1. Terpilihnya Sang Bintang Terakhir

49 5 0
                                    

     Terletak di seberang hutan Kerajaan Escherichia, nampak sebuah bangunan megah berdiri kokoh ditengah-tengah hamparan padang rumput.

       Bangunan yang di dominasi warna abu-abu itu memantulkan cahaya matahari timur yang tengah bersinar di atasnya. Jendela yang megah dihiasi bingkai dengan ornamen bewarna emas. Tidak lupa atapnya yang bewarna merah dan dan garis perak menambah kesan elegan pada bangunan tersebut.

       Itulah Mansion kediaman keluarga Millicent. Keluarga bangsawan dengan kepala Keluarganya, Lancelot R. Millicent menjabat sebagai perdana mentri Kerajan Escherichia.

       Terlihat di pekarangan mansion tersebut sosok seorang wanita muda di awal umurnya yang ke- 34 tengah menikmati teh beraroma bunga miliknya. Surai emasnya tampak tertiup angin lembut. Matanya yang bewarna biru transparan terlihat berkilau namun sorotnya tajam masih bisa memberikan getaran tersendiri bagi mereka yang mengadakan kontak mata dengannya. Parasnya yang cantik serta senyuman yang tidak pernah luput dari wajahnya tidak pernah berubah selama 13 tahun terakhir sejak ia menikahi suaminya. Pernikahan mereka berakhir manis dengan dilahirkannya buah hati yang selama ini mereka impikan.

       Minerva S. Millicent tengah menatap puas pada kedamaian yang tengah dirasakannya sekarang. Disampingnya seorang wanita tua di umurnya yang ke-70 juga mengarahkan pandangannya ke arah yang sama.

      " Urvil dan Emma," seru wanita tua itu menyebutkan nama kedua cucunya. Kerutan yang telah meninggalkan bekas di wajahnya tidak sekalipun menghilangkan aura anggun yang dimilikinya. Rambutnya yang putih disanggul ke atas dengan hiasan perak daun ek tersemat rapi diantara helaian rambutnya," Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat."

        Minerva tertawa," Kau benar ibu, rasanya baru kemarin saat aku baru saja menggendong Emma. Ah, hatiku masih berbunga-bunga ketika memikirkannya." Dirinya menautkan kedua jarinya. Pipinya bersemu merah tanda perasaannya yang begitu melingkupi hatinya.

       " Yah, memiliki anak memang suatu anugrah yang tidak terhingga." Wanita tua itu menaruh cangkir berhias bunga mawar di wadahnya." Perasaanmu sama denganku kala aku melahirkan Lancelot."

        " Tapi, ngomong-ngomong soal Lancelot. Dia curang !" Seruan Minerva yang bernada kekanak-kanakan itu berhasil menarik perhatian ibu mertuanya kembali.

        " Curang ?"

       " Ya!" Minerva menunjuk ke arah Sepasang anak kecil yang duduk jauh di padang rumput sambil membelakangi mereka. Sehingga Minerva tidak perlu khawatir kalau-kalau kedua anaknya mendengat pembicarannya.

        " Lihat Urvil dan Emma ! Rambut mereka, mata mereka, bahkan wajah mereka! Semuanya mirip dengan Lancelot ! Curang! Setiap kali aku pergi, mereka selalu memuji paras Urvil dan Emma yang mirip Lancelot. Aku kan juga ingin dipuji!!!" Serunya,
" Curang ! Dewa tidak adil !!"

        Wanita tua itu hanya tertawa sambil berusaha menjaga postur tubuhnya. Ia tahu Minerva tidak bercanda tapi cara menantunya itu menyampaikan perasaannya bisa membuat satu kota tertawa.

       " Oh, ayolah Minerva. Siapa pun juga tahu Urvil dan Emma mirip sekali denganmu."

       Manik biru transparan Minerva melebar." Benarkah?"

      Wanita tua itu lagi-lagi mengangguk.

       " Tentu saja, coba kau lihat Urvil. Sifatnya yang keras kepala dan tidak mau diatur itu mirip sekali denganmu atau coba lihat Emma, caranya mencakar Urvil saat kakaknya itu mengusilinya sama persis ketika kau berusaha menebas Lancelot dengan pedangmu. Ekspresinya benar-benar mirip."

      " Aah, Ibu Mertuaaa... itu kan saat aku masih muda dulu !! Dan lagipula itu salah Lancelot karena mengambil jatah makan malamku. Aku tidak akan bisa menerimanya !!!" Minerva menutup wajahnya malu. Mukanya sudah memerah seperti kepiting rebus sekarang. Coba jika Lancelot ada disini, suaminya pasti sudah menertawainya habis-habisan.

Naxetta [Piece Of The Euclase Key]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang