Dipagi buta yang sunyi ini pukul 04.00 aku sedang menanti seseorang.
Aku duduk di trotoar tepi jalan menghadap ke utara dengan perasaan senang dan tak sabar menanti, di simpang jalan yang lampu rambu-rambu masih berkelip-kelip warna kuning.
Hanya 1 samapi 2 kendaraan yang berlalu lalang, tak banyak orang yang melintas.
Aku di temani dinginnya pagi yang melintas bersama angin,
"dinginnya..." aku hanya mendekap kedua tanganku dan menggosok-gosokkan ke badanku.
Setelah lama menanti dari kejauhan tampak seseorang dengan motor matic warna hitam bercorakkan warna jingga dari arah selatan.
Dengan perlahan dia mendekat, tampak seorang wanita dengan helm kuning, jaket bisbol, dan celana jeans seatas lutut dia kenakan.
Dia berhenti di depanku dan membuka kaca helm kuningnya,
"Hay sayank" sapanya manja dengan senyuman manis di wajahnya dan tangan kanannya yang sedikit dia angkat.
Dia lah orang yang aku nanti sedari tadi, namanya Hany Bella Ananda, tingginya ±156cm, tubuhnya kecil dan sexy, matanya sipit seperti orang cina, hidungnya agak pesek, kulitnya putih, mukanya bulat, rambutnya lurus hitam pekat bercampur semir arang-arang warna kuning ke emasan dan lebat.
Dia termasuk anak yang tomboy.
Dia pacar tersayangku, yang sudah terjalin 7 bulan lamanya.
Aku bangkit dari dudukku dan mendekat ke arahnya, dia menggapai tangan kananku dengan tangan kirinya, dia genggam erat-erat tangankuk.
"Ayo yank berangkat" dia begitu manja dengan senyumam manisnya.
Aku hanya terdiam dan membalasnya dengan senyuman di wajahku.
Aku pegang setang kemudi motor dia dan dia mundur ke belakang, aku naik di depan dan tanpa basa basi dia langsung memelukku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundak kiriku yang membuat darah dalam tubuhku mengalir dengan kencang.
Hilang sudah semua rasa dinginnya angin di pagi ini, karena tubuhku terasa memanas.
Aku pacu motor dengan kecepatan 15km/jam, karena aku tak mau kehilangan kesempatan senyaman ini dalam hidupku.
Yang sudah menjadi kebiasaanku bersama dia selama ini di pagi buta ini.
Memacu dengan kecepatan rendah di pagi yang dingin dan sepi ini disertai pelukan hangat darinya itu sungguh hal terindah, ini membuat pikiranku terasa tenang dan nyaman.
Aku memacu motor ke tempat dia biasa menitipkan kue buatan ibunya, yang berada di tepi jalan menyebrangi simpang jalan tempat tadi aku menanti dia, hanya berkisaran 30m terlihat sebuah etalase yang berisi berbagai macam jajanan.
Sesampai di depan etalase, dia langsung turun dan mengambil jajanan bikinan ibunya itu yang dia taruh di depan bawah setang kemudi. Sedangkan aku hanya menunggu di atas motor.
Tak lepas saat-saat seperti ini aku selalu mandangi dia yang sedang berbincang dengan pedagang kue itu dari belakang, begitu cantik, bahkan aku tak mampu untuk mengedipkan mataku.
Seusai itu dia berbalik dan menghampiriku, dia naik kembali ke atas motor.
"Ayo yank lanjut" dia kembali memelukku, tetapi pelukan itu lebih erat daripada yang sebelumnya.
Hanya senyuman nyaman yang ada di wajahku.
Sedikit aku percepat kecepatan motor, dengan kisaran 20km/jam.
Tujuan berikutnya mengantar dia belanja di Pasar Besar, kira-kira 500m jarak menuju pasar besar.
◼ ◼ ◼ ◼ ◼
Sesampai di sana aku berhenti di gang kecil sebelah selatan pasar,
"Tunggu bentar di sini ya sayank" dia turun dari motor dan bergegas masuk kedalam pasar,
aku hanya memandangi dia yang berjalan memasuki pasar hingga dia tak terlihat lagi oleh mataku ini. Aku tau kenapa dia terburu-buru, karena hubunganku dengan dia tanpa adanya sepengetahuan orang tuanya, dia keluar dengan ku selalu diselimuti alasan ke orang tuanya.
Aku menunggu dia di gang kecil ini yang ramai akan orang-orang berlalu lalang.
Tak lepas juga dari pandanganku, kegiatan orang-orang di pasar ini.
Ada mama-mama muda yang hanya memakai piama tidur yang hampir tembus pandang, ada juga ibu-ibu yang sudah kriput tapi berlagak centil,
ada juga bapak-bapak atau mas-mas yang sengaja senggol sana senggol sini hanya mencari kesempatan dari cewek-cewek yang sedang belanja,
sampai ada juga bapak-bapak mesum yang mencuri-curi pandang wanita-wanita muda yang memakai baju cukup ketat dengan badannya.
Lama aku memandang kesana kemari, tiba-tiba
"hayo..!! Ngeliatin apaan? Kok sampek fokus gitu?" sebuah tangan memegang pundakku dengan sedikit tepukan,
membuat aku tersentak kaget.
"Enggak ngeliatin apa-apa kok sayank" aku langsung memandangnya dengan senyuman di wajahku.
"Sini itu belanjaannya" Aku ambil barang yang dia beli di kedua tangannya,
aku taruh di gantungan barang yang ada di bawah setang kemudi.
"Ayo pulang" aku hanya terseyum dengan memandang wajah manisnya itu,
"ayo sayank" dia langsung naik di belakang, kali ini dia tidak memelukku.
Mungkin malu dengan suasana yang mulai banyak orang berlalu lalang.
Aku hidupkan mesin motor ini dan langsung bergegas pulang.
Aku memacu kembali motor ini 20km/jam menelusuri jalanan yang sudah mulai banyak kendaraan berlalu lalang, aku nikmati hangatnya cahaya terbit matahari di jalan pulangku yang sudah hampir pukul 6 pagi ini.
Sesampai di tempat awal aku menanti dia, aku hentikan motor itu dan aku matikan mesin motornya.
Aku standar motor Ini dan aku duduk berbalik menghadap dia.
Seperti biasa, kita hanya saling bercerita, mengutarakan isi hati, curhat soal masalah sehari-hari dan bahkan mengeluarkan semua beban masalah di keluarga yang merupakan aib sebuah keluarga.
Kita memang saling suport satu sama lain, kita juga saling mendengarkan satu sama lain.
Kita juga sudah saling terbuka dan saling percaya akan semuanya.
Ini lah rutinitasku yang selalu ada di setiap pagi buta sebelum aku siap-siap sekolah.
Maaf yaa gunt bila ceritanya atau bahasanya terkesan tidak menarik, aku masih tahap belajar menulis Novel, jadi mohon kritikan dan sarannya yaa...^-^!!
KAMU SEDANG MEMBACA
First not Ending
Teen FictionAku hanya menyesal. "Kenapa enggak daru dulu" batinku memandang langit-langit kamarku. Aku merasa sakit se sakit-sakitnya.