H-1

13 1 1
                                    


؛

Aku hanya manusia biasa buk.

☆♡☆♡☆

🌚🐾-

Aku melangkah menelusuri lorong, sambil mencari ruangan yg bernama X IPA-1. Aku menatap sekeliling lorong itu, nampaknya semua berjalan dengan lancar.

"X IPA-1 ..."

"Hm. Ketemu!"

Tiba saatnya dimana aku akan memasuki ke dalam kelasku. Aku menghela nafas panjangku sebelum memasuki kelas.

Semoga aku mendapat kelas yang sama seperti biasanya. Dan tidak ada hal - hal aneh yang akan menimpaku.

3

2

1

Sekarang!

"Permi--"

BUGH

Aku melihat bagaimana orang berantem untuk pertama kalinya. Kepalanya terbentur keras ke dinding, lelaki itu meringis.

Mereka saling menghantam satu sama lain, aku tidak tau apa yang harus kulakukan. Aku mematung, kaki ku gemetaran dan juga tidak bisa bergerak. Yang lain hanya bersorak ria.

Ak melihat salah satu dari mengalirnya darah segar ke lantai, yang menimbulkan bercak bercak merah di lantai tersebut.

Tunggu bukankah ini sudah kelewat batas? Tidak kah ada yang ingin menjadi pahlawan diantara pertengkaran ini?

Apa yang harus ku lakukan?

Aku pun memejamkan mata "STOP!!" ucapku refleks. Apa yang aku lakukan?!?!

Hening. Semua terdiam, ops mereka semua melihat aku. Bahkan yang sedang bertengkar tadipun melihatku juga. Ohhh ini memalukan, apa yang akan kulakukan?!

Ah ada buk Fara, guru yang menelpon ku karena aku tidak ikut mos. Nice timing buk.

"I- i- ibu sudah datang, na- nanti kalian bisa kena hu- hukum." ucap ku gelagapan.

Kedua lelaki itu mendengus kesal, dan semuanya pun duduk di bangku masing - masing.

Ngomong - ngomong mereka baru hari pertama saja sudah berantem, emang ada masalah apasih tadi? Kupikir anak X IPA 1 itu adalah anak anak teladan yang bisa menjadi panutan. Tapi ini apa?! Apa karena aku tidak ikut mos aku ketinggalan banyak hal yang menarik. Huft apa apaan ini.

"Baiklah anak - anak ibu disini akan berperan sebagai wali kelas kalian. Jadi harap jaga sikap kalian disini karena ini adalah kelas yang hanya orang - orang terpilih yang bisa masuk disini" penjelasan panjang kali lebar dari buk Fara.

Semua siswa yang ada di dalam kelas itu hanya angguk - angguk mengerti.

"Baiklah, ibu akan absen kalian. Harap angkat tangan dan memperkenalkan diri kalian masing - masing."

Bu Fara pun mulai mengabsen kami satu persatu.

Mora Savina Putri."

Loh si Mora sekolah sini juga?! Alhamdulillah aku ada kawan yuhu.

"Revanna Adilia Tessa."

"Saya bu," ucapku sambil mengangkat tangan. "Perkenalkan nama saya Revanna Adilia Tessa. Kalian bisa memanggil saya Reve, saya dari SMP 1."

"Mian Saputra Wijaya."

Orang yang dipanggil namanya tadi oleh Bu Fara pun berdiri.

Loh itukan cowok yang berantem tadi, ada luka memarnya tuh dibagian pipi. Si Ibu gak curiga apa ya?

Bodolah, peduli amat.

"Moan Saputra Wijaya"

Ah itu petarung yang satulah tadi. Eh bentar..

NAMA MEREKA KOK KEMBAR INIH?!
MIAN SAMA MOAN COBA!!

Bentar, kuteliti lagi mukanya. Setelah melihat dengan seksama aku baru tersadar salah satu dari mereka memperhatikanku, lalu membuang mukanya. Memang terlihat sedikit mirip sih, kayaknya mereka kembar tidak identik deh.

Duh kok tiba tiba aku keinget upin ipin sih. Eh ini kalo dipandang lama lama nampaknya muka mereka adem banget yak..

Astaughfir! Tobat aku, kok bisa sih aku mandangin merekaa berasa jadi orang cabul. Tapi emang sih gans gak nahan ewuh.

-sekiyan mwh:-3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He(art).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang