1

13.1K 1K 57
                                    

Malam Minggu menjadi puncak malam yang menyenangkan bagi kebanyakan orang. Main, jalan-jalan, bahkan berlibur. Begitu juga bagi seorang gadis bernama Alvia atau yang kerap disapa Alvi. Malam Minggu ini, dia kembali mendatangi sebuah kelab yang sudah menjadi langganannya. Dia tidak sendirian. Karena dia ditemani oleh kedua sahabatnya.

"Vey, tengok arah jam 2. Tampan juga macho," Riana, salah satu sahabat Alvi berkata pada Reveya, sahabat Alvi yang lain.

"Wah, idaman gue banget nih. Bisa puas malam ini," ucap Vey dengan kilatan mata menggoda. Dia juga menjilat bibirnya dengan gerakan sensual.

"Ah, gue gak tahan lagi. Gue pergi duluan ya," ucap Vey tak lama kemudian. Dia mengambil tas tangannya dan berjalan mendekati seorang pria yang ditunjukkan oleh Riana.

"Lo kapan, Vi?" tanya Riana pada Alvi.

"Tadi, Darren ngajak. Tapi, gue nggak mau. Dia itu cuma bisa bertahan sebentar. Dia gak bisa muasin gue," jawab Alvi. Dia meneguk Vodka miliknya dengan perlahan.

"Hah, bener juga lo. Dia itu loyo. Mending sama Zico," balas Riana. Alvi sekarang sedang mencari pria yang sekiranya mampu memuaskannya.

"Vi, lo masih gak ingat siapa pria yang merawanin lo setahun yang lalu?" tanya Riana. Ya, dia tahu kalau Alvi kehilangan keperawanan satu tahun yang lalu. Bukan dipaksa, tapi Alvi yang menginginkannya. Namun, saat itu Alvi mabuk berat hingga dia tidak tahu siapa orangnya.

"Nggak. Gue mabuk dan gue gak ingat," jawab Alvi. Setahun yang lalu, dia melepas keperawanan. Dan sejak saat itu, Alvi sering bermain ranjang dengan pria yang berbeda. Pakai pengaman tentu saja.

"Ya udah deh. Semoga malam ini lo mendapatkan pria yang bener-bener perkasa. Gue baru lihat kalau Zico masuk. So, gue mau ngedeketin dia," ucap Riana. Alvi hanya mengangguk pelan. Riana pun bangkit berdiri dan menghampiri Zico. Zico adalah pasangan Riana. Bukan pacar. Tetapi, hubungan yang disebut dengan Friends with benefits.

Sekarang, Alvi sendirian. Dia merasa kesepian. Akhirnya, dia mengambil keputusan. Dia teguk Vodka miliknya hingga habis. Setelah itu, Alvi bangkit berdiri dan turun menuju lantai dansa. Tubuhnya meliuk-liuk dengan indah. Dia menikmati musik dengan mata terpejam. Sesekali, ada yang meraba tubuhnya. Tetapi, Alvi membiarkannya. Kecuali, yang meraba tubuhnya adalah wanita. Maka, Alvi akan jijik.

Tubuh Alvi tergolong bagus. Memiliki dada yang berisi dan perut rata. Juga pantat yang berisi. Saat memakai pakaian ketat, maka akan terlihat sekali keindahan tubuhnya. Membuat para pria tergoda dan tak sabar untuk menggagahinya.

Hari ini, Alvi memoles wajahnya dengan make up natural. Rambutnya dia gelung ke atas hingga punggung dan tengkuknya terlihat. Tubuhnya dibalut sebuah gaun seksi berwarna hitam. Kakinya memakai hak tinggi berwarna hitam juga.

Musik berdentum semakin cepat. Begitu pula goyangan pinggul Alvi semakin liar. Kedua tangannya bergerak ke atas dan ikut bergerak. Kakinya pun menghentak.

Setelah beberapa menit, Alvi merasakan sentuhan lembut di pinggulnya yang merambat menuju pinggang. Alvi tak mempermasalahkan dan membiarkannya. Dia pun berbalik untuk menatap orang itu.

Seorang pria yang tinggi tubuhnya lumayan jauh dengan Alvi. Alvi bahkan sampai harus mendongak. Padahal, dia sudah memakai hak setinggi 15 cm. Wajah tampan dan sorot mata tajam. Alis tebal juga rahang tegas yang dihiasi jambang tipis. Bibir yang menawan yang membuat Alvi ingin mengulumnya.

Mereka tak bicara dan kembali menggoyangkan tubuh. Alvi semakin bergerak liar membuat gairah si pria bangkit. Dengan sengaja pula Alvi menyentuh barang pusaka si pria dengan pinggulnya.

"Gadis nakal," desis pria itu. Dengan cepat, pria itu menangkup payudara Alvi dan meremasnya dengan gemas. Alvi mendesah nikmat mendengarnya. Dengan cepat pula bibir mereka menyatu dan berpagut panas juga liar.

"Ah, di hotel saja," ucap Alvi sedikit terengah-engah saat tangan si pria sudah masuk ke dalam roknya dan mengelus pahanya.

"Oke," jawab si pria. Mereka pun berjalan meninggalkan lantai dansa. Sesekali, tangan si pria juga menjamah tubuh Alvi. Alvi membalas dengan remasan tangan di kejantanan si pria. Ah, Alvi yakin malam ini dia akan sangat puas.

***

Sinar matahari mulai terlihat. Sepasang anak Adam dan Hawa di sebuah kamar hotel terlihat masih sibuk dengan kegiatan panas mereka. Istirahat 3 jam ternyata cukup juga untuk si pria memulihkan tenaga hingga bisa menggagahi Alvi lagi.

"Ah ...," desahan panjang Alvi terdengar saat dia memperoleh orgasme untuk yang kesekian kalinya. Tubuhnya ambruk menimpa tubuh kekar si pria yang sampai kini belum diketahui siapa namanya.

"Hm, kau memiliki gairah yang tinggi juga," ucap si pria. Tangannya yang besar dan kasar bergerak memeluk dan mengusap punggung Alvi. Alvi mengerang geli. Pinggulnya kembali bergerak memutar mencoba membangkitkan sang jantan.

"Kau masih belum puas?" tanya si pria. Aneh juga melihat kebringasan Alvi dalam bersetubuh. Rico jadi ingat pada gadis yang dia renggut kesuciannya satu tahun yang lalu. Mereka sama-sama kuat dan hebat. Hanya saja, Rico tak bisa mengingat wajah gadis itu. Dia bahkan lupa bertanya nama gadis itu.

"Mungkin, sekali lagi sebelum aku pulang," jawab Alvi dengan seringai nakal. Si pria tersenyum senang mendengarnya. Baru kali ini ada wanita yang mampu menandingi kegilaannya.

"Aku mau posisi berdiri," ucap Alvi. Mereka pun turun dari atas ranjang. Tubuh telanjang mereka mendekat ke arah dinding. Setelah memposisikan diri, mereka kembali memulai percintaan panas mereka.

Setelah menghabislan waktu untuk berkeringat, Alvi pun mandi dan segera memakai bajunya. Sedangkan si pria berbaring santai di atas ranjang. Sebelum Alvi pergi, si pria menahan tangan Alvi.

"Siapa namamu?" tanya si pria.

"Alvia. Namamu?" tanya Alvi balik.

"Rico." Alvi tersenyum tipis mendengarnya.

"Rico, kau akan menjadi orang yang selalu kuingat. Well, alasannya adalah kau pria yang hebat," ucap Alvi. Sebagai perpisahan, Alvi memberikan ciuman panas pada Rico.

"Selamat tinggal," ucao Alvi. Dia melenggang pergi menuju keluar kamar. Rico mendesah kecewa. Padahal, dia masih ingin bermain dengan Alvi.

Rico melihat jam di ponselnya. Sudah jam 7 pagi. Dia juga harus segera bersiap. Hari ini, dia memiliki jadwal untuk menemui Robby dan Zia. Sahabatnya sejak masuk SMA. Sampai kini, mereka masih bersahabat dan sering bertukar kabar. Namun, jarak yang memisahkan mereka.

Satu tahun yang lalu, Rico pulang. Tetapi, tidak lama dan dia harus kembali ke Kanada, mengikuti jejak ayah tirinya. Sedangkan Robby, dia berpindah-pindah. Kebetulan, Rico dan Robby sedang berada di Indonesia. Jadi, mereka akan berangkat bersama menuju rumah sahabat mereka, Zia. Rico pun mengirimkan pesan pada Robby juga Zia.

'Sepertinya aku akan datang terlambat. Kuharap kau tidak akan marah padaku, Zia.'

__________________________________

Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...

Btw, ini cerita ini lebih vulgar dari cerita Bad Girl dan Bad Boy. Menurut kalian, apa aku pindahkan saja ya ke akun Elvimaiza? Soalnya, akun itu kan khusus untuk yang hot-hot. Bagaimana?

Minta jawabannya ya..

Secret RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang