Ohh, yang itu" kata guru tersebut seraya tersenyum. "Kebetulan sekali, ya? Saya wali kelas kamu". Lanjut guru tersebut, yang dibalas senyum kikuk oleh Rihab.

"Ayo, ikut Ibu" ajak guru tersebut kepada Rihab. "Oh iya Rihad, nama ibu Listiya, ibu mengajar bidang studi PKN"

"Rihab, Bu" koreksi Rihab.

"Bener dong saya tadi, Rihad kan?"

"Rihab, Bu" ucap Rihab sabar. "Pake 'B'".

"Maaf ya, ibu udah tua maklum aja ya" ucap Bu Lis terkekeh.

Di lorong menuju kelas, banyak yang memperhatikan Rihab. Rihab berusaha maklumwalau sebenarnya ia sedikit risih. Mungkin saja karena baju Rihab yang berbeda sendiri. Hari ini, hari Kamis. Di sekolah Rihab yang baru ini, setiap hari kamis memakai baju batik. Sedangkan Rihab mengenakan pakaian putih abu-abu.

Kemudian, mereka berhenti di salah satu pintu kelas berwarna putih. Bu Lis membuka pintu tersebut, dan mempersilahkan Rihab masuk duluan.

"Engga, Bu" tolak Rihab halus. "Ibu aja duluan"

Bu Lis tersenyum, dan memasuki kelas diiringi Rihab dibelakangnya. Terlihat beberapa siswa yang berlari menuju tempat duduknya, menutup kotak bekalnya, dan ada pula yang terlihat lesu karena, yang Rihab tebak, baru bangun tidur.

"Jadi, kalian kedatangan teman baru dari pulau Jawa" ucap Bu Lis memecah keheningan kelas. "Perkenalkan nama kamu"

Rihab melambaikan tangannya kikuk ke arah calon teman-temannya di hadapannya. "Nama gue-"

"Widihh" ucap salah seorang siswa tiba-tiba. "Inituh 'gue'"

Sontak satu kelas heboh mendengar kata-kata siswa itu.

"Heh, diam! Hargai yang berbicara di depan" tegur Bu Lis.

Rihab berdeham untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Nama aku Rihab Salsabila Arkasa, panggil aja Rihab"

Hening. Rihab tak meneruskan ucapannya.

"Dari SMA mana?" Tanya salah seorang siswi yang mengenakan hijab dikursi bagian depan.

"Aku dari SMAN 1 Jakarta"

"Hobi?" Ucap siswa di sudut ruangan.

"Aku suka baca novel fiksi"

"Harry Potter?" Tanya siswa lainnya.

"Itu juga salah satunya" jawab Rihab menyengir.

"Kenapa pindah?"

"Papa pindah tugas"

"Emangnya kerjanya apa?"

Baru saja Rihab ingin menjawab, perkataannya dipotong oleh Bu Lis. "Sesi tanya-jawabnya nanti aja, ya? Pas jam istirahat"

Sontak sekelas ber-yah ria dan mengeluh.

"Kalian pikir saya gak tau kalo kalian sengaja biar jam pelajaran saya habis, hah? Rihab kamu duduk di kursi kosong disana ya" tunjuk Bu Lis ke salah satu kursi di urutan nomor 2 dari belakang. Disebelahnya duduk seorang perempuan berkacamata dan berhijab.

"Tapi Bu, disini kan tempat duduknyo Tiara, Bu?" Tanya siswi tersebut.

"Iya, ya? Yang cowok, ibu minta tolong ambilkan meja kursi satu lagi" pinta Bu Lis yang langsung dilaksanakan 2 orang siswa laki-laki.

Tak butuh waktu lama, kursi dan meja untuk Rihab sudah ada di sudut kelas. Rihab berjalan cepat menuju kursi tersebut dan duduk. Kemudian, ia mengeluarkan beberapa buku dan alat tulis yang sekiranya ia perlukan untuk belajar. Pelajaran pun dimulai dengan sedikit fokus, karena beberapa anak lelaki yang duduk di bagian belakang justru memainkan ponsel mereka, bukan fokus ke penjelasan materi Bu Lis.

~ToD~

"Baiklah anak-anak, silahkan istirahat" kata Bu Lis seraya menutup kelas hari ini.

Sebelum keluar kelas, Bu Lis berbalik. "Kamu Genta, jangan coba-coba bolos lagi!" Ucapnya pada salah satu murid laki-laki yang membalas dengan hormat.

"Siap, Kapten!"

Bu Lis keluar dari kelas seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hai" suara dari sebelah kanan mengalihkan atensi Rihab yang langsung dibalasnya dengan senyuman.

"Rihab?" Tanya perempuan tersebut.

"Iya, kamu?"

"Aku Hana" jawabnya tersenyum.

'Manis bangett!!'

"Rihab, mau gabung ke kantin?" Tawar Hana.

"Boleh?" Jawab Rihab antusias yang dibalas anggukan Hana.

Kemudian, mereka berdua pergi ke kantin. Jarak kelas mereka ke kantin lumayan jauh, dikarenakan kelas Rihab yang baru berada di lantai 2. Selama di perjalanan, Hana menunjukkan beberapa tempat seperti toilet, perpustakaan, ruang BK, ruang guru, dll.

"Kantinnya lumayan rame, sebenernya aku paling males ke kantin, biasanya bawa bekal" jelas Hana.

"Loh? Berarti aku ngerepotin dong? Sorry ya, Han"

"Gak kok, santai aja" balas Hana santai. "Mau makan apa?"

"Yang enak apa?"

"Soto enak sih, tapi ramee banget! Aku pernah beli nunggu sampe bel masuk, langsung auto lari-lari ke kelas!"

Rihab berpikir sebentar. "Beli roti aja deh"

"Boleh"

Setelah membeli beberapa roti, mereka kembali ke kelas. Namun, belum keluar mereka dari kantin, tiba-tiba Rihab dicegat oleh seseorang.

"Oy!!! Kau yang kemaren dekat rumah aku kan??!! Yang orang baru?!" Ucap orang itu.

"Hah? Arun?" Ucap Rihab kaget.

"Iyoo!!" Jawab Arun heboh. "Dak nyangko kito satu sekolah!"

"Aposih, Run! Sanolah, ah! Ayo, Hab!" Hana menarik Rihab keluar dari kantin.

"Kok kenal Arun, Hab?" Tanya Hana sesampainya mereka di kelas.

"Tetangga, beberapa hari yang lalu aku ke tokonya dia" jelas Rihab, Hana ber-oh ria mendengar jawaban Rihab.

"Dia sepupu aku, kuker emang orangnya, hebohan! Pusing sendiri , kebayang gak tiap lebaran kalo kumpul keluarga mulutnya kekmana?!" Cerocos Hana.

Rihab tak menyangka orang semanis Hana bisa cerewet juga. Tapi, Rihab pikir Hana pasti orang baik, begitupun Arun.

Mereka mengobrol dengan berbagai macam topik, dari Rihab yang menceritakan sekolah dan teman-teman lamanya, sampai Hana yang menceritakan tempat-tempat bagus yang ada di Jambi.

"Kembang!"

Hana langsung menoleh kesal ke arah pintu. "Apaan sih, Wun?!"

"Gek ke rumah yo! Disuruh Mama!" Teriak Arun. "Halo, Rihab! Ntar main ke rumah yooo!!" Kemudian, Arun lenyap dari pandangan namun teriakan tetap terdengar di telinga Rihab.

"Ngapain ke rumah Arun, Han? Trus apa tadi? Kembang?" Tanya Rihab seraya tertawa.

"Dia ultah! Ck! Ngesalin nian! Kembang tuh, dia nyebut aku kembang dari kecil! Soalnya dia kan wibu, hana tuh bahasa jepangnya bunga! Dia gakmau manggil bunga, katanya kebagusan! Jadi kembang! Ngesalin emang, nak aku tabok tapi kekmano!" Cerocos Hana kesal yang lagi-lagi disambut Rihab yang tertawa keras.

Rihab senang, ekspetasinya tak sesuai dengan realita yang terjadi padanya saat ini. Dia kira awalnya, hari pertama sekolahnya tak akan menyenangkan, sendirian di sudut kelas, ditertawakan, atau bahkan kelaparan karena tak punya teman ke kantin. Tapi, ternyata ada orang seperti Hana yang siap menemaninya. Bagaimanapun nantinya, Rihab akan menolong dan menyayangi Hana sampai kapanpun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang