1. Harus?

23 2 1
                                    

"Jadi Rika, siapa yang kamu pilih?" Tanya seorang laki-laki berbaju biru dongker dengan pandangan menilisik.

"Apa-apan sih kalian berdua. Udah gua bilang, gua gak bisa milih salah satu di antara kalian." Ucap Heryka, atau biasa dikenal dengan nama Rika.

"Tapi kita gak bisa Rika. Aku atau Zay?" Tanyanya kembali, sambil menunjuk dirinya dan laki-laki berbaju putih.

"Gak bisa Alka, gua cuma punya dua pilihan. Milih kalian berdua, atau gak milih kalian berdua. Tolong ngertiin posisi gua.!" Rika dengan kesal meninggalkan mereka berdua.

"Kan udah gua bilang, Rika gak akan milih." Zay yang tadi hanya melihat, akhirnya berbicara.

"Tapi dia harus milih Zay." Lagi, Alka tetap pada pendiriannya.

"Itu terserah lu, tapi gua gak masalah dengan itu. Selagi dia ada sama gua, it's okay. Lagi pula selama ini, dia memperlakukan kita secara adil."

"Hah... Oke.." Alka menyerah, benar yang di katakan Zay, dari pada Rika menjauhinya.

--------

"Apa-apaan sih mereka tuh, kenapa harus nanya hal yang gak jelas lagi." Rika melampiaskan kekesalannya dengan makan bakso di kantin. Biasa, wanita.

"Woy Rik, kenapa?." Tanya seorang perempuan yang tiba-tiba duduk didepan Rika.

"Biasa Nov." Balasnya lesu.

"Antara Ketua BEM dan Ketua BLM lagi?." Tebak Novi yang merupakan teman sekelas Rika.

"Iya, siapa lagi. Gua tetep gak bisa milih Nov, gua sayang sama mereka berdua. Gak ada perbedaan sama sekali."

"Yah yaudah lu jalanin aja seperti biasa. Lagian gua heran, lu cakep juga kagak, tapi kok mereka berdua nempel banget sama lu. Kenapa coba?." Tanya Novi heran. Habisnya, Zay yang notabene nya sebagai Ketua BEM dan Alka sebagai Ketua BLM yang kalau dilihat luar biasa tampan, kok bisa suka sama seorang Heryka Raina Leonnidas, yang notabenenya Ketua UKM Mapala, dengan sikap yang tomboy dan sangar. Ya sebenarnya Novi sedikit mengakui kalau Heryka cantik bila tidak tomboy, tapi ya mau bagaimana lagi.

"Gak tau, gua juga heran. Padahal di sini tuh banyak yang lebih cakep dari gua. Lah gua mah apaan? Remahan peyek doang." Ucapnya seraya meminum es teh manis yang di pesannya. 2 mangkuk bakso telah kandas olehnya, akibat rasa kesal yang membludak.

"Tapi gak salah sih mereka berdua ngerebutin elu Rik, habisnya lu itu paket komplit bagi sebagian orang. Ketua UKM Mapala, terus sebelumnya lu di gadang-gadang bakal jadi wakil BEM atau gak wakil BLM, duh orang juga mau saingan sama lu bakal mikir 15 kali."

"Lebay banget dah. Gua tuh cuma menjalankan kehidupan kampus gua dengan sebaiknya."

"Baru di omong, pangeran BEM lu dateng tuh." Novi menunjuk Zay yang sedang berjalan ke meja mereka.

"Apa?." Tanya Rika dengan ketus saat Zay telah duduk di samping nya.

"Soal yang tadi, aku minta maaf." Zay memelas.

"Udah biasa." Balas Rika cuek.

"Di maafin gak?."

"Iya di maafin, udah ah sana." Rika dengan enggan menoleh ke arah Zay.

"Duhh ngambek." Zay mencubit pelan pipi Rika.

"Gua lempar sendok ya Zay?." Zay melepaskan cubitannya dan tertawa dengan kelakuan Rika.

"Nanti langsung pulang?."

"Mau ke sekret."

"Yaudah kalau gitu tunggu aku kelar MK ya, nanti pulang bareng." Pinta Zay pada Rika.

WählenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang