prolog

16 5 0
                                    

London, England at 11:40 AM

Aku Mikelia Syahjingga sedang termenung dijendela apartmentku. Berhubung hujan aku ingin membangun memoriku. Memori yang sempat membuatku bahagia, semangat, susah, senang, sedih, gila, bahkan penuh tawa.

Ingatanku kembali pada kejadian 8 tahun yang lalu saat dimana memori otak ku sangat menikmati segalanya.

Aku mengambil salah satu album dari tumpukan buku bekas, album foto 8 tahun yang lalu. Aku membuka perlahan, satu demi satu halaman aku resapi maknanya. Rasanya aku ingin kembali menjadi Jingga kecil yang hidup penuh dengan rintangan yang membuat dia menjadi semakin kuat.

Aku melihat satu demi satu foto. Aku rindu semua orang yang ada didalam sini. Apa kabar mereka sekarang? Pasti merak baik-baik saja dengan kehidupan masing-masing.

Mama... ayah... kakak... Keenan... sedang apa mereka sekarang? Sudah 5 tahun sejak kita tidak pernah bertemu lagi hanya lewat video call setiap hari dan setiap lebaran saja. Jujur. Aku sangat merindukan kalian. Apa kabar kalian di Surabaya? Pasti kalian juga bahagia. Jingga janji sebentar lagi Jingga pulang ke pelukan kalian berempat.

Satu tetes air mataku jatuh tiba-tiba, mengingat kenangan bersama keluargaku. Beberapa lembar halaman sudah aku buka, hampir selesai. Aku buka halaman terakhir. Betapa terkejutnya aku, aku masih menyimpan fotonya.

Iya dia... dia yang selama ini mengajarkanku apa itu kehidupan yang bermakna, dia yang mengajarkanku bagaimana caraku untuk tersenyum dan tertawa, dan dia... yang selama ini aku sayangi dan ku cintai. Foto-fotonya akan selalu aku simpan di album ini. Andai saja aku punya kontaknya, ingin sekali aku menghubunginya. Walau hanya sebatas kata. "Apa kabar?" Boleh kan? Sudah 5 tahun kita tidak pernah bertemu sama sekali, jika boleh aku ingin sekali bertemu dengannya dan memeluknya untuk terakhir kali. Tapi sayang itu semua hanya angan saja.

Air mataku tak bisa ku bendung lagi. Aku menangis... dari sekian lamanya aku tidak menangis dan sekarang aku menangis lagi.

"Tidak... aku tidak boleh menangis." Batinku.

Aku lemah. Iya aku lemah... aku menangis hanya karena laki-laki yang pernah mengajarkanku arti "kuat" yang sebenarnya.

Apa kabar kamu? Aku, Jingga, sangat merindukanmu. Semoga kamu bahagia ya.. walau bukan bersamaku. Terimakasih atas semua waktu dan memorinya.

Aku pamit.

Tapi aku yakin, suatu saat kita akan bertemu

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang