“Jadi daftar PMDK?” Aldi mensejajari langkah Vino yang berjalan seorang diri di koridor sekolah pagi itu.
“Nggak, ga lolos seleksi, UMPTN aja,” jawab Vino.
“Gua ikut seleksi UGM,”
“Sip, nilai Lu bagus, pasti lulus.”
“Nilai Lu juga bagus, mungkin kemaren salah pilih jurusan.”
“Mungkin juga.”
“Terus ntar mau ikut dimana? Jurusan apa?”
“Tergantung Marsya ‘nti kuliah di mana.” Vino sampai di kelas dan menuju mejanya. Ia letakan tas di atas meja lalu menghempaskan tubuhnya di kursi.
Sementara Aldi menaruh tas di bangku depan, lalu mendekati tempat duduk Vino. Baru saja tubuh mereka menyentuh kursi tiba-tiba dari arah pintu datang seorang gadis mungil dengan mata besar menghampiri mereka, Sesil.
“Marsya kemana Vin?” tanya Sesil sambil menggeser kursi dan menaruhnya di dekat Vino, sangat dekat, lalu ia duduk di sana.
Bel masuk belum terdengar, siswa-siswa masih banyak berada di luar sementara mereka bertiga duduk di kursi melingkari sebuah meja kayu yang penuh coretan.“Kemarin tiba-tiba papa mamanya ditangkep polisi, jadi hari ini dia jenguk ke polda,” jawab Vino lesu.
“Hah? Mama Papa Marsya?”
Vino mengangguk, Aldi dan Sesil berpandangan.
“Terus Lu nggak nemenin dia?” cecar Sesil.
Vino mengalihkan pandangan ke jendela, netranya memandang jauh menembus kaca, tak terukir senyum sedikit saja, “Dia dianter Kakak Gua.”
“Hmm …,” Sesil bisa meraba perasaan Vino, gadis cantik itu menatap ke wajah Vino yang masih membuang muka. Sementara Aldi manggut-manggut sambil membetulkan kaca mata dengan telunjuknya.
“Kok bisa dianter Kak Varel?” Aldi menatap Vino serius.
Vino mengalihkan pandangan ke bawah, jemarinya mengetuk-ngetuk ujung kursi sementara kakinya bergoyang pelan, cara khas dirinya menyembunyikan perasaan, Ia tak mau menatap kedua sahabatnya itu.
“Dia tinggal di rumah Gua, rumahnya disita.”
Sesil dan Aldi membulatkan bibirnya sambil berpandangan, Sesil menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Beberapa detik kemudian suasana hening, ketiga sahabat itu sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Vin!” ujar Sesil dan Aldi secara bersamaan, mereka berpandangan.
“Duluan!” kata Aldi memonyongkan bibirnya.
“Jadi Lu sama Marsya sekarang tinggal bareng? Hmm … iri Gua.” Sesil menyenderkan bahunya di kursi, tanganya bersedekap dengan bibir manyun.
“Masih ada Gua …!” jawab Aldi.
Sesil mengibaskan tangan di depan wajahnya yang menggeleng. Aldi memonyongkan bibirnya, sementara Vino masih mengetuk-ngetuk ujung kursi.
“Dari pada gamang terus ngeliat Marsya, mending Lu bilang aja perasaan Lu ke dia!” ucap Aldi.
Vino mendengus, senyumnya terlihat kecut, “hhh … perasaan apa,” jawabnya datar.
“Hah?” Sesil mengibaskan rambut hitam panjangnya, “nggak mau mengakui juga? Hei Vino Gebrians Dika, satu sekolah ini semuanya tau perasaan Lu ke Marsya!”
Aldi manggut-manggut sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Sesil, “Satu sekolahan tau kecuali Marsya nya sendiri.”
Sesil balas telunjuk Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA
RomanceKadang dua anak manusia saling mencintai dalam waktu yang tidak sama.