#NIKAH_MUDA
Part 6 (Cinta Laki-laki Dewasa)
Sebelumnya >>
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=2126668427395037Marsya menatap bayangan dirinya di cermin, dengan jari lentik yang tak berhenti memainkan ujung rambut yang mulai pecah-pecah sebab sudah lama tak dirawat. Senyumnya tak merekah seperti biasa. Ia mulai lupa kapan terakhir kali mengunjungi salon untuk sekadar merawat rambut.
Tok! Tok!
Marsya terkesiap mendengar suara ketukan di pintu. Ia menghela napas dan mencoba untuk tidak terlihat murung di hadapan lelaki itu.
"Sya." Seperti biasa, suara lembut itu selalu menenangkan hati Marsya. Sejak dulu, saat mereka masih bersahabatan. Vino selalu pandai memperlakukannya, penuh hormat dan tidak pernah memaksakan kehendak kepada Marsya, sebab pemuda itu tahu tulang rusuknya itu akan patah jika terlalu kuat memaksanya untuk lurus. Dan Vino juga tidak mengubah Marsya dengan cara serupa doktrin, pemuda itu hanya memberinya cinta dan yakin bahwa mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
“Masuk aja,” sahut Marsya dari dalam kamar dan masih mematung di depan cermin.
Saat pintu terbuka, muncullah tubuh tinggi yang di usia hampir 20 tahun itu masih kurang berisi, seperti buah yang sedang menuju proses matang, dan sangat menggoda untuk segera dinikmati.
Marsya dapat melihat Vino menatapnya dari belakang. “Hei ... ayo belanja dapur. Kita nggak bisa selamanya beli makan di warung, masak sendiri akan lebih hemat.” Vino menatap sekilas pantulan mata sang istri dari cermin.
Marsya menoleh sambil membulatkan matanya, “habis itu anterin aku ke salon, ya?” lirihnya manja.
Vino melangkah mendekati sang istri yang kini menatap cermin sambil mengusap-usap rambutnya, “sejak kapan kamu ke salon?”
“Hmm … sejak sekarang,” jawab Marsya seraya menyunggingkan senyum.
Vino ikut-ikutan memegangi ujung rambut Marsya, “Emang di salon biasanya ngapain aja?”
“Ya, creambath, potong rambut ….”
“Maksudnya keramas?”
“Vino!” Marsya melirik pemuda itu kesal.
“Kita harus berhemat, Sya, kiriman uang dari Bunda nggak banyak, kita harus cari kerja secepatnya ….”
“Iya,” jawab Marsya sambil berlalu menuju pintu. Ia tidak merasa kecewa sebab ia tahu kondisi mereka memang tak memungkinkan untuk memenuhi keinginannya.
“Hei …." Vino mengikuti Marsya dan memegang pundaknya dari belakang, “aku bisa creambath-in sama potongin rambut kamu,” ujar Vino dekat di telinga Marsya.
Gadis itu seketika merasa ada yang menyirami hatinya, tapi perasaan apa ia sendiri tak mengerti. Ia hanya menurut saja ketika Vino mendorongnya menuju ruang tengah, kemudian didudukan di atas kursi kerja ayah mertuanya yang sudah lama tidak digunakan. Marsya sedikit terhenyak dan melotot pada Vino saat tubuhnya sedikit terhempas di atas kursi lembut itu.
Vino menumpu tubuhnya pada lengan yang memegang bagian tangan kursi, dengan cara ini dia bisa menatap wajah Marsya yang bersemu merah jambu. Jika Vino telah menyadari perasaannya jauh sebelum mereka menikah, maka berbeda dengan gadis itu yang masih meraba-raba ada apa di hatinya kini, cintakah? Atau sekedar perasaan nyaman karena sudah terbiasa.
“Kereta meluncur ….” Vino mendorong kursi kerja sang ayah ke ruang makan, senyumnya merekah dan diikuti tawa istrinya yang merasa konyol dengan tingkah laki-laki itu. Vino menghetikan langkahnya di dekat wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA
RomanceKadang dua anak manusia saling mencintai dalam waktu yang tidak sama.